Mohon tunggu...
Rizky Purwantoro S
Rizky Purwantoro S Mohon Tunggu... Lainnya - pegawai biasa

Membaca, mengkhayal dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Sih yang Mesti Dilakukan Jerman agar Dapat Menang Perang Dunia II?

16 November 2022   13:37 Diperbarui: 16 November 2022   13:48 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sepertinya sudah cukup banyak tulisan yang mengangkat mengenai tema apa yang akan terjadi kalau Jerman Nazi di bawah kepemimpinan Adolf Hitler berhasil keluar sebagai pemenang dalam Perang Dunia Dua. Oleh karena penulis mencoba membuat analisis sekedarnya tentang apa yang mesti Jerman Nazi perbuat supaya dapat memenangkan kancah perang dunia tersebut.

Secara modal, Jerman Nazi telah memiliki teknologi persenjataan yang bisa dianggap termasuk paling canggih pada masa itu dibandingkan negara-negara besar lainnya. Alutsista mereka sudah teruji dan diakui kehebatannya sejak berdirinya Kekaisaran Jerman pada tahun 1871.

Berbagai macam penemuan teknologi persenjataan dan teknologi pendukung lainnya dari dulu memperlihatkan kepada kita betapa jeniusnya para insinyur negeri Elang Hitam tersebut. Dan itupun tidak berhenti setelah kekalahan dan kehancuran mereka pasca Perang Dunia Dua karena sampai dengan era modern saat ini Jerman masih selalu saja berhasil memproduksi peralatan dan kendaraan militer yang berkualitas tinggi.

Itu jika dilihat dari teknologi persenjataannya, tapi tidak hanya itu karena Jerman juga mempunyai modal lainnya yang bisa jadi lebih penting dari persenjataan yang canggih. Modal yang dimaksud adalah etos kerja dan kedisiplinan ala militer yang sudah tertanam kuat di rakyatnya semenjak zaman Prusia.

Prusia mewariskan kepada Jerman berupa tradisi militer pada angkatan bersenjata dan birokrasi pemerintahannya. Milterisasi telah berakar kuat di negeri tersebut sehingga cenderung membuatnya siap untuk menghadapi peperangan yang mungkin setiap saat dapat terjadi. Apalagi Jerman selalu saja kelimpahan sosok-sosok Jenderal brilian yang sangat kompeten seperti Hindenburg dan Rommel.

Baca juga: Belajar dari Prusia

Tapi faktor-faktor diatas itu saja tampaknya tidak cukup untuk membawa Jerman mengambil kesempatan memenangkan perang dunia manapun. Ada beberapa pelajaran yang semestinya wajib dipertimbangkan oleh mereka jika mau menang perang besar.

Sang kanselir legendaris mereka, Otto Von Bismarck telah mencontohkan dengan jelas bagaimana sebaiknya Jerman itu memposisikan dirinya dalam setiap kebijakan politik luar negerinya. Pada masa kepemimpinannya, beliau berhasil membawa negeri tersebut untuk selalu menghindari jumlah musuh yang terlalu banyak sehingga dapat menyulitkan Jerman dalam bermanuver.

Kebijakan politik luar negeri Jerman pada saat itu selalu berusaha mengucilkan posisi Perancis dengan tetap menjaga hubungan baik dengan negara-negara besar lainnya terutama Inggris dan Rusia. Kebijakan itu dilakukan untuk mengantisipasi pecahnya dua front atau lebih peperangan apabila Jerman terpaksa berperang suatu saat.

Memang kalau itu yang dilakukan maka Jerman akan terkesan menjadi negara pasifis yang menghindari konflik yang tidak perlu. Tidak lagi terlihat sebagai negara agresif yang bernafsu untuk mendominasi kawasan Eropa. Karena kalau itu yang terjadi maka dapat memancing negara-negara lain untuk berkompetisi berlomba-lomba memperkuat kekuatan militernya karena merasa terancam dengan semakin agresifnya Jerman memperkuat persenjataan alutsistanya.

Memiliki banyak teman daripada musuh, seharusnya itulah yang dilakukan Jerman sepeninggal Otto Von Bismarck. Namun sayangnya kebijakan itu perlahan ditinggalkan disebabkan adanya ambisi kuat dari para pemimpin beserta petinggi militernya negeri itu untuk menjadikan Jerman paling kuat di Eropa.

Bukankah Jerman akhirnya dua kali kalah dalam perang dunia salah satunya karena kewalahan menghadapi lebih dari satu front. Ya, Jerman kalah karena dikeroyok oleh banyak negara dan disatu sisi mereka tidak mempunyai satu pun sekutu yang dapat diandalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun