Mohon tunggu...
Aura Az Zahra Zulfa
Aura Az Zahra Zulfa Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Airlangga

Mahasiswi Universitas Airlangga 2021, Program Studi S1-Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jika Stoikisme Bukan Penghambat Cita-cita, Lantas Apa?

8 Juni 2022   04:54 Diperbarui: 8 Juni 2022   08:27 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pixabay olahan pribadi

Memiliki ambisi yang tinggi dalam hidup menjadi ekspetasi dari mayoritas atau mungkin separuh dari penduduk di bumi ini. Namun apakah ambisi yang meluap-luap ini nantinya akan berbuah manis? atau malah justru menggali jurang keterpurukan secara perlahan? 

Tak dapat dipungkiri manusia di zaman ini saling berlomba-lomba untuk mencapai cita-cita atau ekspetasi yang mereka idamkan dalam hidupnya. Lantas jika kita kaitkan kedalam kasus ini kedalam “Stoikisme” apakah masih berlaku?

Stoikisme sendiri ialah sebuah ilmu filsafah dari Yunani Kuno yang didirikan pada saat periode Helenistik. Periode dimana periode sejarah Mediterania yang membentang dari 323 SM (Sesudah kematian Alexander Agung) hinga 31 SM ditandai dengan penurunan kejayaan pada Yunani dan munculnya Kekaisaran Romawi. 

Dalam Ensiklopedia Filsafat Stanford, asal mula Stoic berasal dari kata teras (stoa poikilê) karena pemikiran anggota atau pengikut nya berkumpul di tangga Agora di Athena (pasar sentral) di mana kuliah tentang stokisme diadakan. Sedangkan definisi Stoikisme dalam Kamus Oxford, yakni daya tahan pada rasa sakit atau kesulitan tanpa mengeluh.

Stoikisme merupakan sebuah paham ilmu filsafah yang dalam ungkapan luasnya adalah mengenai segala kebajikan, dan hal-hal diluar lainnya hanya bersifat netral. Lalu apa relasinya dalam menghambat cita-cita? 

Banyak dari kita hanya mengerjakan sesuatu berlandaskan ekspetasi yang ada. Hal ini jika terus diterapkan dalam hidup hanya akan menimbulkan overthinking dan justru menghambat keproduktifan. Stoikisme ini cocok sekali diterapkan jika ingin mencapai cita-cita yang sebenar-benarnya Anda idamkan. 

Berikut ini kita ulas bagaimana sih penerapan Stoikisme dalam mencapai keproduktifan. 

  1. Kendali penuh dalam emosi mengenai pandangan anda terhadap tugas. Seringkali kita merasa bahwa tugas-tugas yang kita miliki ialah suatu beban. Pemikiran inilah yang menyebabkan keproduktifan anda bisa mundur, karena sesuatu yang dilakukan dalam mindset yang buruk, akan menghasilkan hasil yang buruk juga. Hadapi tugas tersebut dengan gairah yang tinggi maka dalam mindset anda nantinya akan berfikir bahwa tugas tersebut merupakan suatu tantangan yang pastinya bisa anda kendalikan

  2. Perlunya merefleksikan terhadap apa yang kita lakukan. Terkadang apa yang kita anggap sudah benar atau produktif justru malah sebaliknya. Maka kita juga perlu untuk berhenti sejenak sekedar merefleksikan tentang apa yang kita lakukan. Apakah sudah benar atau malah justru jauh dari tujuan yang kita maksud.

  3. Fokus dalam apa yang bisa kita pegang, lupakan apa yang tidak bisa kita pegang. Maksud dari apa yang kita bisa pegang dan tidak ialah, bahwa kita hanya perlu fokus terhadap proses yang kita lakukan dan tidak perlu mengkhawatirkan apa yang kita tidak bisa kontrol. Karena segala hal memiliki batasan. Apa yang kita bisa kontrol ialah proses dan apa yang kita tidak bisa kontrol adalah hasil dari proses tersebut.

  4. Masalah hidup merupakan hal yang wajar asal tidak berlebihan. Masalah dalam hidup merupakan hal yang sudah melekat pada jiwa manusia sejak ia dilahirkan, namun kerapkali kita terlalu berlebihan menyikapinya. Masalah hidup merupakan hal yang wajar, namun buruk halnya jika sampai berlarut-larut dan menyebabkan diri Anda terdistraksi dan mempengaruhi keproduktifan.

Lalu bagaimana titik keberhasilan hidup menurut stoikisme ini sendiri? Keberhasilan hidup bagi stoikisme adalah kebahagiaan itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun