Mohon tunggu...
Aulia Tazkia Farhani
Aulia Tazkia Farhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah seorang mahasiswi Program Studi Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kurangi Fast Food-mu, Tingkatkan Kesehatanmu

27 Desember 2023   14:23 Diperbarui: 28 Desember 2023   07:07 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Remaja di Kota Surakarta mulai mengalami perubahan kebiasaan makan yaitu kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji atau fast food. Perubahan kebiasaan makan tersebut disebabkan karena di daerah Surakarta, makanan cepat saji mudah untuk dijangkau dengan banyaknya gerai-gerai industri makanan yang menjual makanan cepat saji pada skala kecil seperti, pedagang kaki lima maupun skala besar seperti, restoran. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, capaian restoran makanan cepat saji tahun 2021 di Kota Surakarta yaitu 165,00. Dengan demikian, kebiasaan makan remaja berubah seiring dengan banyaknya pedagang kaki lima dan restoran yang menjual makan cepat saji.

Pada kalangan mahasiswa yang tergolong masih remaja lebih memilih untuk makan makanan cepat saji dibandingkan dengan makanan lainnya. Pemilihan konsumsi makanan cepat saji tersebut disebabkan karena pada proses pengolahannya diberikan bahan tambahan penyedap rasa sehingga cita rasa yang dihasilkan akan lebih lezat dan gurih. Berdasarkan data penelitian Pratheepkumar dkk (2023), didapatkan sebanyak 72,6% mahasiswa yang menjadikan makanan cepat saji sebagai pilihan dengan alasan karena menikmati rasanya. Dengan alasan tersebut menjadikan mahasiswa memiliki ketertarikan dalam pemilihan makanan siap saji.

Media sosial mempengaruhi remaja dalam konsumsi makanan cepat saji. Media sosial dapat meningkatkan remaja dalam makan makanan cepat saji karena terdapat banyak wirausahawan yang mengiklankan dagangannya melalui media sosial. Berdasarkan penelitian Harianto (2022), salah satu aktivitas remaja menggunakan media sosial yaitu untuk melihat referensi makanan yang akan dikonsumsi. Dengan demikian, media sosial dapat mempengaruhi sikap remaja yang cenderung untuk memilih mengonsumsi makanan cepat saji dengan diiringi adanya perkembangan teknologi yang memudahkan konsumen untuk mendapatkan makanan cepat saji menggunakan aplikasi layanan online pengantar makanan.

Teman sebaya juga dapat menyebabkan pengaruh pola makan makanan siap saji. Hal ini dikarenakan teman sebaya memiliki frekuensi yang lebih sering untuk bertemu dan menjadikan makanan cepat saji sebagai hidangan untuk dikonsumsi. Berdasarkan penelitian Astiningsih (2019), teman sebaya berhubungan erat dengan perilaku konsumsi makanan cepat saji. Dengan demikian, konsumsi makanan cepat saji dapat disebabkan oleh adanya sosialisasi dengan teman sebaya.

Tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki seseorang juga dapat mempengaruhi perilaku makan pada makanan cepat saji. Hal ini dikarenakan pada seorang remaja dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki kebiasaan konsumsi makanan yang sehat, sedangkan pada remaja dengan tingkat pengetahuan rendah memiliki kebiasaan makan tidak baik salah satunya yaitu kebiasaan konsumsi makanan cepat saji. Menurut Hartian & Harahap (2023), konsumsi makanan siap saji berhubungan dengan tingkat pengetahuan, dimana seseorang dengan pengetahuan yang tinggi memiliki kebiasaan jarang mengonsumsi makanan cepat saji, begitupun sebaliknya. Dengan demikian, tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi adanya kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji.

Besarnya uang saku pada remaja juga memiliki hubungan langsung dengan kebiasaan makan makanan cepat saji. Hal ini karena remaja dengan uang saku yang lebih banyak berpeluang lebih besar untuk memilih makanan. Dengan kesempatan ini, remaja akan memilih makanan dengan gengsi untuk memenuhi keinginan mereka tanpa mempertimbangkan efeknya pada kesehatan mereka. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Samingan dkk (2021), remaja dengan uang saku yang besar memiliki kemungkinan untuk mengonsumsi makanan cepat saji sebesar 3,2 kali, dan remaja dengan uang saku yang kecil memiliki kemungkinan sebesar 1,7 hingga 5,9 kali. Maka dari itu, besarnya jumlah uang yang dimiliki remaja juga dapat mempengaruhi banyaknya konsumsi makanan cepat saji.

Status gizi remaja akan terpengaruh apabila seseorang terlalu banyak makan makanan cepat saji tanpa berolahraga. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kalori dan lemak dalam makanan cepat saji. Apabila tubuh tidak bergerak, maka lemak akan disimpan di dalamnya dan menyebabkan penimbunan lemak sehingga menyebabkan meningkatnya Indeks Massa Tubuh (IMT) menjadi tidak normal.. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Herlina dkk (2021), remaja yang mengonsumsi makanan cepat saji dengan sering mengalami proporsi obesitas umum yang lebih tinggi, yaitu 45,16% apabila dibandingkan dengan remaja yang mengonsumsinya dengan jarang, yaitu sebesar 5,88%. Akibatnya, konsumsi makanan cepat saji yang berlebihan tanpa melakukan aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas umum.

Konsumsi makanan cepat saji sering dapat menyebabkan obesitas sentral . Terjadinya obesitas sentral tersebut disebabkan karena di dalam makanan tersebut memiliki kandungan jumlah kalori yang tinggi sehingga apabila sering dikonsumsi dengan jangka waktu lama dapat meningkatkan penyimpanan kalori dalam bentuk lemak di dalam sel adiposa, terutama pada area perut yang kemudian menyebabkan obesitas sentral. Berdasarkan penelitian Satrianugraha & Sukmana (2022), didapatkan data proporsi remaja yang mengalami obesitas sentral akibat makan makanan cepat saji yaitu sebesar 49,3%. Dengan demikian, konsumsi makanan cepat saji secara berkelanjutan dapat menyebabkan obesitas sentral.

Pada remaja perempuan, makan makanan cepat saji sering kali dapat mempengaruhi usia menstruasi pertama, atau menarche. Makanan cepat saji yang tinggi lemak dapat meningkatkan sekresi Hormon Leptin Berasal Adiposit . Ini memicu sekresi hipotalamus untuk melepaskan Gonadotropinreleasing Hormone (GnRH), yang pada gilirannya memicu kelenjar hipofisis anterior untuk melepaskan Luteinizing Hormone (LH). Kemungkinan cepatnya hormon LH dilepaskan berpengaruh pada usia menarche remaja. Data penelitian Admin & Sri (2020) menunjukkan bahwa remaja putri yang makan makanan cepat saji dengan frekuensi > 1 kali dalam seminggu berisiko 6,545 kali mengalami menarche tidak normal. Makanan cepat saji yang sering dikonsumsi dapat mempengaruhi usia menarche .

Remaja putri yang sering mengonsumsi makanan cepat saji juga dapat mengalami kram atau nyeri perut selama menstruasi. Di dalam makanan cepat saji terdapat asam lemak trans yang dapat memicu rahim untuk mengeluarkan lebih banyak prostaglandin, yang menyebabkan nyeri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mivanda dkk. (2023), 72,7% remaja putri mengalami dismenore dengan frekuensi sering mengonsumsi makanan cepat saji, dan 64,0% remaja putri tidak mengalami dismenore dengan frekuensi jarang. Oleh karena itu, makanan cepat saji dikaitkan dengan kejadian nyeri perut pada remaja perempuan.

Frekuensi makan makanan cepat saji dengan 3 kali dalam seminggu memiliki dampak yang buruk terhadap kesehatan tubuh, salah satunya hipertensi. Hal ini dikarenakan makanan cepat saji mengandung zat gizi natrium tinggi yang dapat menyebabkan meningkatnya sekresi enzim dan air ludah sehingga akan meningkatkan keinginan seseorang untuk mengonsumsinya secara terus-menerus. Kandungan lemak jahat dan natrium juga akan meningkat seiring bertambahnya konsumsi garam. Hal inilah yang dapat menyebabkan keseimbangan kalium dan natrium dalam tubuh terganggu sehingga tekanan darah menjadi tidak normal atau disebut dengan hipertensi. Berdasarkan penelitian Destra dkk (2022), didapatkan bahwa seseorang akan berisiko sebanyak 1,89 kali mengalami hipertensi akibat mengonsumsi makanan cepat saji. Dengan demikian, konsumsi makanan cepat saji 3 kali dalam seminggu dapat menyebabkan hipertensi sehingga perlu mengurangi kebiasaan konsumsi makanan cepat saji supaya kesehatan tubuh meningkat dan tetap terjaga dengan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun