Mohon tunggu...
Fuad Mahbub Siraj
Fuad Mahbub Siraj Mohon Tunggu... -

Lecturer at Paramadina University\r\nPhilosophy and Religion Department

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Membicarakan Kematian dan Eskatologi

20 Juni 2013   07:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:43 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semua agama wahyu tidak berbeda pendapat mengenai keimanan akan adanya kehidupan setelah mati, kendati dalam hal penggambarannya terdapat beberapa kelainan. Sebelum dan sesudah turunnya agama-agama wahyu, kaum filosof mempercayai adanya kehidupan selain kehidupan dunia. Di antara para filosof terkemuka terdahulu yang mempercayai adanya kehidupan lain ialah Plato. Plato mengatakan bahwa jiwa adalah substansi murni, sederhana, tidak terbagi-bagi dan tidak terpisah-pisah dan jiwa adalah tumpuan hidup. Sesuatu yang hidup tidak mungkin kembali kepada keadaan tidak hidup, sebagaimana yang tidak hidup tidak mungkin menghidupkan benda mati. Tetapi jiwa dalam jenjang peningkatan dan pensuciannya bercampur dengan materi, dan ia akan melepaskan diri dari materi setelah melalui tahap demi tahap untuk kembali kepada unsurnya semula, yaitu kebebasan dan kejernihan. Selain itu kant juga berbicara mengenai hal ini, menurutnya bahwa tabiat manusia akan mengembalikan persoalan kepada proporsisinya di dalam kehidupan setelah kehidupan ini, karena balasan yang adil tidak dapat diterima seluruhnya dalam kehidupan sekarang ini.

Manusia akan menempuh dua bentuk kehidupan, yakni kehidupan di dunia dan di akhirat. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang sangat singkat atau pendek karena memang arti dunia adalah singkat dan pendek. Ketika kita mendengar ada seorang tua yang berkata bahwa rasanya baru kemarin saja dia hidup ternyata sekarang umurnya sudah memasuki 60 tahun. Jika kita lihat hal seperti itu tampaknya dunia bukan saja singkat dan pendek tapi rasanya juga sangat singkat dan pendek dan itulah yang kita sebut dengan dunia.

Kehidupan kedua yang akan dimasuki oleh manusia adalah kehidupan akhirat. Arti akhirat ialah panjang dan memang kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang sangat panjang. Dalam menjelaskan hal ini, kita menemukan adanya perbedaan dalam al-Qur’an, yakni ada yang menyebut bahwa satu hari hidup di dunia sama dengan sepuluh ribu tahun hidup di akhirat, ada juga mengatakan bahwa satu hari hidup di dunia sama dengan lima puluh ribu tahun hidup di akhirat. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah al-Qur’an tidak konsisten mengenai hal ini? Jawabnya adalah bukan al-Qur’an tidak konsisten mengenai hal ini, tetapi perbedaan tersebut menegaskan bahwa kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang masanya sangat panjang, tetapi tidak bermakna abadi dan tanpa kesudahan.

Berkaitan dengan dua bentuk kehidupan di atas, pertanyaan yang muncul ialah, kenapa Allah menghidupkan manusia di dunia terlebih dahulu? Tampaknya Allah memberikan kepada manusia sebuah pilihan untuk menentukan posisinya di akhirat kelak, manusia yang menginkan surga maka ia harus memilih jalan surga sedangkan manusia yang memilih neraka maka dipersilahkan untuk mengambil jalan neraka, bagaimanapun posisi manusia di akhirat kelak adalah pilihan manusia itu sendiri ketika hidup di dunia.

Persoalan kematian adalah persoalan yang terkesan agak menakutkan bagi sebahagian orang. Demikian menakutkan bahkan ada manusia yang mengatakan bahwa ia takut akan mati. Sebenarnya setelah kita mati ke manakah kita akan kembali, apakah kepada Tuhan yang baik atau Tuhan yang jahat?. Jika tempat kembali kita nanti adalah kepada Tuhan yang baik lalu kenapa kita takut mati, tetapi jika kita kembali kepada Tuhan yang jahat tentu saja kita “harus” takut terhadap kematian karena nantinya kita akan disiksa oleh Tuhan yang jahat tersebut.

Apa sebenarnya kematian itu?. Mati adalah kesempurnaan, jika manusia ingin sempurna maka harus melewati pintu gerbang yang bernama kematian ini dan setiap manusia yang hidup pasti akan mati. Jadi mati ataupun wafat adalah jalan menuju kepada kesempurnaan.Entah bagaimana caranya atau seperti apa matinya. Dan setiap orang pasti akan merasakan kematian, walaupun arti “merasakan” itu tidak sama dengan yang dipersepsi oleh orang yang hidup. Kematian adalah salah satu bagian dari kehidupan yang pasti dijalani, sama seperti kelahiran. Bedanya adalah yang pertama menandai akhir dari suatu kehidupan sedangkan yang terakhir menandai awal dari suatu kehidupan. Kelahiran dan kematian bisa diandaikan seperti ujung dari seutas tali yang bernama kehidupan, berbeda titik tetapi terentang sepanjang usia. Dan di tengahnya itulah kehidupan yang ada dan berada.

Kematian adalah suatu misteri. Banyak yang tidak tahu seperti apa dunia sesudah kematian. Tapi banyak juga yang percaya bahwa ada “kehidupan lain”setelah kematian. Banyak juga yang percaya bahwa kematian adalah akhir dari segalanya dan akhir dari eksistensi seseorang, dan setelah itu yang ada adalah ketiadaan. Banyak juga yang percaya bahwa kematian adalah awal dari suatu kehidupan baru dalam suatu bentuk siklus. Apapun kepercayaan yang dianut, tak ada seorang pun yang tahu seperti apa situasi dan kondisi sesudah kematian. Banyak yang mengandaikannya sebagai suatu kondisi “ketiadaan”, bahwa sebuah kematian adalah awal dari suatu ketiadaan, bertentangan dengan kelahiran yang dianggap sebagai awal dari suatu ketiadaan. Materialistik ? Memang benar, tetapi setidaknya itu yang sampai saat ini kita ketahui dengan “common sense” kita sebagai manusia. Dan sisanya adalah kepercayaan.

Bagi orang-orang tertentu, kematian haruslah dihadapi dengan suatu persiapan agar bisa memasuki suatu dunia lain dengan damai. Kematian, bagi mereka, adalah suatu istirahat terakhir dalam damai. Itulah mungkin di batu nisan orang yang telah mati dituliskan “Rest in Peace”, disingkat RIP. Bahwa kematian adalah suatu peristirahatan menuju kedamaian. Damai adalah kelanjutan dan padanan dari mati, karena kematian akan menuju kedamaian. Dan kedamaian adalah dambaan setiap orang, yang jika tidak ditemukan di dunia orang hidup, mungkin bisa ditemukan di “dunia” orang mati.

Orang yang telah mati juga dikatakan “telah meninggal dengan tenang”. Tentunya semua berkeyakinan, walaupun kadang tidak tahu karena bersifat sangat subyektif, bahwa orang yang akan mati “pasti” akan mati dengan tenang. Tidak pernah dikatakan “telah meninggal dengan terburu-buru” atau “telah meninggal dengan marah”, karena ketenangan adalah wajah suatu kematian. Dan walaupun orang yang mati telah mati dengan cara yang dan kondisi yang “tidak tenang”, tentunya mereka yang belum mati mengatakan hal yang lain : telah meninggal dengan tenang. Mungkin ada yang ditakutkan. Mungkin juga tidak siap untuk mati, dan mungkin juga berhubungan dengan kepercayaan.

Tetapi, saya yakin walaupun keyakinan saya ini mungkin juga pengambilan kesimpulan terlalu dini, bahwa semua orang ingin kematian bisa dijalani melalui cara yang indah. Beradab dan bukan biadab, “terencana” dan bukan “di luar rencana”. Tentunya bagi orang yang akan mati, cara untuk mati itu sangat penting. Sekali lagi, agar dia bisa menghadapinya dengan tenang. Bagi orang lain juga penting. Tetapi yang ini punya banyak alasan. Ada dengan alasan emosi, keluarga, dan bahkan dengan alasan hak asasi manusia. Tetapi saya yakin, sekali lagi dengan penarikan kesimpulan dini yang sama, bahwa setiap orang didunia ini pasti ingin mati dengan indah, terhormat dan beradab. Caranya bisa berbeda-beda tiap orang. Juga kategori mati dengan cara yang tidak indah, tidak terhormat dan tidak beradab. Lalu apakah yang terjadi jika kematian tidak terjadi dengan cara yang indah, terhormat, dan beradab ? Sebetulnya tidak terjadi apa-apa. Tetapi bagi orang yang lain, kematian model demikian akan meninggalkan masalah. Masalah bagi perasaan, terutama. Seperti ada sesuatu yang mengganjal. Dan pertanyaannya biasanya : mengapa harus seperti ini ? Tetapi itulah yang terjadi. Setiap orang bisa merencanakan setiap detail dalam kehidupannya. Mungkin karena dia jagoan dalam hal perencanaan atau jagoan meramal. Tetapi orang tidak akan pernah bisa merencanakan dan meramal kapan dia akan mati dan seperti apa kematian yang harus dilakoninya itu. Semua serba misteri, sama dengan misteri sesudah mati. Dan kematian, dalam kepercayaan sebagian orang, adalah awal dari suatu kehidupan. Kehidupan setelah mati yang diyakini akan damai dan penuh dengan ketenangan. Seperti suatu kutipan kalimat yang saya sudah lupa didapatkan dari mana, tetapi berbunyi:when life ends, the mistery of life begins. Logiskah hal itu ? Tentu saja tidak. Tetapi bukan logika yang dipakai disitu, tetapi hal yang lain. Apakah itu ? Banyak istilahnya, hati, perasaan, emosi, batin, jiwa, dan hal-hal lain diluar penalaran manusia dalam dikotomi logis-tidak logis. Logis-tidak logis itu urusan lain, tetapi untuk cara kematian, saya yakin dengan pengambilan kesimpulan dini yang sama, bahwa semua orang akan memilih cara mati yang indah, terhormat, dan beradab. Tidak perlu pakai logika-nirlogika disitu.

Para filosof mengetahui benar bahwa kekekalan jiwa setelah mati sesudah mati merupakan kelaziman berpikir bangsa. semuanya membutuhkan kesucian dan kesempurnaan jiwa agar kelak dapat menerima keadilan Ilahi, yang akan memisahkan manusia-manusia yang baik dengan manusia-manusia yang jahat. walaupun persoalan kematian ataupun persoalan-persoalan eskatologi banyak discounter oleh para kaum propagandis yang mengatakan bahwa persoalan surga ataupun neraka bukanlah hal yang rasional dan hanya diyakini oleh umat Islam saja, tetapi kita hanya bisa menjawab dengan jawaban aqidah dan bagaimana pun bentuk akhirat kelak dan ataukah surga dan neraka itu ada atau tidak yang pasti kita mengimani bahwa hari kebangkitan itu ada dan bagaimana bentuknya adalah di luar batas rasional manusi


Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun