Mohon tunggu...
Aulia MartaLestari
Aulia MartaLestari Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis adalah ruang penuangan opini paling sederhana.

Freelance Writer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Makna di Balik Sesuap Makanan Sisa yang Terbuang di Piringmu bagi 270 Juta Orang di Belahan Bumi Lainnya

17 November 2020   09:56 Diperbarui: 17 November 2020   10:11 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Barangkali sesuap makanan yang kamu buang hari ini merupakan harapan dan penantian panjang bagi 30 juta anak-anak di Yaman yang sedang kelaparan karena konflik tidak berkesudahan ataupun penduduk Afrika Selatan yang sedang dilanda kekeringan besar karena perubahan iklim yang tidak main-main".

Tanpa kita sadari, Indonesia telah menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan penghasil sampah makanan (food waste) terbesar di dunia. Dikutip dari studi The Economist, diperkirakan satu penduduk Indonesia dapat menghasilkan sampah makanan sebanyak 300 kilogram per tahunnya dengan jumlah total 13 juta ton secara keseluruhan. 

Membeludaknya angka sampah makanan ini diperkirakan cukup untuk memberi makan kurang lebih 28 juta orang atau setara dengan angka kelaparan di Indonesia (Idris, 2016). 

Permasalahan food waste di Indonesia yang jarang menjadi sorotan ini sangat memprihatinkan dan memiliki dampak jangka panjang sejalan dengan meningkatnya kasus kelaparan dan krisis pangan dunia akibat adanya pandemi Covid-19, konflik berkepanjangan hingga perubahan iklim yang sangat ekstrim di beberapa negara.

Source : michaelmoyo.org
Source : michaelmoyo.org
Dikutip dari data World Food Programme (WFP), diperkirakan sekitar 821 juta orang tidak memiliki cadangan pangan memadai dan 149 juta diantaranya mengalami kelaparan yang sangat krisis pada tahun 2019. 

Proyeksi tersebut kemudian naik 80% pada tahun 2020 menjadi 270 juta orang dengan 10 negara yang mengalami dampak krisis pangan dan kelaparan terparah di dunia yaitu Yaman, Kongo, Afghanistan, Venezuela, Afrika Barat,  Ethiopia, Sudan, Suriah dan Haiti. World Food Programme (WFP) juga memperkirakan bahwa setiap harinya sekitar 6.000 anak-anak dapat meninggal dunia akibat kelaparan. 

Saat ini para penduduk di negara yang sedang mengalami konflik dan perubahan iklim ekstrim menderita kelaparan akut dan sangat membutuhkan bantuan makanan, nutrisi serta bantuan hidup karena sulitnya akses keluar masuk di negara terdampak dan kurangnya pasokan bahan makanan dari komoditas lokal. 

Food Waste atau makanan yang tersisa di piring kita dan dibuang begitu saja memang bukan merupakan suatu hal yang krusial, namun di berbagai belahan dunia lainnya tanpa kita sadari ribuan orang meninggal dunia setiap harinya akibat krisis makanan dan kasus kelaparan.

Ribuan anak-anak Yaman tengah terbaring sakit di tenda pengungsian dan tidak memiliki asupan gizi selama berbulan-bulan hingga hanya terlihat kulit tulangnya saja.  

Beberapa anak yang lainnya menunggu bantuan pangan yang tidak kunjung datang karena sulitnya akses keluar-masuk di negara konflik. Beberapa orang di belahan bumi Afrika Selatan juga sedang kesulitan mendapatkan akses air bersih dan kehabisan stock bahan pangan pokok untuk makan sehari-hari. Puluhan negara lain juga terdampak hal serupa yang mengakibatkan meradangnya kasus kelaparan hingga memakan puluhan ribu korban jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun