Mohon tunggu...
ilham aufa
ilham aufa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, Penulis Lepas

Masih Belajar dan Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menemukan Cahaya Tuhan

7 Agustus 2018   03:23 Diperbarui: 7 Agustus 2018   03:24 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gumino meluapkan sumpah serapahnya. Pasalnya, kopi yang sedang ia nikmati, tersenggol. Airnya meruah kemana-mana. Mengotori kain sarung dan berkas-berkas tagihan.

"PLN jangkrik. Asem tenan iki. Mati lampu lagi. Gelap kok hampir tiap malam," Gumino terus mengomel.

Nasrun Panjul berusaha meredam amarah Gumino. "Tak ada itu namanya gelap," kata Panjul.

"Maksudmu opo, Njul?" Lek Darmo tiba-tiba bertanya.

"Hakikat 'Gelap' sebenarnya itu ga ada. Yang terjadi sesungguhnya adalah ketiadaan cahaya, atau kekurangan cahaya," kata Panjul sembari membenahi letak duduknya.

"Sama saja to, Njul. Gelap sama ga ada cahaya. Apa bedanya?" Tukas Gumino kemudian.

"Jadi begini, mas Gumino. Kalau kita menyebut kata 'Gelap', berarti ada lawan di sebelahnya yang bernama 'Terang'. Sementara 'Terang' itu punya intensitas kualitas yang berbeda-beda. Di sisi lain, 'Gelap' itu tak ada intensitas kualitas."

Gelap ya gelap aja. Jika saja ia berkurang sedikit saja nilai kegelapannya, sebenarnya ia sudah masuk dalam kategori Terang. Tentunya, Terangnya itu masuk dalam kategori dengan kadar dan nilai tertentu.

Jadi ini adalah soal intensitas penerangan. Soal "Tiada cahaya sama sekali" dengan "Adanya Cahaya". Maka, tidak pas kalau menggunakan istilah Gelap dan Terang. Dua sisi yang tegas, yang definisinya tidak aple to aple.

"Tambah mumet aku, Njul. Coba diperjelas lagi," kata Lek Darmo.

Dalam ilmu statistik ada istilah "range" atau "rentang" untuk menyelamatkan definisi yang kabur. Istilah "Yakin", "Ragu-ragu", "Tidak yakin sama sekali" itu hanya destinasi prosentase saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun