Mohon tunggu...
Nur Aulia Lidyanto
Nur Aulia Lidyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis seadanya

Suka jajan dan traveling, gak suka kerja tertekan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Opini: Pengaruh Negatif Bermedia

27 Desember 2018   21:49 Diperbarui: 28 Desember 2018   13:19 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Menanggapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang kian marak dengan trobosan dan inovasi baru, masyarakat diharap lebih cermat dalam memilih dan memilah menggunakan media sosial. Dewasa ini, tidak sedikit dapat kita jumpai di berbagai pemberitaan media online, suatu postingan yang isinya menghujat atau memprovokasi. 

Sebut saja dalam kasus baru-baru ini dimana seorang pemuda di Baubau, Buton Tengah yang 'dicyduk' aparat karena unggahannya di media sosial. Pemuda berinisial SR dalam postingan-nya menulis agar seluruh warga kota Baubau memilih presiden Jokowi dalam pemilihan presiden nantinya. Namun, diakhir postingan SR menulis kata-kata tidak pantas yang dianggap melecehkan dan menghina presiden.

Banyak di antara kasus-kasus serupa yang terjadi di Indonesia. Kebebasan berekspresi dalam media sosial kerap digunakan kepada hal-hal yang negatif dan propaganda terhadap pihak tertentu. Menyikapi maraknya tindakan kriminalitas melalui media, pemerintah membentuk UU ITE no. 19 tahun 2016 yang merupakan hasil revisi dari UU no. 11 tahun 2008 tentang Informasi serta Transaksi Elektronik, atau Teknologi Informasi secara umum. Diharapkan melalui peraturan UU ini masyarakat dapat lebih bijak dalam mengelola informasi dan menyebarkannya melalui media online.

Fitur-fitur dan layanan telekomunikasi yang mengalami signikansi dari tahun ke tahun menyebabkan semakin besar pengguna layanan komunikasi berbasis online. Tidak hanya memudahkan dalam berkomunikasi, media siber sebagai bentuk kebudayaan baru di masyarakat juga mempermudah interaksi dan transaksi khususnya dalam hal ekonomi. 

Peralihan besar-besaran pasar ke media online tidak menutup kemungkinan mengakibatkan semakin banyak pedagang lapak yang gulung tikar akibat sepi pembeli. Kini masyarakat beralih ke sarana online karena dianggap lebih praktis dan instan sehingga menghemat waktu dan biaya akomodasi untuk pergi ke swalayan. Hanya dengan bermodal jari dan data internet berbelanja berbagai produk dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.

Pengguna internet dan media online tidak hanya di dominasi oleh kaula tua. Balita dan anak-anak telah dibekali para orang tua mereka dengan gadget atau smarphone yang dianggap mampu menjadi bahan ajar dan teman bermain si anak kala para orang tua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Namun, secara tidak sadar peralihan lahan bermain dan eksplorasi anak terhadap lingkungan dapat memengaruhi sikap dan tindakan anak dalam bersosialisasi dan bergaul di masyarakat. Karakteristik anak akan menjadi orang yang notabene ingin serba instan dan anti sosial. Anak yang kurang dalam hal bersosialisasi akan mudah depresi dan malas ketika terjun di masyarakat. Di samping itu, aksi pornografi media dan masalah kesehatan pada anak seolah menjadi pisau bermata dua sebagai dampak negatif dari penggunaan gadget bagi anak. Sifat anak-anak yang cenderung meniru menyebabkan apa saja yang mereka lihat di laman gadget mereka praktekkan di kehidupan nyata.  

Menurut data kominfo tahun 2018 mengungkapkan, pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dan 95 % menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Pengguna internet dan media sosial yang terus meningkat tiap tahunnya, menyebabkan terjadinya masalah-masalah sosial baru di masyarakat. Mulai timbul stereotip bermedia dan kelompok-kelompok virtual yang mendukung maupun menolak suatu pihak. Kegiatan masyarakat yang kini banyak di pengaruhi oleh gadget dan smartphone semakin meningkatkan sikap apatis dan individualistik. Akhirnya muncul-lah sikap anti sosial yang mengisolasi pengguna media dari lingkungan sekitar. Bahkan di meja makan sekalipun masyarakat saat ini tidak lepas dari smarphone masing-masing. Ketergantungan bermedia tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial tetapi juga dalam segi kesehatan mental dan jasmani seseorang. Diantara dampak buruk media siber juga adalah pemicu bunuh diri akibat cyberbullying.

Pecandu media dan pemanen 'like' semakin berlomba-lomba dalam menampilkan gaya hidup mewah sesuai tuntutan popularitas media atau sekedar mengikuti sesuatu yang viral di media sosial agar dianggap tidak ketinggalan zaman. Pemikiran masyarakat maya di 'setir' untuk menuruti perintah media. Sebenarnya, sikap seperti ini merupakan pembodohan dan penipuan diri sendiri. Individu di tuntut untuk selalu mengekspose kegiatan pribadinya, di mana ia berada atau apa yang sedang ia lakukan. Keterbukaan seperti ini memberikan jalan terjadinya kejahatan di media siber.

Tersebarnya informasi bohong dan fitnah di media siber sudah jadi rahasia umum. Beberapa oknum memanfaatkan media siber sebagai wadah menuai pujian dengan menjatuhkan pihak lain atau meraup keuntungan pribadi. Berita hoax yang santer tersebar dan dipercayai masyarakat maya selain dapat menurunkan kepercayaan dan loyalitas publik juga memicu respon negatif khalayak.

Perang melalui media siber tak jarang terjadi antara haters dan fans. Saling serang dan adu kata-kata berujaran kebencian dan caci maki sudah menjadi konsumsi sehari-hari.  Misalnya saja seorang bias memposting sebuah unggahan dengan caption bernada 'alay, secara otomatis haters bias tersebut akan menambahkan komentar pedas lagi menghujat yang ditujukan kepadanya. Sementara fans dari si bias akan membela mati-matian dengan berbagai argumen. Tak jarang pada akhirnya terjadi 'pemanggilan' oleh pihak berwajib atas pelaporan yang dilakukan pihak yang merasa tersakiti atau merasa dilecehkan oleh komentar-komentar pengguna.

Sebagai pengguna aktif media sosial, pahami betul konsekuensi dan dampak negatif dari bermedia. Bijaklah dalam mencurahkan pemikiran dengan memilah kata-kata yang mungkin akan menyinggung pihak tertentu. Gunakan media siber seperlu kebutuhan agar manfaat dari internet dapat diekploitasi secara maksimal. Agar tidak mudah terprovokasi terhadap pemberitaan yang sumbernya anonim, selalu filtrasi dan konfirmasi berita yang di terima kepada pihak-pihak terkait dan sumber yang kredibel.

Menggunakan media secara sehat dapat dilakukan dengan membatasi penggunaan media online dalam hal penting saja seperti seharusnya alat komunikasi pada umumnya. Sekalipun sebagai ajang eksistensi diri hendaknya tidak dengan mengumbar seluruh informasi pribadi kepada khalayak. Pilihlah jenis media online mana yang dibutuhkan untuk berinteraksi secara virtual. Hal ini untuk menghindari kerusakan pada software gadget atau smartphone karena virus ciptaan yang terpasang di beberapa aplikasi. Ini juga merupakan langkah untuk menghindari di 'curi'-nya data pirbadi oleh para peretas yang dapat memanfaatkan akun seseorang untuk menipu atau menyebarkan kebencian di media virtual.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun