Mohon tunggu...
Rizky Purwantoro S
Rizky Purwantoro S Mohon Tunggu... Lainnya - pegawai biasa

Membaca, mengkhayal dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pencak Silat, Menghadapi Tantangan di Era Modern Ini

10 Oktober 2022   13:55 Diperbarui: 10 Oktober 2022   13:57 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masih terkait dengan tulisan sebelumnya mengenai evolusi pencak silat yang terus terjadi semenjak beladiri tersebut lahir di tengah-tengah masyarakat. Episode ini tidak sepertinya tidak akan pernah berhenti selama masyarakat di Asia Tenggara itu masih eksis. 

Perubahan demi perubahan akan terus terjadi dan itu bukanlah menunjukkan jika pencak silat itu lemah akan tetapi justru sebaliknya karena itu memperlihatkan bahwa beladiri itu ternyata sanggup berhasil dengan feksibelnya menyesuaikan dengan keadaan yang sudah berbeda dengan masa sebelumnya.

Fleksibelitas ini sangatlah penting bagi suatu beladiri karena segala sesuatu yang merupakan bagian dari budaya manusia jika tidak dapat menyesuaiakan maka akan terancam tidak akan dapat mempertahankan eksistensinya lebih lanjut di masyarakat. Bisa jadi beladiri yang tidak dapat menyesuaikan itu hanya akan jadi catatan sejarah saja yang ada di naskah-naskah kuno, prasasti-prasasti, atau bahkan hanya menjadi cerita rakyat semata.

Era modernisasinya bentuk beladiri, beladiri manapun termasuk pencak silat akan menghadapi kondisi yang berbeda saat ini. Digitalisasi salah satu tantangannya, kalau sebelumnya seseorang yang ingin berguru pencak silat mesti datang langsung ke tempat sang guru, maka dengan adanya internet dan you tube memungkinkan terjadinya transfer ilmu tanpa harus selalu bertemu, tentu saja pasti ada kelemahan dari metode seperti ini.

Semakin maraknya beladiri mancanegara yang hadir di Indonesia juga seharusnya menjadi tantangan bagi beladiri lokal di Indonesia, termasuk pencak silat. Reaksi yang harus diberikan tidak boleh destruktif seperti melakukan pengrusakan atau semacamnya, namun dengan cara yang positif seperti memperbaharui konsep pengajaran pencak silat menjadi lebih atraktif dan menarik buat masyarakat. 

Untuk menarik masyarakat pun sudah menjadi tantangan tersendiri karena image yang telah terbangun di mata masyarakat mengenai pencak silat yang notabene beladiri mereka sendiri justru adalah beladiri yang banyak berkaitan dengan magis ataupun ilmu supranatural, misalnya ilmu kebal senjata tajam dan ilmu yang dapat mementalkan lawannya tanpa perlu disentuhnya terlebih dahulu.

 Image tersebut semakin bertambah dengan hadirnya film-film produksi dalam negeri yang banyak menceritakan bagaimana seorang pendekar silat pasti mempunyai ilmu-ilmu yang terkesan tidak masuk akal seperti bisa terbang dan sebagainya.

Padahal sebagian besar masyarakat yang ingin belajar beladiri itu sebenarnya bukan karena memang suka dengan beladiri atau sudah menjadikan beladiri sebagai hobinya melainkan hanya berharap dengan belajar beladiri maka dapat membela dirinya secara praktis dari ancaman yang ditakutkan atau menjadikan beladiri sebagai salah satu olah raga yang dapat menyehatkan dan membantu diri mereka untuk menurunkan berat badan.

 Alasan-alasan inilah yang sebaiknya diakomodir oleh berbagai perguruan beladiri, terutama pencak silat untuk dapat membuat masyarakat tertarik untuk lebih mengenal dan kemudian timbul keinginan untuk ikut berlatih juga.

Tidak salah seandainya ada beberapa perguruan pencak silat yang tidak mau komersil dan mencari keuntungan finansial dari bayaran murid-muridnya atau tidak berharap mendapatkan banyak murid karena berprinsip hanya murid yang terpilih saja yang dapat belajar dan berlatih di perguruan itu. 

Akan tetapi tidak ada salahnya juga kalau perguruan pencak silat itu berkeinginan untuk mendapatkan murid sebanyak-banyaknya, karena eksistensi suatu perguruan itu harus berlanjut dan keberlanjutan itu sangat ditentukan oleh adanya murid-murid yang diharapkan dapat menjadi penerus tongkat estafet selanjutnya dari sang guru silat, semakin banyak murid maka risiko akan tidak ada yang meneruskan juga akan semakin kecil begitu pula sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun