Pembangunan jalur Saketi-Bayah ini tidaklah mudah, para romusha harus bekerja di bawah tekanan para tentara Jepang yang kejam. Dengan lingkungan yang berat itu, para romusha bahkan tidak diberi asupan makanan yang layak. Sejarawan Belanda pun menjuluki jalur ini sebagai "Jalan Menuju Neraka", karena penderitaan tiada batas yang mereka terima dan banyaknya jumlah korban jiwa pada saat itu. Jumlah korban romusha diperkirakan mencapai 93.000 jiwa.
Sekarang, jejak dari peristiwa besar ini sudah mulai tidak terlihat lagi, besi rel sudah hilang entah kemana, sebagian stasiun bahkan sudah berubah menjadi pemukiman warga, gua bekas tambang batu bara pun sudah tidak dapat ditemukan, hanya tersisa pondasi-pondasi jembatan saja yang bisa kalian lihat di pinggir pantai menuju Bayah.
Namun dari informasi yang saya dapat, ada rencana bahwa jalur Saketi-Bayah ini akan dilakukan reaktivasi. Dan proses pembebasan lahan untuk Rangkasbitung-Labuan dikatakan akan selesai pada tahun 2026, lalu rencana selanjutnya disusul untuk jalur Bayah. Tujuan adanya reaktivasi ini adalah untuk mendukung pariwisata dan pembangunan ekonomi di wilayah Banten Selatan.Â
Semoga rencana ini dapat terealisasikan dengan baik, agar jejak sejarah atas pengorbanan mereka tidak pernah hilang dari kita semua, dan di sisi lain juga karena hal ini sangat membantu kemajuan sektor di Banten Selatan yang memang masih terbelakang.
Sumber informasi : Sejarah Nusantara (Sony Adams,2024), Sejarah kereta api jalur Saketi-Bayah (Wikipedia)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI