Mohon tunggu...
A.RN
A.RN Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

City life enthusiasts

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masih Terjadi, ini Empat Fakta Menyedihkan Tentang Palestina

23 Oktober 2017   01:14 Diperbarui: 7 Juni 2024   02:50 3685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak Palestina ditangkap oleh pasukan keamanan Israel di Jerusalem, Juli 2017. sumber: Instagram/eye.on.palestine

Berbicara tentang Palestina, pasti tidak terlepas dari penjajahan dan penindasan oleh Israel. Semenjak Israel memenangkan perang selama 6 hari melawan bangsa Arab 50 tahun yang lalu, sejak saat itulah bangsa Palestina hidup dalam ketidakadilan. Banyak dari mereka mengungsi ke negara lain karena kekalahan perang yang menyebabkan wilayah mereka semakin kecil dan tidak jelas letak perbatasannya. Selain menderita karena hal tersebut, inilah fakta yang harus diterima Palestina saat ini:

1. Palestina Tidak Boleh Punya Tentara

Salah satu isi dari perjanjian damai Israel-Palestina adalah melarang Palestina mempunyai tentara dan segala aspek militer dikuasai oleh Israel baik darat, laut, maupun udara. Palestina tidak memiliki perlindungan dan pertahanan. Itulah mengapa ketika terjadi bentrokan antara Palestina vs Israel, hanya rakyat melawan tentara. Ketika pihak Israel dengan bebas menembak mereka, rakyat Palestina hanya membalasnya dengan batu.

2. Tepi Barat Terbagi Menjadi 3 Area

Selain jalur Gaza, Tepi Barat atau West Bank diakui internasional sebagai masa depan negara Palestina. Namun seperti yang kita lihat dalam peta ternyata tidak dikuasai penuh oleh otoritas Palestina. Dalam isi perjanjian Oslo kedua pada tahun 1995, Tepi Barat diklasifikasikan menjadi tiga area, yaitu area A, area B, dan area C. Seperti dilansir dalam Vox news, setidaknya terdapat 400 ribu pemukim Israel diantara 2,2 juta Arab Palestina dalam Tepi Barat.

Peta administratif Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sumber: Vox news
Peta administratif Tepi Barat dan Jalur Gaza. Sumber: Vox news
Area A, inilah wilayah Palestina yang berdaulat sesungguhnya. Namun hanya 12 % dari luas Tepi Barat. Wilayah ini mencakup jalur Gaza, kota Ramallah, Bethlehem, Nablus, Jericho, Jenin, dan 80 persen kota Hebron. Tidak ada tidak tentara Israel yang berlalu-lalang di wilayah ini, Keamanan sudah diatur oleh polisi Palestina. Meskipun begitu area ini dipisahkan oleh area C yang dikontrol penuh oleh Israel.

Peringatan masuk Area A oleh Israel di pintu masuk kota Nablus. Sumber: Times of Israel
Peringatan masuk Area A oleh Israel di pintu masuk kota Nablus. Sumber: Times of Israel
Area B, mencakup 22% luas Tepi Barat. Tidak berbeda dengan area A, di wilayah ini kependudukan sipil masih diatur oleh otoritas Palestina. Namun di area B, pihak otoritas Palestina tetap tunduk pada pasukan keamanan Israel.

Sementara itu Area C, besarnya 66% dari luas Tepi Barat, atau mix antara rakyat Palestina & Israel. Di area inilah banyak pemukiman Yahudi dibangun secara masif oleh Israel yang ilegal menurut hukum internasional, dengan maksud untuk mendominasi dan mengurangi persentase penduduk Palestina secara perlahan.

Warga Palestina yang tinggal di area C memiliki ruang gerak yang terbatas dan dilarang mendekati wilayah pemukim Israel. Akan tetapi warga Israel bisa sesuka hati pergi ke wilayah Palestina dengan jalur yang berbeda seperti yang digunakan oleh warga Palestina. Mereka juga tidak tercatat menjadi warga negara manapun. Untuk itu jika ingin pergi keluar negeri, mereka harus mengajukan ijin ke pemerintah Yordania.

Di area ini keamanan, distribusi air, listrik, makanan dan minuman berada dalam pengawasan Israel. Israel mengatur seluruh aspek kehidupan dan berwenang untuk menyetop pasokan listrik dan air ke rumah mereka. Warga Palestina tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan rumah mereka bisa diambil kapan saja kemudian dihuni oleh keluarga Yahudi yang baru berimigrasi ke Israel.

3. Tidak Memiliki Bandar Udara

Hingga tahun 2001, Palestina sudah tidak memiliki bandar udara. Satu-satunya bandar udara kebanggaan milik Palestina, Gaza International Airport yang terletak di selatan jalur Gaza saat ini hanya tersisa puing-puing usai diserang oleh pasukan udara Israel pada 4 Desember 2001. Seperti dilansir dalam stepfeed.com, ketika masih beroperasi, Bandar Udara Internasional Gaza tersebut mampu menampung hingga 700 ribu penumpang dan beroperasi selama 24 jam penuh dalam 7 hari.

Bandar Udara International Gaza tahun 1998. Sumber: stepfeed.com
Bandar Udara International Gaza tahun 1998. Sumber: stepfeed.com
Bandar udara ini pertama kali beroperasi pada 24 November 1998. Artinya hanya 3 tahun beroperasi, sangat singkat. Peresmian dihadiri oleh dua tokoh politik penting, Yasser Arafat dan presiden Amerika Serikat saat itu, Bill Clinton.

Peresmian Gaza International Airport oleh Yasser Arafat dan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton. Sumber: stepfeed.com
Peresmian Gaza International Airport oleh Yasser Arafat dan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton. Sumber: stepfeed.com
Maskapai nasional Palestina tahun 1998. Sumber: stepfeed.com
Maskapai nasional Palestina tahun 1998. Sumber: stepfeed.com
Kini akses terdekat warga Palestina untuk terbang adalah melalui Bandar Udara Ben Gurion di Tel Aviv, Israel. Tentu saja perlakuan tidak menyenangkan pasti mereka alami, bahkan tidak menutup kemungkinan mereka akan diinterogasi selama berjam-jam sebelum mereka terbang ataupun setelah mereka mendarat. Pilihan lainnya adalah melalui Bandar Udara di Amman, Yordania atau di Kairo, Mesir dengan konsekuensi mereka akan menghadapi berbagai pemeriksaan ketat oleh militer Israel di setiap pos perbatasan.

4. Perlakuan Diskriminasi

Ketika rakyat Palestina memutuskan untuk mengganti kewarganegaraan menjadi Israel, mereka tetap mendapatkan perlakuan diskriminasi. Dalam hukum Israel, mereka dikategorikan sebagai warga kelas dua. Konsekuensi bagi mereka yang berpaspor Israel adalah mereka tidak akan bisa melakukan Umroh atau Haji seumur hidup mereka.

Arab Israeli. Sumber: Instagram.com/sharongabay2
Arab Israeli. Sumber: Instagram.com/sharongabay2
Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa mereka memutuskan menjadi warga negara Israel, selain untuk kehidupan yang lebih layak, mempertahankan tanah nenek moyang mereka agar tidak terusir, dan untuk menjaga Masjid Al Aqsa agar tetap berdiri. Karena mereka yang sudah berpaspor Israel akan lebih mudah untuk masuk ke kawasan Masjid Al Aqsa.

Referensi:
stepfeed.com | Vox: Israeli Settlements Explained

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun