Mohon tunggu...
Aulia Syafira
Aulia Syafira Mohon Tunggu... -

Sociology Edu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi Covid-19 Melahirkan Perubahan Sosial

19 Desember 2022   17:53 Diperbarui: 13 Juni 2023   11:17 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang efektif dalam melahirkan perubahan sosial dan mendorong terjadinya mobilitas sosial di masyarakat. Sebab melalui pendidikan maka didapatkan kekuatan vertikal yang mampu mengubah struktur sosial yang terdapat di dalam masyarakat. Pendidikan tidak hanya berperan meningkatkan wawasan, horizon pemikiran dan kemampuan individual, melainkan juga memberikan masyarakat suatu kehidupan yang layak, peningkatan kesejahteraan, terbukanya harapan (hope), dan berubahnya pelapisan sosial (stratifikasi sosial) yang lebih baik di dalam masyarakat

Awal maret 2020 Indonesia bahkan seluruh dunia digemparkan oleh adanya Covid-19 di Indonesia, persebarannya semakin meluas. Kewaspadaan dan kekhawatiran dimana-mana, virus corona telah menginfeksi ratusan ribu manusia bahkan sampai ribuan korban jiwa. Dampak virus corona memukul berbagai sudut salah satunya adalah dibidang pendidikan. Di Indonesia dunia pendidikan juga ikut merasakan dampaknya hingga saat ini, kondisi penyebaran virus tersebut masih memprihatinkan. Pastinya kondisi demikian akan menganggu pencapaian kematangan siswa dalam meraih tujuan belajarnya, baik secara akademis maupun psikologis.

Dalam hal ini dapat dipastikan bahwa Covid-19 merupakan faktor utama penyebab adanya perubahan program pendidikan yang biasa dilakukan. Yakni penutupan sekolah, peniadaan UNBK dari semua jenjang pendidikan, peniadaan pertemuan tatap muka yang biasa dilakukan di ruang kelas pembelajaran. Semua pembelajaran atau segala bentuk komunikasi dilakukan dari rumah dengan menggunakan teknologi yang disebut pembelajaran daring (online) atau pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Pembelajaran daring atau PJJ adalah pembelajaran yang berlangsung tanpa tatap muka tetapi melalui platform yang tersedia. Semua materi pembelajaran dibagikan secara online. Sistem belajar online ini juga didukung oleh beberapa aplikasi seperti Whatsapp, Telegram, Google Classroom, Quiziz, Zoom Meeting dan aplikasi lainnya. Dengan diadakannya sistem pembelajaran daring ini mampu membantu agar Pendidikan yang ada di Indonesia tetap berjalan dan proses belajar mengajar tetap efektif meski di masa pandemi.

Namun, pembelajaran daring menghadirkan tantangan yang berbeda bagi siswa dan guru, karena siswa dan guru harus mampu beradaptasi dan mempersiapkan banyak hal yang belum ada sebelumnya atau yang tidak biasa dilakukan di kelas tatap muka.

Dengan demikian artikel ini dibuat untuk menganalisis pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 dilihat dari perspektif Pierre Bourdieu melalui teorinya yaitu habitus, arena, dan kapital. Tidak hanya itu, Pembelajaran daring, yang juga dikenal sebagai pembelajaran jarak jauh atau e-learning, dapat dikaitkan dengan teori sosiologi kebudayaan dalam beberapa cara. Teori sosiologi kebudayaan mempelajari bagaimana budaya mempengaruhi dan membentuk masyarakat, serta bagaimana masyarakat membentuk dan mempengaruhi budaya. Dalam konteks pembelajaran daring, budaya dan masyarakat memiliki peran yang signifikan dalam cara pembelajaran tersebut dijalankan dan dipahami. Menurut teori perubahan sosial, Pembelajaran daring dapat menjadi cermin dari perubahan sosial yang sedang terjadi dalam masyarakat. Penggunaan teknologi dan ketergantungan pada internet dalam pembelajaran mencerminkan pergeseran budaya dan perubahan dalam pola interaksi sosial. Selain itu, pembelajaran daring juga dapat menjadi agen perubahan sosial dengan memperkenalkan pendekatan baru dalam pendidikan dan membentuk pola interaksi yang berbeda antara peserta didik.

Pendidikan bagi Bourdieu, hanya sebuah alat untuk mempertahankan eksistensi kelas dominan. Sekolah pada dasarnya hanya menjalankan proses reproduksi budaya, sebuah mekanisme sekolah, dalam hubungannya dengan institusi yang lai, untuk membantu mengabdikan ketidaksetaraan ekonomi antargenerasi (Giddens, 2006). Kelas dominan mempertahankan posisinya melalui -- disebut oleh Bourdieu Illich -- hidden curriculum. Sekolah mempengaruhi sikap dan kebiasaan siswa dengan menggunakan budaya kelas dominan.

Artinya, kelas dominan memaksakan kelas terdominasi untuk bersikap dan mengikuti budaya kelas dominan melalui sekolah. Sekolah hampir selalu siap menawarkan budaya kelas atas dalam setiap aktivitasnya. Siswa dari latar belakang kelas bawah selalu berusaha mengembangkan cara berbicara dan bertindak yang sudah biasa digunakan kelas dominan yang disebut oleh Bourdieu sebagai habitus.

Menurut Bourdieu, sekolah merupakan tempat untuk menyosialisasikan habitus kelas dominan sebagai jenis habitus yang alami. Selain itu, habitus kelas dominan diposisikan sebagai satu-satunya habitus yang paling baik. Bertindak seolah-olah setiap siswa memiliki akses yang sama. Seperti yang dikatakan oleh Bourdieu berikut: "... budaya elit begitu dekat dengan budaya sekolah, sehingga anak-anak dari kelas menengah bawah hanya dapat memperoleh sesuatu yang diberikankepda anakanak dari kelas-kelas terdidik -- gaya, selera, kecerdasan -- dengan usaha yang sangat keras.

Pendeknya, berbagai sikap dan kemahiran yang kelihatannya natural dalam anggota kelas terdidik dan yang lazim diperkirakan datang dari mereka, tepatnya karena sikap-sikap dan kemahiran itu adalah budaya kelas tersebut" (Harker, et. Al. 1990)". Dengan cara tersebut di atas, habitus kelas dominan ditransformasikan menjadi bentuk modal budaya yang diterima begitu saja oleh sekolah. Selain itu, habitus kelas dominan juga bertindak sebagai alat seleksi yang paling efekif dalam proses-proses reproduksi sebuah masyarakat yang hirearkis.

Mereka yang memiliki habitus yang sesuai akan menerima keberhasilan, sementara mereka yang tidak mampu menyesuaikan habitusnya akan mengalami kegagalan. Untuk itu, agar kelas bawah dapat mengalami keberhasilan, maka ia harus melakukan apa yang disebut sebagai proses borjuasi, atau meniru habitus kelas dominan karena habitus kelas dominan selalu diposisikan menjadi habitus paling baik dan sempurna.

Pada masa pandemi ini masyarakat mengalami perubahan arena sehingga memunculkan habitus baru. Masyarakat yang sebelumnya menggunakan buku dan alat tulis lainnya, sekarang mereka secara dituntut untuk memiliki gadget/ smartphone dan sebagainya agar dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tidak hanya itu, masyarakat juga dipastikan mampu menguasai teknologi dan mampu mengoperasikan aplikasi yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar seperti Zoom Meeting, Google Classroom, Quiziz, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut tentu tidak mudah bagi beberapa kalangan khususnya kalngan kelas bawah.

Teori Bourdieu yang akan penulis bahas selanjutnya yaitu kapital. Menurut Bourdieu (2016: 81), kapital itu harus ada di setiap arena dan mencakup modal ekonomi, modal budaya, serta modal simbolik. Dengan diberlakukannya pembelajaran secara daring, tentu modal menjadi aspek utama. Bagaimana tidak, pembelajaran daring ini siswa perlu menggunakan smartphone seperti handphone atau laptop dan kuota internet.

Hal ini sesuai dengan Pendidikan yang ditawarkan oleh Bourdieu bahwa pendidikan yang netral dan jauh dari dominasi kelas dominan karena sebagaian kelompok telah menggunakan pendidikan di sekolah sebagai alat untuk mempertahankan eksistensinya, dan sebagian kelompok lain yang tidak mampu menyelaraskannya akan tertindas. Dengan begini siswa yang memiliki kendala modal ekonomi tersebut tidak bisa mengikuti pembelajaran.

Kesimpulan:

Covid-19 merupakan faktor utama penyebab adanya perubahan program pendidikan yang biasa dilakukan. Semua pembelajaran atau segala bentuk komunikasi dilakukan dari rumah dengan menggunakan teknologi yang disebut pembelajaran daring (online) atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pembelajaran daring atau PJJ adalah pembelajaran yang berlangsung tanpa tatap muka tetapi melalui platform yang tersedia. Semua materi pembelajaran dibagikan secara online. Sistem belajar online ini juga didukung oleh beberapa aplikasi yang diperlukan selama pembelajaran. Banyak hal yang belum ada sebelumnya atau yang tidak biasa dilakukan di kelas tatap muka. Menurut Bourdieu dalam pandemi ini masyarakat mengalami perubahan arena sehingga memunculkan habitus baru. Masyarakat yang sebelumnya menggunakan buku dan alat tulis lainnya, sekarang mereka secara dituntut untuk memiliki gadget/ smartphone dan sebagainya agar dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tidak hanya itu, masyarakat juga dipastikan mampu menguasai teknologi dan mampu mengoperasikan aplikasi yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar seperti Zoom Meeting, Google Classroom, Quiziz, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut tentu tidak mudah bagi beberapa kalangan khususnya kalangan kelas bawah. Hal ini sesuai dengan Pendidikan yang ditawarkan oleh Bourdieu bahwa pendidikan yang netral dan jauh dari dominasi kelas dominan karena sebagaian kelompok telah menggunakan pendidikan di sekolah sebagai alat untuk mempertahankan eksistensinya, dan sebagian kelompok lain yang tidak mampu menyelaraskannya akan tertindas. Dengan begini siswa yang memiliki kendala modal ekonomi tersebut tidak bisa mengikuti pembelajaran.

Dalam rangka memahami pengaruh pembelajaran daring secara menyeluruh, penting untuk melihatnya melalui lensa sosiologi kebudayaan. Teori-teori ini dapat membantu mengidentifikasi dan menganalisis interaksi sosial, perubahan budaya, serta implikasi sosial dari penggunaan teknologi dalam konteks pendidikan jarak jauh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun