Mohon tunggu...
MIFTAHUDIN
MIFTAHUDIN Mohon Tunggu... Guru - Berusaha menjadi lebih baik

Guru ganteng yang murah senyum dan suka belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Mencintai Bapakmu

6 April 2020   07:21 Diperbarui: 6 April 2020   17:57 1835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah aku menikah. Hidupku berubah. Aku tergolong menantu yang beruntung. Mendapat suami tampan dan juga sholeh. Sudah disiapkan rumah, dibelikan motor baru dan lain sebagainya. Banyak teman aku yang merasa iri dengan kehidupan ku. Hidupku terasa nyaman sekali. Namun ada perasaan yang mengganjal dalam hatiku.

Kisah ini berawal ketika ibu mertuaku meninggal dunia. Rasa kesepian bapak mertua, rasa kasihanku pada bapak mertua, membuat aku sangat perhatikan sama bapak mertua. Lambat laut perasaan ini berubah menjadi "cinta". Iya, aku mencintai bapak mertua. Bukan rasa cinta anak kepada orang tua, tapi rasa cinta seorang gadis kepada kekasihnya.

Melihat raut wajah bapak mertua yang selalu murung, sedih ditinggal ibu mertua, tinggal sendirian, rasa-rasanya ingin ku peluk bapak mertua. Ingin ku hapus rasa sedih bapak mertua dengan menikahinya. Aku tak sanggup melihat itu semua. Ingin aku katakan "Pak, I Love U".

Semenjak itu, aku selalu kepikiran bapak mertua. Sampai-sampai terbawa oleh mimpi. Curi-curi pandang. Jantungku berdebar kala memandangnya dan berada di sampingnya. Oh...bapakku tercinta.

Ah, pikiran apa ini? Kenapa aku punya pikiran semacam itu? Bukankah dalam agama tidak boleh? Bukankah bapak mertua itu sama saja bapak kandung kedudukannya?

Namun, perasaan ini tidak bisa aku bohongi. Bukannya cinta itu buta? Bisikan membela diri. Rasa cinta ku kepada bapak mertua melebihi rasa cinta ku pada suami.

Ketika bapak mertua berencana menikah lagi. Aku orang yang pertama menolaknya. Berjuta alasan, aku sampaikan agar bapak mertua tidak menikah lagi. Namun, tidak membuahkan hasil. Sakit hatiku kala itu. Tidak ada yang mengerti perasaanku.

Hingga akhirnya, bapak mertua menikah lagi. Aku pergi. Aku sembunyi. Aku sakit hati. Aku menangis. Aku tidak kuat untuk melihatnya.

Cinta tak harus memiliki

Setelah beberapa tahun, aku mencoba sadar. Mencoba bangkit. Mencoba melupakan. Mencoba menghilang perasaan ini. Mencoba mengganti perasaan ini menjadi rasa cinta seorang anak kepada orang tuanya. Bukan cintanya pasangan kekasih. Aku coba untuk lebih mencintai suami ku lagi dengan lebih besar.

"Maafkan menantu mu pak"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun