Teknologi sudah makin canggih, dunia pun makin serba cepat. Mereka yang tidak mengikuti perkembangannya akan tergulung ombak dan tenggelam.
Literasi tentu tak luput dari tahapan kemajuannya. Hal ini membuat munculnya tren literasi digital dan sempat mengancam buku konvensional. Namun, bukankah perdebatan antara buku konvensional vs e-book sudah menjadi isu lama?
Akan tetapi, saya rasa polemik ini sudah tidak relevan karena keduanya masih bisa berdampingan dengan baik hingga sekarang. Sebab, generasi Z yang menjadi cikal bakal generasi digital terbukti bisa menggunakan keduanya secara bersamaan.
Selain itu, perkembangannya juga akan terus menggerus. Jika masih memperdebatkan dua jenis buku, kita akan tertinggal jauh.
Alih-alih memperkeruh polemik, kita lebih baik memanfaatkan digital secara maksimal dalam dunia literasi untuk meningkatkan minat baca pada generasi Z dan seterusnya.
Tingkat Literasi Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan tingkat literasi yang rendah. Menurut PISA tahun 2022, negeri ini berada pada peringkat ke-70 dari 80 negara dengan skor 359.
Kabar baiknya, Indonesia menunjukkan peningkatan dalam Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional tahun 2024.
Pada tahun 2023, skor IPLM Indonesia sebesar 68,19; lalu meningkat pada tahun 2024 menjadi 73,52.Â
Provinsi Sulawesi Selatan menempati posisi pertama dengan skor 88,24. Kemudian, diikuti oleh Provinsi D.I. Yogyakarta dengan skor 86,39.