Mohon tunggu...
Nur Aulia Lidyanto
Nur Aulia Lidyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis seadanya

Suka jajan dan traveling, gak suka kerja tertekan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Deforestasi

22 November 2021   15:49 Diperbarui: 22 November 2021   16:30 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Justus Menke from Pexels

Baru-baru ini isu deforestasi marak diperbincangkan di ranah Internasional. Lalu apa itu deforestasi?

Mengutip dari wikipedia adalah kegiatan penebangan atau tegakan pohon sehingga lahannya dapat dialihgunakan untuk penggunaan non hutan.  

Hilangnya kawasan hutan primer dalam 5 tahun terakhir (4,3 juta ha periode 2015-2019) bahwa hampir 50% lebih tinggi dari lima tahun pertama (2,9 juta ha 2002-2006). Pada dekade ini tingkat kerusakan hutan berasal dari kebakaran hutan di Amazon dan Indonesia selama akhir 2019.

Data BBC menunjukkan 4 negara pembabat hutan terbanyak di dunia di ketuai oleh Brazil dengan menempati posisi tertinggi dalam mengeksploitasi hutan Amazon. Posisi kedua disusul Indonesia dengan hilangnya 929.000 hektar hutan pada 2016 yang kemudian menyusut menjadi 270.000 hektar periode 2020. 

Urutan ketiga di duduki oleh Republik Congo akibat pembalakan liar dan penyelundupan kayu ilegal ke luar negeri. Negara ke empat yang juga mengeksploitasi hutan Amazon adalah Bolivia. Negara ini kehilangan hampir 300.000 hektar hutan tropis.

Pengetahuan dasar tentang Ilmu Pengetahuan Alam agaknya telah diajarkan kepada kita sejak duduk di sekolah dasar. Ingatkah kalian bahwa pohon berfungsi sebagai penyerap Karbon Dioksida (CO2) dan mengubahnya menjadi oksigen (O2) yang kita hirup sehari-hari? Hal dasar ini diajarkan kepada kita sejak dini agar kita merawat alam karena kita bergantung kepada alam untuk hidup. 

Adanya pohon juga menjadi sumber pangan dan tempat tinggal bagi semua makhluk tidak terkecuali manusia. Tidak hanya itu, pepohonan bekerja keras dalam menyerap air hujan sehingga tidak ada tampungan air yang menyebabkan banjir.

Terjadinya deforestasi mendorong perubahan iklim secara drastis di berbagai belahan dunia. Hilangnya sebagian besar kawasan hutan membinasakan jutaan spesies semut dan rayap di dunia.

 Mengakibatkan berbagai fauna punah secara massal. Hingga hilangnya habitat alami satwa yang kemudian menjadi bumerang bagi manusia. Tidak jarang satwa yang tidak memiliki tempat tinggal datang mencari makan ke perkampungan manusia dan berakhir dengan mengenaskan.

Dampak deforestasi yang saat ini dapat dirasakan manusia secara langsung yaitu peningkatan suhu bumi akibat efek rumah kaca karena tidak terserapnya karbon dioksida yang terlepas di udara, air hujan tidak tertangkap dengan baik oleh tanah sehingga menyebabkan banjir bandang, tiupan angin kencang membentuk pusaran angin puting beliung akibat tidak ada pohon yang menahan deburan angin, hutan yang telah digunduli perlahan berubah menjadi gurun, dan lambat laun air laut semakin naik ke daratan.

Jika tragedi ini terus berlangsung bukan hal mustahil kalau 30 tahun mendatang sebagian wilayah pesisir tenggelam. Langkanya bahan pangan dan tempat tinggal memicu peperangan. 

Anak-anak yang terlahir pada masa itu akan mengalami malnutrisi parah. Wabah penyakit baru menyengsarakan generasi lanjutan. Polutan di udara terus meningkat melebihi ambang batas menyebabkan hampir seluruh manusia terinfeksi ISPA. 

Lapisan ozon di atmosfer semakin menipis hingga tidak mampu lagi menghalau meteorit yang memasuki orbit. Pada zaman ini lah mungkin kiamat dunia terjadi.

Bencana diatas bukan sekedar bualan belaka. Inilah prediksi masa depan yang akan terjadi jika korporasi dan oligarki berpesta pora melakukan deforestasi demi kesejahteraan sementara lalu menyiksa anak cucunya di masa hadapan.

Kita sebagai manusia dapat melakukan langkah besar dalam mengatasi deforestasi dengan melakukan reboisasi. Cara mudah mengurangi dampak deforestasi yakni dengan menanam pohon dan tanaman untuk menyerap karbon dioksida. Mencari alternatif pertanian baru yang tidak membutuhkan lahan luas. 

Melakukan tebang pilih untuk menjaga kelestarian alam. Hal-hal yang dikira sepele ternyata adalah langkah besar dalam menyikapi dampak deforestasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun