Perang berakhir kemarin. Tentara Dunia Bawah dihancurkan. Kerajaan diselamatkan dari perbudakan abadi.
Raja kita berdiri sebagai pemenang, memegangi kepala Kaisar yang jatuh, terpenggal oleh pedangnya yang perkasa. Semua mantra sihir punah. Kami bebas.
Itulah yang dikatakan Raja kepada kita. Kita bebas, kita telah melayani negeri dengan baik.
"Pulanglah sekarang, kawan," dia berteriak. "Singkirkan senjatamu dan bajak ladangmu. Gauli istrimu."
Dan mereka bersorak.
Tapi tidak semua dari kita.
Pulang ke rumah?
"Kembalilah ke gubukmu," dia seharusnya berkata.
Kembali ke istri dan keluarga kita?
Ya, kembali ke hidup kumuh, ke anak-anak kita yang kelaparan, istri kita yang tidak bergigi karena kurang gizi. Sementara Raja Agung kita dan para ksatrianya kembali ke kastil mereka. Ke meja yang meluap dengan hidangan dan gadis yang berbau harum semerbak mewangi.