Aku adalah seorang perempuan, anak pertama dalam keluarga. Terkadang aku merasa masi menjadi beban keluarga, terutama ketika berada di lingkungan yang membuat hati kecilku selalu terlihat lemah. Di satu sisi, banyak saudara telah berhasil meraih apa yang mereka inginkan, sementara aku masih berusaha menggenggam harapan-harapan yang orang tua ku titipkan. Namun, aku cukup menyukai diri ku karena apa yang bisa kulakukan belum tentu mampu dilakukan orang lain.Â
Sejak kecil, ayah selalu mengajarkanku untuk menjadi pribadi yang mandiri. Beliau berkata "ketika jatuh, bangkitlah. Bukan cuma nangis nunggu di tolongin." Dari situ tumbuh tekad yang kuat untuk menjalani kehidupan. Hidup bukan hanya soal kalah dan menyerah, ketika aku bisa maka dari situlah aku mampu. Di kehidupan kecil ayah selalu memperlihatkan bagaimana dunia bekerja. Ketika aku tidak bisa melakukan satu hal maka carilah hal lain yang bisa kulakukan.
Aku lebih tertarik pada bidang non-akademik seperti olahraga,seni dan lainnya. Sejak usiaku 3 tahun aku sudah bisa berenang tanpa pelampung. Ketika masuk sekolah dasar aku tertarik dengan seni tari dan mulai menekuninya. Masih sedikit namun terus ku gali agar menjadi besar. Sampai akhirnya berhasil meraih juara tingkat kota.
 Memasuki SMP, ibu memutuskan agar aku masuk pesantren. Disitulah awal mula aku menjadi anak yang sedikit mengerti agama. Pesantren, ku kira tempat yang menyeramkan, tapi ternyata justru menjadi tempat segala rindu tertuju. Di sana semua bakat dikembangkan, mulai dari komunikasi, adab, dan ilmu-ilmu agama yang mungkin banyak orang belum tahu. Aku bertemu dengan teman-teman yang berambisi besar sampai aku pun terpengaruh, yang dari kecil gak suka belajar sampai besar malah menyukai pelajaran karena lingkungan yang mendukung. Meski begitu, aku merasa masih kurang pintar karena keterlambatanku menyukai pelajaran. Namun, aku tidak pernah membenci diriku karena hal itu.
Saat memasuki dunia perkuliahan aku masih berusaha tetap mengejar keterlambatan itu. Pesan ayah selalu menjadi penyemangat untuk ku, perkataan orang lain yang membuatku sakit akan ku jadikan sebagai sebuah motivasi, setiap rasa sakit pasti akan ku balas dengan keberhasilanku nanti. Aku hanya butuh waktu untuk berjalan dengan hasil yang orang tuaku harapkan. Harapan selalu ada tinggal bagaimana diri kita yang mau atau malah menolaknya.
Aku percaya bahwa sekecil apapun usahanya, tetaplah bernilai. Hidup bukanlah tentang siapa  yang lebih cepat sampai, melainkan siapa yang tetap bertahan untuk terus berjalan. Selama mau berusaha, aku yakin waktu akan membawaku pada keberhasilan yang aku cari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI