Namun, peradaban tetap tumbuh. Kode hukum seperti Hammurabi memberikan contoh awal tentang bagaimana masyarakat mulai memikirkan keadilan, tanggung jawab, dan tata kelola. Meskipun hukum tersebut dibungkus oleh simbol-simbol religius, isinya mencerminkan pemahaman rasional tentang sebab-akibat dan perlunya tatanan sosial.
Mesopotamia memberikan pelajaran penting tentang bagaimana masyarakat awal mengelola kompleksitas sosial. Mereka belum sepenuhnya memahami dunia melalui metode ilmiah, tetapi sudah menunjukkan usaha menuju sana. Di sisi lain, kita juga belajar bahwa narasi besar seperti mitologi dapat berfungsi ganda: sebagai sumber inspirasi maupun sebagai alat kontrol.
Dalam dunia modern, banyak konsep yang diwariskan dari Mesopotamia tetap bertahan: waktu, hukum tertulis, dan konsep negara. Namun, pendekatan kita terhadap mitos dan kepercayaan telah berubah. Kini, kita diajak untuk tidak hanya mempercayai, tetapi juga memahami. Untuk tidak hanya menerima otoritas, tetapi juga mempertanyakannya.
Mesopotamia adalah cermin awal dari usaha manusia dalam membangun peradaban. Ia memperlihatkan bagaimana manusia menggabungkan rasa ingin tahu dengan rasa takut, logika dengan simbol, dan organisasi sosial dengan kepercayaan. Dalam lintasan sejarah, Mesopotamia tidak hanya penting karena ia yang pertama, tetapi karena ia membuka jalan bagi proses berpikir manusia yang terus bergulat antara pengetahuan dan kepercayaan, antara data dan dogma. Melalui kajian kritis terhadap peradaban ini, kita tidak hanya belajar tentang masa lalu, tetapi juga tentang bagaimana membangun masa depan yang lebih rasional dan reflektif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI