Sayyid Jamaluddin Al-Afghani dikenal sebagai seorang Mujadid, dengan buku Pan Islamisme. Al-Afghani mendorong persatuan umat Islam lintas negara, mazhab, dan etnis untuk melawan dominasi dan kolonialisme Barat. Tujuannya adalah menyatukan uman Islam sebagai satu kekuatan politik dan intelektual. Jamaluddin Al-Afghani (1838/1839-1897) adalah seorang tokoh pembaru Islam dan aktivis politik yang dikenal karena pemikiran dan perjuangannya dalam menyatukan umat Islam serta melawan penjajahan Barat. Ia lahir di Asadabad, yang beberapa sumber menyebutkan berada di Afghanistan, sementara yang lain di Persia. Al-Afghani dikenal sebagai pelopor gerakan modernisme Islam dan Pan-Islamisme, sebuah gagasan untuk menyatukan seluruh umat Islam di dunia dalam satu wadah, baik dalam bidang politik maupun sosial.
      Jamaluddin Al-Afghani memperoleh pendidikan yang mendalam tentang studi Islam sejak usia muda. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan bahwasannya pada usia delapan tahun Al-Afghani telah memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa, beliau tekun mempelajari bahasa Arab, sejarah, matematika, filsafat, fiqh, dan ilmu keislaman lainnya. Ketika remaja, ia mulai belajar filsafat dan ilmu eksakta menurut sistem pelajaran Eropa modern dari tokoh-tokoh ulama, seperti Syekh Murtadha Anshari, Mulla Husein al-Hamadi, Sayyid Ahmad Teherani, dan Sayyid Habbubi. Kemudian ketika beranjak 18 tahun, ia mulai bertolak ke India lalu ke Mekkah dan kembali ke Afghanistan. Pada usia 22 tahun, setelah kembali dari haji, AlAfghani dianugerahi posisi penting dalam pemerintahannya di kota Kabul oleh penguasa Afganistan, Dost Muhammad.
      Saat itu, Dost Muhammad sedang mempertahankan kekuasaannya dengan memanfaatkan kaum cendekiawan yang didukung rakyat Afghanistan. Sayang, ketika akhirnya Dost terbunuh dan takhtanya jatuh ke tangan Sher Ali, al-Afghani diusir dari Kabul. Setelah Dost Muhammad Khan wafat, penguasa baru, Sher Ali Khan, menegaskan kekuasaannya dan mengusir Jamaluddin AlAfghani karena dianggap membawa pengaruh progresif yang membahayakan stabilitas rezim baru. AlAfghani kemudian menuju Hijaz (Mekkah) untuk ibadah haji. Namun karena larangan dari rezim Sher Ali, ia tidak diperbolehkan melewati jalur lewat Persia, sehingga ia dipaksa memasuki India kembali terlebih dahulu. Pada tahun 1869 AlAfghani tiba di India untuk kedua kalinya. Pemerintah kolonial menerima kehadirannya dengan hormat, namun melarangnya bertemu tokoh-tokoh revolusioner karena khawatir pengaruhnya akan memicu pemberontakan baru dari rakyat. Dalam waktu singkat, karena dianggap berbahaya, beliau dideportasi lewat Terusan Suez ke Mesir yang sedang bergolak pada saat itu.
      Setelah dideportasi ke Terusan Suez, Jamaluddin Al Afghani akhirnya tiba di Mesir dan membangun jaringan intelektual dengan ulama dan mahasiswa Universitas Al Azhar, seperti Muhammad Abduh dan Sa'd Zaghlul. Dia kemudian menjadi tokoh penting dalam modernisme dan nasionalisme Mesir. Ia mendorong revolusi Mesir, termasuk mendirikan Hizb al-Wathani pada tahun 1879 untuk menentang pemerintahan pro-Britania dan mendorong nasionalisme dan reformasi sosial. Ia menerbitkan jurnal pan-Islam al-Urwah al-Wuthqa di Paris bersama Muhammad Abduh pada 1884. Jurnal ini menjadi sarana penting untuk menyebarkan gagasan anti-kolonialisme dan persatuan umat Islam. Selanjutnya, ia melakukan perjalanan ke Eropa dan Rusia, termasuk London, Moskow, dan St. Petersburg, berbicara dengan intelektual, dan bahkan membuat dampak pada kebijakan Rusia mengenai pencetakan Al-Qur'an di wilayah yang dianggap Muslim. Kemudian datang undangan dari Shah Nasiruddin Qajar. Namun, karena ia mengecam konsesi tembakau Persia, ia diusir pada 1890, dan beberapa muridnya terlibat dalam demonstrasi yang menyebabkan pembunuhan Shah pada 1895. Ia menetap di Istanbul atas undangan Sultan Abdul Hamid II pada 1892 dan hidup dengan baik, tetapi akhirnya menjadi tahanan di "sangkar emas" sampai akhir hayatnya. Dia meninggal pada 9 Maret 1897 karena kanker rahang dan pertama kali dimakamkan di Istanbul, tetapi pada akhir 1944 jenazahnya dipindahkan ke Kabul atas permintaan pemerintah Afghanistan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI