Aku harus memberitahumu terlebih dahulu.Â
Tunggu di pantai ini , saat rinai hujan akan pergi, dan cerah matahari bergegas mendatangi. Persilangan keduanya akan menciptakan pelangi. Berilah penghormatan saat ia meluncur dengan sayap warna-warni.Â
Setiap ia melangkah, tubuhnya meninggalkan semerbak wangi bunga. Kata-katanya lembut, selembut sayap kupu-kupu. Hati-hati dengan tatapannya. Kelebatan cahaya dari pupil matanya dapat memerintahkan badai.Â
Banyak lelaki menunggunya untuk menyatakan cinta.Â
Aku tidak!Â
Aku ingin ia menyaksikan, bahwa akulah orang pertama yang menyatakan patah hati, setelah mengumpulkan banyak rindu dalam seratus hari.Â
Perempuan cantik adalah tempatnya untuk jatuh cinta, kata para lelaki itu.Â
Perempuan cantik adalah tempatnya patah hati, sanggahku.Â
Kemudian, para lelaki itu, berusaha untuk menjadi yang pertama menyatakan cinta. Sedangkan aku, aku sendiri, ingin ia menyaksikan, bahwa patah hati sama indahnya dengan jatuh cinta.Â
Dan, lihatlah! Perempuan cantik itu  sudah berdiri di sana. Tak ada yang tahu, apakah menyusuri pasir berkendara angin yang berdesir. Atau datang berlari di atas gelombang saat laut pasang.Â
Para lelaki itu terpana, terpaku oleh pesona. Mulut terkunci tak bisa bicara, hilang rencana hilang kata. Hilang pula bagaimana cara menyatakan jatuh cinta.Â