Pada zaman digital saat ini, teknologi bukan lagi sekadar alat pendukung, melainkan telah menjadi penggerak utama yang mengubah cara kita berbelanja, membayar tagihan, serta memandang esensi uang. Konsep cashless society pun bukan lagi sekadar wacana masa depan, melainkan sudah menjadi kenyataan di berbagai belahan dunia.Â
Di Indonesia, penggunaan e-wallet seperti GoPay, OVO, dan Dana meningkat pesat selama pandemi COVID-19, dengan nilai transaksi digital mencapai triliunan rupiah tiap tahunnya. Menurut data Bank Indonesia, pada 2023, transaksi elektronik naik hingga 30% dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh integrasi QRIS yang mempermudah pembayaran lintas platform. Teknologi ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada uang fisik, tetapi juga membuka peluang inklusi finansial bagi masyarakat yang sebelumnya kesulitan mengakses layanan perbankan.
Bagaimana Teknologi Mengubah Pola Konsumsi Kita?
1. Kemudahan dan Kecepatan Transaksi
Dengan aplikasi pembayaran digital, kita bisa membayar hanya dengan sekali tap atau scan. Misalnya, membeli kopi di kafe kini cukup dengan memindai QR code, tanpa perlu menghitung uang kembalian. Ini membuat proses belanja lebih cepat dan efisien, mendorong konsumen untuk lebih sering melakukan transaksi impulsif.
2. Personalisasi Penawaran melalui Data Â
Teknologi memungkinkan perusahaan mengumpulkan data pola belanja konsumen. Aplikasi seperti Shopee atau Gojek menawarkan diskon atau voucher yang relevan dengan kebiasaan belanja kita, misalnya voucher untuk restoran favorit jika sering memesan makanan lewat aplikasi. Strategi ini memengaruhi keputusan pembelian dan meningkatkan pengeluaran.
3. Akses ke E-Commerce dan Layanan Digital Â
Platform seperti Tokopedia, Lazada, dan marketplace lainnya memungkinkan belanja tanpa harus ke toko fisik. Dengan integrasi pembayaran digital, konsumen bisa melakukan transaksi lintas kota bahkan lintas negara dengan mudah, sehingga pilihan produk dan layanan lebih luas.
4. Perubahan Kebiasaan Generasi Muda