Pantai selatan Jawa memiliki morfologi dasar laut yang khas, yaitu profil yang curam dengan penurunan kedalaman yang sangat cepat. Secara geologi, wilayah selatan Jawa berada tepat di atas zona subduksi di mana Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Eurasia.
Proses tektonik ini menciptakan palung laut dalam yang membentang sejajar garis pantai, seperti Palung Jawa yang memiliki kedalaman hingga lebih dari 7.000 meter di beberapa titik. Keberadaan palung ini membuat kontur dasar laut di pantai selatan sangat berbeda dengan pantai utara.
Jika di Laut Jawa kedalaman rata-rata hanya 40-60 meter dan menurun secara landai, maka di pantai selatan, kedalaman bisa langsung mencapai puluhan meter hanya beberapa meter dari garis pantai.
Perbedaan morfologi dasar laut ini berimplikasi langsung pada perilaku gelombang. Menurut prinsip oseanografi, ketika gelombang laut bergerak dari laut dalam menuju perairan dangkal, energi gelombang biasanya akan berangsur-angsur terdisipasi karena gesekan dengan dasar laut.
Namun, di pantai selatan Jawa, dasar laut yang curam membuat gelombang tidak sempat kehilangan energi secara bertahap. Akibatnya, gelombang datang dengan energi hampir penuh dan baru pecah ketika mendekati garis pantai.
Inilah sebabnya ombak di pantai selatan terasa "meledak" tepat di bibir pantai, berbeda dengan pantai utara yang ombaknya cenderung lebih kecil karena energi telah banyak hilang sebelum mencapai garis pantai.
Kondisi ini pula yang membuat aktivitas berenang di pantai selatan sangat berisiko. Profil dasar laut yang curam menyebabkan transisi dari air dangkal ke air dalam terjadi secara mendadak.
Seorang wisatawan bisa saja masih berdiri dengan air setinggi pinggang, namun hanya beberapa langkah berikutnya pijakan hilang dan tubuh langsung berada di perairan yang jauh lebih dalam.
Kedalaman yang signifikan ini, dikombinasikan dengan gelombang kuat dan arus balik (rip current), menjadikan pantai selatan salah satu kawasan pesisir paling berbahaya untuk berenang di Indonesia. Dengan kata lain, bukan hanya ombak besar yang menjadi ancaman, tetapi juga morfologi laut dalam yang berhubungan langsung dengan proses tektonik global di Samudra Hindia.
Arus Laut Khatulistiwa Selatan
Faktor lain yang membuat pantai selatan tidak bersahabat adalah keberadaan Arus Khatulistiwa Selatan (AKS). Arus ini merupakan bagian dari sistem sirkulasi global Samudra Hindia, yang bergerak dari timur ke barat melintasi pesisir selatan Jawa. Kecepatan arus bisa mencapai 0,5 hingga 1 meter per detik, cukup kuat untuk memengaruhi pergerakan kapal nelayan kecil.
Kombinasi arus laut yang kencang dengan gelombang tinggi menciptakan kondisi yang tidak stabil di perairan selatan Jawa. Tidak heran jika nelayan setempat sangat bergantung pada pengetahuan tradisional tentang musim dan arah angin sebelum melaut.