Mohon tunggu...
Auliyaul Khairiyyah
Auliyaul Khairiyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya suka menonton film dan membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Geopolitik di Balik Tarif, Eropa Cari Arah Baru

4 Juli 2025   16:38 Diperbarui: 4 Juli 2025   16:38 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uni Eropa (Sumber:Wikipedia) 

Isu perdagangan internasional kembali menjadi sorotan setelah Presiden Amerika Serikat yaitu Donald Trump dalam masa jabatan keduanya menyatakan rencana untuk menerapkan tarif impor sebesar 10% terhadap produk asal Uni Eropa. Pengumuman ini disampaikan dalam pidatonya di Gedung Putih pada 2 April 2025, sebagai bagian dari kebijakan ekonomi "America First" yang kembali ditekankan. Rencana tersebut menuai kekhawatiran di kalangan pengambil kebijakan dan pelaku industri di Eropa.

Kebijakan tarif ini menargetkan berbagai sektor utama Eropa, seperti otomotif, produk makanan dan minuman, serta peralatan industri. Banyak pihak di Eropa menilai kebijakan ini sebagai bentuk proteksionisme baru yang dapat mengganggu arus perdagangan global serta stabilitas ekonomi kawasan.

Menurut laporan Politico Europe (18 Juni 2025), para pejabat Komisi Eropa menyebut kebijakan tarif tersebut sebagai "provokatif dan sepihak", serta tidak sejalan dengan prinsip perdagangan multilateral yang dijunjung Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Mereka juga menyatakan kesiapan Uni Eropa untuk merespons melalui langkah-langkah yang proporsional.

"Langkah sepihak Amerika ini tentu mengancam prinsip dasar perdagangan bebas yang selama ini dijaga kedua belah pihak," ujar Sabine Weyand, Direktur Jenderal Perdagangan Komisi Eropa dalam pernyataannya kepada Reuters (19 Juni 2025).

Di sisi lain, kalangan industri di Eropa juga menyatakan keprihatinan mereka. Presiden Federasi Industri Jerman atau dikenal sebagai Bundesverband der Deutschen Industrie (BDI), Peter Leibinger dalam pernyataan awal tahun 2025 menyoroti lemahnya pertumbuhan industri dan pentingnya memperkuat kompetensi strategis Eropa agar tetap menjadi mitra dagang yang tidak tergantikan bagi AS. Meskipun pernyataan tersebut disampaikan sebelum pengumuman resmi kebijakan tarif Presiden Trump pada April, kekhawatiran BDI mencerminkan kekhawatiran yang lebih luas di kalangan pelaku usaha Eropa mengenai kemungkinan kembalinya proteksionisme Amerika.

Sebagai mahasiswa hubungan internasional, kebijakan proteksionis Amerika Serikat bukan hanya sekedar soal perdagangan, tetapi juga merupakan bagian dari strategi geopolitik yang lebih besar. Uni Eropa sekarang berada di posisi yang cukup sulit karena harus memilih antara mempertahankan hubungan dagang dengan AS yang selama ini jadi pilar utama ekonomi barat atau mulai memperluas kerja sama ke kawasan lain seperti Asia, Amerika Latin, atau bahkan Afrika. Kebijakan tarif ini seolah menjadi pengingat bahwa dalam sistem perdagangan bebas, solidaritas antarsekutu pun dapat runtuh oleh kepentingan domestik masing-masing negara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun