Mohon tunggu...
Aulia Zahra
Aulia Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Manajemen UIN MALIKI MALANG

Fashionable, berwawasan, terpenting mandiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ibu, Malaikat Tak Bersayap

19 Maret 2021   04:33 Diperbarui: 19 Maret 2021   04:45 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selamanya tanpa ada batasan apapun. Bagi saya definisi pahlawan dalam hidup saya adalah seseorang yang mengajarkan saya banyak hal dan selalu berbuat hal apapun untuk kita.

Sosok itu adalah ibu (mama). Mama adalah wanita yang sangat hebat dan sangat berarti dalam kehidupan saya. Perjuangannya, pengorbananya, tidak bisa di ganti oleh apapun. 

Saya ingat beberapa cerita yang pernah beliau bilang ke saya. Sebuah pergorbanan yang sangat berat, tetapi mama mampu melewatinya demi anaknya bisa hidup di dunia. Saat itu, mama saya sedang hamil menginjak umur 9 bulan. 

Dan pada kamis subuh, mama sudah mau melahirkan. Posisinya saat itu berada di kondisi yang tidak aman, dan terjadi pemadaman listrik berkepanjangan. Tetapi, mama saya tidak memikirkan semua itu, ia lebih mementingkan anaknya lahir ke dunia dan hidup sehat

Mengapa saya bilang saat itu posisinya tidak aman...sebab saat mama mengandung dan melahirkan saya, wilayah tempat kami tinggal sedang rawan dengan GAM pasukan yang sangat terkenal sekali di Aceh dan memakan banyak korban jiwa. Diluar rumah tidak henti-hentinya terjadi aksi baku tembak dengan para polisi dan tentara. 

Pada saat itu pula mama saya tidak memikirkannya, yang beliau pikirkan hanyalah untuk melahirkan saya tidak perduli keadaan seperti apa di luar sana.

Pada akhirnya ayah saya membawa ke rumah sakit walaupun sempat ayah saya ketakutan saat keluar rumah, tetapi tetap beliau antarkan mama ke rumah sakit dengan menggunakan mobil milik tetangga. Setelah mengantarkan ke rumah sakit yang dituju, dokter kandungannya tidak ada dirumah sakit dan dimintai pihak rumah sakit untuk segera datang ke rumah sakit, tetapi beliau menolak  dikarenakan posisinya jam tiga subuh dan GAM juga masih rawan. Pada saat juga keadaan masih gelap gulita karena pemadaman listrik.

Akhirnya dokter kandungannya pun menyetujui dengan syarat harus dibawa ke posisi rumah sakit tempat ia berada. Mau tidak mau ayah saya menyetujuinya, dan mama serta ayah saya diantar menggunakan ambulans. 

Pada saat di tengah jalan, sempat mobil ambulans yang ditumpangi orang tua saya diberhentikan oleh orang GAM. Sempat disuruh turun semua orang di dalamnya. 

Tetapi saat itu ayah saya bicara ke orang tersebut karena kebetulan sama-sama dari suku Aceh. Tak lama kemudian diperbolehkan pergi. Saya tidak bisa bayangkan bagaimana pengorbanan rasa sakit yang dirasakan oleh mama saya saat itu.

Rumah sakit yang dituju lumayan jauh sekitar 30 menit, dan tiba disana sekitar 15 menit dikarenakan ambulans dan posisinya juga subuh jadi tidak banyak kendaraan yang lewat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun