Mohon tunggu...
Atmo Suryo
Atmo Suryo Mohon Tunggu... -

Saja Hanjalah Rakjat Djelata Sahadja, Tiada Lebih Djoega Koerang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

BUKU GRATIS PARAGLIDING

8 Oktober 2012   16:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:04 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13497151691793246931

ISTILAH DALAM PARAGLIDING 2end (Basic knowledge for student pilot of Paragliding 2end)

  1. ATZ:Aerodrome Traffic Zone.
  2. Attitude:Sudut yang terbentuk antara Aerofoil dengan Horizon.
  3. Bank angle:Sebuah sudut yang dibentuk oleh wing secara horizontal saat melakukan sebuah belokan.
  4. Batten: Lembaran keras yang ada dalam sebuah canopy, biasanya terbuat dari plastic atau fiber glass.
  5. Best glide speed: Nilai ketetapan air speed yang dibutuhkan oleh sebuah glider untuk dapat menghasilkan luncuran terbaik saat ia melewati udara.
  6. Boxing the field: Terbang mengelilingi landscape yang didesain sebagai tempat landing.
  7. Brake: Sepasang control tarik yang berguna untuk mengurangi kecepatan dan arah terbang sebuah Canopy.
  8. B stall line: Sebuah manouver yang dilakukan guna merusak aliran udara yang ada dipermukaan Canopy dengan jalan menarik kedua line B.
  9. Chamber: Sejumlah lekukan yang terdapat diatas permukaan sebuah Aerofoil.
  10. Chord: Jarak antara sebuah aerofoil yang diukur dari Leadingedge ke trailingedge.
  11. Cirus: Awan es yang sangat tinggi.
  12. Canopy: Material yang digunakan untuk membuat wing paragliding. Istilah lain yang biasa digunakan untuk menyebut Glider dalam paragliding.
  13. Cap Cloud: Sebentuk awan yang ada diatas gunung sebagai akibat dari aliran udara yang terjadi dari lereng menuju puncak.
  14. Carabiner: Sebuah cincin oval yang didesain sedemikian rupa dan berfungsi sebagai pengkait antara Riser dengan Harness.
  15. Cardinal speed: Beberapa nilai kecepatan yang harus dipahami dalam mengenal sebuah glider. Seperti Stall speed, minimum sink, best glide, best maneuvering speed.
  16. Cell: Bangun yang terbentuk diantara dua buah ribs atau diantara dua Line yang dapat terisi udara..
  17. Centre of Gravity: Titik yang berada disepanjang sayap dimana berat glider dapat bergantung secara seimbang.
  18. CEN: Badan sertifikasi yang mengurusi tentang standarisasi glider di Eropa.
  19. Centre of pressure: Titik disepanjang aerofoil glider dimana semua gaya aerodinamis yang terjadi bertumpu atau berpusat (gaya angkat dan gaya hambat).
  20. Cloud base: Lapisan dasar dari awan cumulus dimana proses kondensasi terjadi.
  21. Cloud street: Jajaran awan cumulus, dimana hal ini mengindikasikan adanya lift yang memanjang menyerupai jalan dan dapat digunakan untuk mempertahankan ketinggian.
  22. Cone of penetration: Batasan ketinggian yang dapat di capai oleh glider  pada semua arah penerbangan.
  23. Control: Perubahan orientasi glider baik itu berupa roll, pitch maupun yaw.
  24. Controlled airspace: Bagian dari batasan udara yang telah diregulasikan.
  25. Control lines: Line yang menghubungkan antara kedua toggle dengan trailingedge  glider dan digunakan sebagai kontrol maneuver.
  26. Convection: Naiknya gelembung udara panas atau kolom ke udara(thermal).
  27. Cirrus cloud: Awan tinggi yang terbentuk diatas 6000meter.
  28. Convergence: Datangya dua jenis aliran udara secara besamaan yang biasanya menghasilkan sebuah aliran udara keatas (lift).
  29. Coordinated turn: Sebuah belokan yang dihasilkan dengan control toggle yang baik sehingga menghindari terjadinya slip maupun stall.
  30. Coriolis effect: Pembelokan arah angin sebagai akibat dari efek rotasi bumi.
  31. Crabbing: Kondisi terbang menyamping dari arah datangnya mata angin guna mengikuti lift disepanjang  bukit yang ada.
  32. Cross port: Lubang-lubang yang dibuat pada ribs yang ada didalam sebuah canopy dan berfungsi sebagai penyeimbang tekanan dan lalulintas  udara saat iflatenya sebuah canopy..
  33. Cross wind: Datangnya angin secara menyilang terhadap tempat launch/ arah take of normal. Arah angin yang datangnya menyilang terhadap arah terbang.
  34. Cross country: Terbang selama dan sejauh mungkin dengan memanfaatkan lift, baik lift yang dihasilkan oleh thermal maupun lift yang dihasilkan oleh reaksi alam lainya.
  35. Cumulus cloud: Gumpalan awan yang terjadi karena adanya arus naik sebuah thermal dan berbentuk seperti kumpulan kapas.
  36. Cumulonimbus: Gumpalan awan berbentuk seperti kapas yang tumbuh secara berlebihan, bewarna gelap dan akan berubah menjadi badai.
  37. Deep stal: sebuah kondisi darurat dimana glider mengalami penurunan ketinggian secara vertical dengan tanpa adanya gerak maju. Kadang-kadang disebut juga dengan parasuting.
  38. DHV: Badan setifikasi Hang gliding dan Paragliding yang bermarkas di Jerman.
  39. Dive Sindrome: Kecenderungan perilaku yang dilakukan oleh seorang pilot paragliding pemula pada saat pertama kali terbang tinggi, yang menginginkan  untuk terbang lebih cepat (apabila melihat kebawah) karena merasa bahwa glider bergerak tidak secepat pada saat ia terbang rendah.
  40. Downslope wind: Angin yang bergerak menuruni lereng di karenakan adanya sebuah proses pendinginan udara dan juga pengaruh gravitasi, hal ini terjadi pada saat menjelang petang.
  41. Down wind: Sebuah kondisi penerbangan yang mengikuti/membelakangi datangnya arah mata angin. Atau dalam istilah lain Tail Wind.
  42. Downwind leg: Sebuah tahapan awal dari proses approach landing, dimana glider berusaha terbang secara tailwind. Hal ini dilakukan guna menentukan Jugdement selanjutnya.
  43. Drag: Energi (gerak maju) yang hilang pada sebuah glider  dikarenakan adanya gesekan antara glider dengan massa udara. Biasa disebut dengan Hambatan.
  44. Drag ailerons:  Adalah sebuah istilah yang benar yang seharusnya digunakan dalam pendefinisian sistem kemudi  Paragliding, bukanya Togle ataupun brake seperti yang selama ini sering digunakan dalam pendefinisian sistem tersebut.
  45. Dynamic stall: Stall yang dihasilkan karena ditariknya kedua brake secara cepat yang mengakibatkan pilot berayun kedepan dan kemudian terjadi kehilangan ketinggian secara seketika.
  46. Dynamic pressure: Tekanan udara yang di terima oleh wing karena pergerakan adanya udara.
  47. Figure 8: Sebuah proses approach landing dengan menggunakan maneuver membentuk angka delapan guna mengurangi ketinggian yang dilakukan pada salah satu sisi landing area.
  48. Dyneema: Sebuah sebutan untuk material tertentu yang digunakan dalam pembuatan glider.
  49. End cell closure: Sebuah keadaan yang terjadi dimana ujung canopy tidak dapat membuka dengan sempurna, pada saat inflatenya sebuah glider.
  50. FAA: Federal aviation Administration. Sebuah organisasi Federal yang membuat kebijakan serta regulasi dalam Paragliding.
  51. Final leg: Bagian akhir dari sebuah jenis landing approach.
  52. Flaring: Penarikan kedua brake secara serempak dan  penuh yang dilakukan saat landing sehingga terjadi penambahan angle of attack guna menghindari adanya gerak maju yang terjadi pada sebuah glider.
  53. Flight plan: sebuah prosedur baku berupa  perencanaan jalur penerbangan yang akan dilalui oleh seorang pilot sebelum melakukan aktifitas terbangnya.
  54. Form drag: Drag (hambatan) yang diakibatkan oleh lines, harness, tubuh pilot, serta perlengkapan lainya yang digunakan pada saat melakukan penerbangan.
  55. Forward inflation: Penginflatan sebuah Canopi yang dilakukan dengan tubuh yang menghadap kepada datangnya arah mata angina. Dapat dilakukan dengan berjalan ataupun berlari tergantung seberapa besar kecepatan angin yang datang.
  56. Front riser: Keterangan lihat pada rier A.
  57. Flight check: Sebuah prosedur pengechekan pada lines dan kedua wing tips yang dilakukan secara cepat setelah inflatenya sebuah canopy sebelum takeoff.
  58. Flare: Istilah lain yang sering digunakan di paragliding dalam kaitanya dengan sebuah aksi guna memperlambat laju sebuah Canopy saat melakukan touch down.
  59. G force: Bertambahnya berat yang dirasakan oleh seorang pilot paragliding pada saat melakukan maneuver menikung. Semakin etat sudut belokan yang dibuat semakin beratgaya yang diterima.
  60. Glide angle: Sudut yang dibentuk oleh sebuah glider antara horizontal dengan jalur luncuran.
  61. Gliding: Kondisi terbang meluncur yang dilakukan dari sebuah ketinggian tertentu menuju ke sebuah titik terendah dengan sudut luncur yang aman.
  62. Glide Path: jalur penerbangan yang dibentuk oleh sebuah glider.
  63. Glider: Sebuah pesawat yang dapat melakukan aktifitas penerbangan hanya dengan memanfaatkan gaya grafitasi. Guna mencapai ketinggian diatas takeoff glider biasanya memanfaatkan thermal, band lift juga up wind.
  64. Glide Ratio: Rasio dari jarak horizontal yang dapat ditempuh oleh sebuah glider dibagi dengan ketinggian luncurnya pada kondisi zero wind.
  65. Ground handling: Penginflatan canopy yang diikuti dengan sejumlah aksi kontrol agar canopy tetap berada diatas pilot, biasanya hal ini dilakukan di area lapangan terbuka.
  66. Ground speed: Kecepatan yang dapat ditempuh oleh glider diatas permukaan tanah.
  67. Gross weight: Total berat terbang glider ditambah dengan pilot serta perlengkapan terbang lainya yang digunakan sebagai pendukung dalam melakukan aktifitas penerbangan.
  68. Handling: Adalah reaksi yang dilakukan oleh seorang pilot dengan cepat untuk mempertahankan posisi glider sesuai dengan kebutuhan.
  69. Harness: Sekumpulan webbing yang dijahit sedemikian rupa dengan kekuatan tertentu serta dapat digunakan oleh pilot sebagai tempat bergantung dan menghubungkannya dengan glider.
  70. Heading: Sebuah titik arah dimana glider terbang.
  71. Head wind: Kondisi angin yang arah datangnya dari depan kita.
  72. Horseshoe stall: Sebuah maneuver yang dilakukan dengan menahan kedua brake secara penuh, sehingga mengakibatkan melipatnya glider dan membentuk bangun yang mirip dengan tapal kuda.
  73. Inflation: Pengisian udara pada sel-sel yang ada di canopy dengan cara menariknya ke depan menggunakan cara tertentu.
  74. Initation Point: Tempat di area landing approach dimana proses patern landing yaitu  down wind base dan final dimulai.
  75. Instability: Kecenderungan pada semua sitem (saat glider terbang) untuk bekerja secara tidak normal dan dibutuhkan control input secara terus menerus untuk menjaga keseimbanganya.
  76. Intermediate syndrome: Kecenderungan seorang pilot untuk mempunyai rasa percaya diri yang berlebihan pada saat ia telah mencapai level menengah.
  77. Inversion: Sebuah lapisan udara dimana suhu pada ketinggian tidak cukup dingin yang dapat menghasilkan naiknya thermal.
  78. Kiting: Penginflatan sebuah canopy dengan kondisi angin tertentu dan tetap menjaganya untuk tetap berada diatas kita dengan jalan melakukan pengkontrolan secara sempurna dan terus menerus.
  79. Landing approach: Sebuah pola tertentu yang digunakan untuk melakukan proses landing dan selanjutnya menuju final.
  80. Landing set up: Sebuah posisi tertentu yang dibuat diudara guna memasuki landing approach.
  81. Landing zona: Area terbuka yang digunakan untuk proses landing.
  82. Leading edge: Bagian ujung terdepan dari sebuah sayap.
  83. Lift: Gaya angkat yang dihasilkan oleh karena aksi sebuah bangun Aerofoil, atau udara naik yang nilai besaranya di atas dari nilai Wing Sinking (nilai penurunan yang dimiliki oleh tiap-tiap Wing dalam hubunganya dengan gaya Gravitasi).
  84. Lift to drag ratio (L/D).: Sebuah nilai yang dihasilkan karena adanya pembagian antara gaya angkat dengan Drag.
  85. Lenticular cloud: Awan mendatar yang terbentuk karena wave.
  86. Minimum sink rate: Nilai rata-rata terendah kecepatan penurunan canopy.

102.MSL: Mean sea level. Ketinggian rata-rata diatas permukaan laut. 103.Light and variable: Angin dengan kecepatan rendah yang selalu berubah-ubah arah sebagai akibat dari berhentinya thermal naik. 104.Local wind: Angin yang terjadi sebagai akibat dari efek pemanasan matahari dan terjadi pada skala daerah yang kecil. 105.Lock out: Kecenderungan glider berbelok pada satu sisi pada saat ditowing dan sulit untuk dilakukan  pengkoreksian. Atau keluarnya glider dari ujung thermal pada saat melakukan thermaling. 106.Loog book: Buku yang digunakan sebagai sarana untuk menuliskan daftar penerbangan beserta aktifitas terbang lainya. 107.Maneuvering speed: Air speed terbaik dari sebuah glider untuk menghasilkan kontrol respon yang terbaik. 108.Maximum glide ratio: Nilai terbaik Lift dibagi Drag yang dapat dihasilkan oleh sebuah glider. 109.Minimum air speed: Nilai air speed yang dibutuhkan oleh sebuah glider guna menghasilkan kecepatan penurunan terendah. 110.Mylar: Lapisan polister keras pada konstruksi glider. 111.Over development: Pertumbuhan awan cumulus secara berlebihan yang dapat menghasilkan sebuah daerah badai. 112.Parachutage/Parachuting: Lihat pada Deep Stall. 113.Parachute bridle: Webbing yang menghubungkan antara sebuah parasut dengan harness. 114.Parasitic drag: Seluruh bagian yang menghasilkan drag terkecuali Induced drag. 115.Pitch: Gaya anggukan yang terjadi pada Glider dalam hubunganya dengan sumbu Lateral (nose up or nose down). 116.Porpoising: Pergerakan naik turun sebagai akibat dari control kemudi yang berlebihan. 117.Preflight check: Beberapa inspeksi terhadap perlengkapan terbang yang harus dilakukan oleh seorang pilot paragliding  sebelum menginflatekan sebuah canopy. 118.PLF: Parachute Landing Fall. Sebuah prosedur gerakan yang harus dilakukan oleh penerbang paragliding pada saat menghadapi hard landing guna menghindari resiko kecelakaan yang berlebihan. 119.Polyster: Tipe bahan/kain tipis yang digunakan untuk membuat Canopy. 120.Profile: Sebuah gambaran bentuk dari aerofoil. 121.Profile drag: Drag/hambatan yang ada pada sayap. 122.Quick link: Metal penghubung antara rise dengan suspension lines. 123.Ribs: Pembatas vertical yang membagi tiap-tiap cell dalam sebuah canopy, sekaligus berfungsi sebagai alur pembentuk bangun erofoil dalam sebuah   canopy. 124.Root: Titik tengah dari sebuah canopy. 125.Rotor: Putaran angin yang terjadi dibelakang gunung, bukit, gedung, pohon atau benda solid apaun yang dapat menahan laju angin. 126.Roundout: Terbang secara parallel dengan permukaan tanah sebelum malakukan touch down. 127.Sea Breeze: Sebuah kondisi angin lokal yang diakibatkan karena adanya perbedaan pemanasan antara tanah dan air. 128.Sheath: Lapisan pengaman bagian luar dari suspension lines. 129.Simulator: Sebuah perlengkapan yang dilengkapi dengan Hook dan terhubung dengan harness yang dilengkapi dengan steering lines dan dapat gunakan sebagai praktek mengkontrol glider. 130.Sink: Aliran udara kebawah yang dapat membuat sebuah glider mengalami penurunan secara cepat dibandingkan dengan kondisi terbang Normal. 131.Slip: Masuknya glider kkesisi dalam dari tikungan sebagai akibat dari kurangnya control input yang dilakukan oleh pilot. 132.Rip stop Nylon: Tipe lain dari bahan tipis yang digunakan untuk membuat canopy. 133.Riser: Sekumpulan webbing/pita lebar yang dijalin sedemikian rupa dengan kekuatan tertentu yang berfungsi untuk menghubungkan antara Harness dengan Lines. 134.Roll: Gaya guling yang terjadi pada pesawat dalam hubunganya dengan sumbu longitudinal. 135.Sink: Aliran udara menurun yang dapat mengurangi ketinggian sebuah glider secara cepat  pada saat terbang. 136.Stall: adalah sebuah titik dimana aliran udara diatas permukaan sayap rusak sehingga wing tidak dapat lagi menghasilkan cukup lift yang dapat mendukung terbangnya sebuah glider. 137.Soaring: kondisi terbang yang melebihi batas normal glide path sebuah glider. 138.Span: Panjang total sebuah glider yang di ukur dari ujung tips yang satu ke ujung tips yang lainya. 139.Stability: Kecenderungan sebuah glider untuk dapat kembali ke level flight setelah melakukan banking atau perubahan ketinggian. 140.Stabilizer: Sepasang flap atau sejenisnya yang berada pada kedua ujung canopy dan berfungsi untuk menjaga sempurnanya inflate sebuah canopy. 141.Steering lines: Disebut juga sebagai brake lines dan berfungsi sebagai kendali arah sekaligus sebagai penghenti laju sebuah glider. 142.Suspensuon lines: berfungsi sama dengan riser, pemghubung antara lines dengan harness. 143.Tail wind: Arah angina yang datang dari belakang kita. 144.Tandem: Dua orang yang terbang dengan menggunakan satu canopy. 145.Toogle: Sepasang webbing yang dibentuk sedemikian rupa dan berfungsi sebagai pegangan dari steering lines. 146.Tow line: Tali yang digunakan untuk menarik glider paada saat proses towing. 147.Trailing edge: bagian belakang dari sebuah sayap. 148.Turbulence: Pusaran angin atau gust yang sering ditemui pada saat terbang. 149.Upwing: Penerbangan yang menuju kepada datangnya arah angin. 150.Vario meter: Sebuah alat yang digunakan sebagai indicator untuk mengukur besaran naik dan urunya sebuah glider. 151.Vortex: Pusaran angin yang dihasilkan oleh wing tips saat glider melakukan penerbangan. 152.Thermal: Sebuah gelembung atau kolom udara naik. 153.Wind sock: Kain berbentuk silinder yang ditempatka pada sebuah tiang dengan ketinggian tertentu dan berfungsi sebagi penunjuk arah mata angin. 154.Wing loading: Luas wing dibagi dengan berat terbang canopy. 155.Wind Gradient: Tereduksinya kecepatan angin saat berada di dekat permukaan tanah, sebagai akibat adanya friksi dengan benda yang ada sekitarnya. Amar, Paz y Respeto Atmosuryo Yogyakarta Indonesia, de Diciembre de 2007 http://atmosuryo-adventure.blogspot.com/2012/10/istilah-dalam-paragliding-2end-basic.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun