Abstrak
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu program penting dalam pendidikan tinggi yang menekankan pengabdian mahasiswa kepada masyarakat. Dalam KKN Mandiri yang saya laksanakan selama enam minggu di wilayah Rumbai, fokus utama saya adalah mendukung program literasi melalui Rumah Belajar Jambi. Kegiatan yang dilakukan meliputi bimbingan belajar anak-anak, pendampingan kegiatan bank sampah sebagai bagian dari pendidikan lingkungan, kunjungan ke situs budaya Jambi Tulo Muaro Jambi, serta partisipasi aktif dalam persiapan dan pelaksanaan lomba peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Pengalaman ini tidak hanya meningkatkan keterampilan sosial dan kepemimpinan, tetapi juga memperdalam pemahaman saya tentang pentingnya literasi sebagai fondasi pembangunan masyarakat.
Pendahuluan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) bukan hanya kewajiban akademik, tetapi juga kesempatan emas bagi mahasiswa untuk belajar langsung dari masyarakat. Melalui KKN, mahasiswa diajak untuk tidak hanya memberikan kontribusi, tetapi juga memperoleh pelajaran hidup yang tidak bisa didapatkan di ruang kuliah.
Dalam pelaksanaan KKN Mandiri ini, saya memilih untuk mengabdi di wilayah Rumbai dengan fokus pada pengembangan literasi melalui Rumah Belajar Jambi. Keputusan ini dilatar belakangi oleh kesadaran bahwa literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga keterampilan memahami, berpikir kritis, serta mengembangkan karakter dan wawasan. Selama enam minggu, berbagai program dilaksanakan dengan tujuan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, khususnya anak-anak usia sekolah dasar.
Minggu Pertama -- Adaptasi dan Pengenalan Lingkungan
Minggu pertama menjadi fase penting untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Saya memulai dengan melapor ke kantor kelurahan, memperkenalkan diri kepada aparat setempat, serta menjelaskan rencana kegiatan selama KKN. Respons masyarakat cukup positif, meskipun pada awalnya saya masih merasa canggung karena menjalani KKN secara mandiri, tanpa rekan satu kelompok.
Selain itu, saya mengunjungi Rumah Belajar Jambi untuk melihat langsung fasilitas, metode pembelajaran, dan kebutuhan anak-anak di sana. Ternyata, sebagian besar anak yang datang berasal dari keluarga dengan akses terbatas terhadap fasilitas pendidikan tambahan. Hal ini membuat saya semakin termotivasi untuk memberikan kontribusi yang berarti.
Minggu Kedua -- Mengajar di Rumah Belajar Jambi
Pada minggu kedua, saya mulai mengajar di Rumah Belajar Jambi. Fokus utama adalah membimbing anak-anak dalam membaca, menulis, dan berhitung (calistung), serta memberikan materi tambahan berupa cerita bergambar yang dapat memicu imajinasi mereka.
Saya menyadari bahwa tantangan terbesar bukan hanya keterbatasan fasilitas, tetapi juga minat baca yang rendah. Oleh karena itu, saya menggunakan metode belajar yang lebih interaktif, seperti membaca bersama, bermain peran berdasarkan cerita, serta membuat gambar sederhana yang terkait dengan buku bacaan mereka. Perlahan, anak-anak mulai menunjukkan antusiasme. Beberapa bahkan membawa teman-temannya untuk ikut belajar.