Mohon tunggu...
Lizz
Lizz Mohon Tunggu...

Now only @ www.fiksilizz.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Paitun Gundul, Sebuah Nostalgia

16 Mei 2013   06:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:30 2957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13686598111813870790

Pada periode akhir tahun '70-an sampai awal tahun '90-an, sosok benama Paitun Gundul cukup terkenal di beberapa kampung lama di kota Malang. Orangnya kecil, kurus, tiap hari wara-wiri menggendong kucing, gundul, dan... bisa dibilang tidak waras. Kerjaannya tiap hari adalah keliling dari kampung ke kampung.

Dia ngetop dengan caranya sendiri. Mulai dari jadi bahan untuk menakut-nakuti anak kecil yang malas mandi, sampai pada legenda tentang 'momongan'-nya. Tapi walaupun tidak waras, tak pernah sekalipun dia mengganggu orang lain. Paling hanya melempari batu anak-anak kurang ajar yang menggodai dia.

Ada 2 versi yang beredar tentang cerita di balik hobinya menggendong kucing.

Cerita versi pertama adalah dia pernah kehilangan anaknya karena diculik. Lalu dia jadi tidak waras, dan menggelandanglah dia dengan kucingnya. Mungkin dia memenuhi naluri keibuannya dengan memelihara kucing.

Versi kedua, Paitun Gundul memang pernah beberapa kali diketahui wara-wiri dalam keadaan hamil. Entah siapa yang 'tega' memanfaatkan dia sedemikian rupa. Tapi siapa, berapa, dan ke mana anak-anak yang telah dilahirkannya, tak ada orang yang tahu. Mungkin ada tangan baik hati yang menyelamatkan kehidupan anak-anak itu. Dan Paitun menggantikan kehadiran anak-anaknya dengan (memelihara) kucing.

Versi mana yang benar? Hanya Tuhan dan Paitun Gundul sendiri yang tahu.

Saat tahun 90'an, usia Paitun Gundul sudah sekira 40-50 tahunan. Berita terakhir yang saya dengar, dia sudah lama tidak ada.

Siapa pun Paitun Gundul, waras ataupun tidak, dia sudah memberi warna sendiri bagi kehidupan di kota Malang pada masa lalu. Kehadirannya bersama 'anak-anak (kucing)'-nya telah jadi maskot tersendiri dalam kehidupan warga Malang. Bahkan setahu saya ada tempat/warung makan bernama Rawon Arema Paitoen Goendhoel di sekitaran Jababeka Cikarang.

Satu hal yang bisa saya ambil dari sosok Paitun Gundul sebagai pelajaran berharga. Bahwa orang 'tak berguna' dan tak waras seperti dia pun masih memiliki sifat welas asih pada makhluk lain (kucing). Masih bisa menghargai suatu bentuk kehidupan makhluk lain yang lebih rendah derajatnya.

Bagaimana dengan kita yang (mengaku) orang waras ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun