Mohon tunggu...
Aunurrofiq Fitriadi
Aunurrofiq Fitriadi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Komunikasi UMY | @aunurrofiqF

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Mengenang 4 Tahun Tragedi Mandala Krida

12 Februari 2014   19:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:53 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu 12 Februari menjadi hari yang tidak bisa dilupakan oleh masyarakat Yogyakarta. Terutama untuk pendukung setia PSIM dan juga PSS. Laga derby divisi utama PT Liga Indonesia ini memang sarat dengan gengsi dan juga menunjukan siapa klub terhebat yang ada di DI Yogyakarta. PSIM adalah klub kebanggaan masyarakat Yogyakarta dari 1929, PSIM juga klub tertua di Indonesia yang juga sekaligus sebagai pendiri PSSI. Sementara saudara mudanya PSS baru ada di tahun 1976.

Pada pertandingan itu merupakan awal pertama kalinya Slemania (pendukung PSS) untuk melakukan tour ke kandang PSIM di stadion Mandala Krida Yogyakarta. Sehingga tentu saja hal ini membuat pertandingan menjadi lebih "panas". Brajamusti (pendukung PSIM) ada catatan kurang harmonis dengan Slemania. Walaupun sebenarnya hal itu cuma ulah oknum namun kedua suporter juga sebenarnya sering melakukan kegiatan bersama. Pada pertandingan derby itu sebenarnya akan dijadikan momentum bersatunya suporter DIY. Kedua suporter pun saling bernyanyi mendukung kesebelasan masing-masing.

Pertandingan PSIM vs PSS sendiri berlangsung sangat menarik dan seru. PSIM ketinggalan lebih dulu namun bisa menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Sangat disayangkan pada menit ke 63 ada oknum suporter melempar ke arah lapangan, dan lemparan itu mengenai seorang polisi brimob. Brimob kemudian memukul beberapa anggota Brajamusti yang berada dibawah tribun dengan cara yang kasar. Kejadian ini mendapatkan ejekan dari Brajamusti yang berada di tribun. Nyanyian sindiran ke polisi itu kemudian membuat polisi tersinggung.

Brimob kemudian menembakan gas air mata berkali-kali ke arah Brajamusti yang berada di tribun. Sekitar 7 kali tembakan gas air mata itu ditembakan ke arah suporter yang berada di tengah (banyak anak-anak). tembakan itu tentu saja membuat Brajamusti panik dan berlari melindungi diri. Gas air mata yang membuat amat sangat pedih dan nafas menjadi sesak ini membuat puluhan ribu Brajamusti menjadi berlari.

Pintu waktu yang dibuka hanya 1 buah. Sehingga banyak anak-anak, perempuan dan juga suporter lainnya terinjak-injak dan juga mengalami luka-luka. Karena pintu cuma 1 yang dibuka sementara kondisi sudah tidak kondusif lagi, Brajamusti pun berlarian menuju ke lapangan untuk menyelamatkan diri. Hal ini membuat pertandingan dihentikan. Pemain PSIM dan juga PSIM pun juga mengalami pedih dan juga sesak nafas akibat dari gas air mata itu. Tidak sampai disitu saja, polisi juga masih mengejar Brajamusti dan terus memukul.

1360646957967347165
1360646957967347165
Tindakan yang overacting dengan menembakan gas air mata ini sangat disayangkan. Bahkan Walikota saat itu Herry Zudianto pun menangis dan mengambil mic dengan mengatakan mohon jangan berlaku anarkis ke Brajamusti. Pak Herry langsung turun tangan dan membantu para korban yang mengalami luka dan juga pingsan. Pertandingan ini juga disiakan oleh ANTV, dan sang komentator dan juga beberapa sms mengatakan tindakan polisi berlebihan, karena suporter masih bisa dihalau dan ditenangkan.

Brajamusti ketengah lapangan mencari air untuk membasuh mata akibat pedih, diluar stadion ada mobil pemadam kebaran juga dipenuhi. Korban pun lalu dibawa ke beberapa Rumah Sakit di sekitar stadion Mandala Krida. Ada banyak sekali yang mengalami pingsan, dan juga luka-luka. Ambulance terus berdatangan membawa korban untuk ditangani segera. Suporter waktu itu masih sebagian besar berada di stadion, polisi waktu itu menghalau agar keluar.

Kejadian tidak hanya didalam stadion saja. Waktu itu Brajamusti berkumul di Wisma PSIM (sebelah utara Stadion). Ketikaitu datang polisi dan langsung memukul ratusan suporter yang berada disitu. Banyak kendaraan motor, mobil milik suporter dan wartawan dirusak tanpa alasan yang jelas. Bahkan kapten PSIM Marjono yang wakti itu sedang makan di angkringan depan Wisma PSIM juga ikut dipukul oleh aparat. Sejumlah wartawan juga dipukul. Beberapa pedangang yang ada di depan Stadion pun juga dirusak oleh Polisi. Seperti angkringan, pecel lele, batogor, dll.

Wartawan Kedaulatan Rakyat, Dian Ade Permana, dipukuli aparat saat tengah meliput upaya pengusiran suporter di Wisma PSIM, Stadion Mandala Krida. ”Saya sedang memotret saat polisi membubarkan massa di Wisma PSIM. Tiba-tiba ada polisi berteriak, ’Kamera matikan! Kamera matikan!’” ujar Ade saat dihubungi.Tak berapa lama Ade pinggangnya dipukul polisi dengan rotan. ”Saya separuh menunduk dan menjelaskan sedang liputan. Namun, kembali saya dipukul lagi di bagian punggung hingga jatuh,” katanya. (bola.kompas.com) Kejadian yang begitu menengangkan ini berlangsung lama setidaknya sampai pukul 9 malam. Kemudian datang dari TNI AU. Paskhas TNI AU datang dan membantu mengamankan situasi sehingga berangsur-angsur mulai kondusif. Bahkan Paskhas berani "pasang badan" saat beberapa Brimob masih memukuli Brajamusti. Sehingga akhirnya polisi meninggalkan Wisma PSIM. Malam harinya, Pak Herry kemudian mengatakan seluruh biaya rumah sakit akan ditanggung oleh Pemkot Yogyakarta. Ada beberapa yang langsung diperbolehkan pulang namun ada juga yang rawat inap. Setelah kejadian itu, Kapoltabes Yogyakarta Kombes (Pol) Ahmad Dhofiri meminta maaf atas kejadian yang sangat berlebihan itu, dan berjanji akan mengusut anak buahnya yang melakukan kesalahan. Bahkan dia juga berjanji akan memberikan ganti rugi kepada masyarakat yang menjadi korban. Dia juga meminta kepada Brajamusti untuk mendata dan inventrarisis segala kerugian seperti kerusakan Wisma PSIM, kerusakan motor, mobilm dan juga pedangang. Namun justru sangat bertolak belakang dengan Dansat Brimob DIY yang menolak minta maaf dan mengakui kesalahan. Dia justru mengelak dan menolak bertanggungjawab atas kejadian itu. Bahkan Dansat Brimbob ini sempat didemo oleh wartawan akibat dengan tindakan brimob yang memukili wartawan. Saya sangat salut dan apresiasi dengan niat baik dari Kapoltabes Yogyakarta, yang meminta maaf, mengakui kesalahan dan mau bertanggung jawab. Tidak arogan seperti atasanya yang menolak untuk meminta maaf dan bertanggung jawab.

Kejadian menjadi catatan sejarah paling penting dalam dunia sepak bola Yogyakarta khususnya PSIM. Tindakan suporter yang melempar benda ke arah stadion jelas hal ini salah besar! Kejadian ini kedepan harus lebih diperketat dalam pengamanan internal. Tindakan aparat juga sangat berlebihan dengan menembakan gas air mata dan memukuli suporter dan wartawan. Dengan adanya itu ricuh dan susana tidak kondusif.

Tragedi Mandala Krida ini menjadi pelajaran yang beharga. Agar kejadian ini tidak terulang kembali dan menjadikan suporter menjadi lebih dewasa dan menjadi lebih baik.  Serta pihak aparat juga jangan terlalu berlebihan dalam menghadapi suporter, terutama jika suasana masih kondusif.

Semoga suporter DIY bersatu dan menjadi lebih baik.

#satuDIYsatu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun