Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manajemen Takut

16 Oktober 2010   19:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:23 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh : Atep Afia Hidayat -

Ada beberapa ungkapan menarik yang saya peroleh dari buku Fight Like a Tiger Win Like a Champion (Darmadi Darmawangsa dan Imam Munandhi):

"Kunci keberhasilan adalah menanamkan kebiasaan sepanjang hidup Anda untuk melakukan hal-hal yang Anda takuti"

"Apa yang Anda takutkan untuk dikerjakan adalah indikator yang jelas mengenai apa yang harus Anda kerjakan berikutnya"

"Keberanian bukanlah tanpa ketidakhadiran ketakutan, tetapi lebih merupakan suatu keputusan bahwa ada yang lebih penting dari ketakutan itu sendiri"

Ketakutan itu hal yang biasa, baik "ketakutan semu" atau "ketakutan obyektif". Ketakutan semu artinya takut dengan hal-hal yang sebenarnya sama sekali tidak menakutkan. Ada orang dewasa lari terbirit-birit, begitu ketakutan, karena ada sehelai bulu ayam terbang menghampirinya. Ada juga pria dewasa yang tak kurang suatu apapun, takut dengan gadis cantik. Banyak juga mahasiswa yang takut dengan dosen, atau sebaliknya (?)

Ketakutan harus dikelola (manajemen takut). Terlebih dahulu buat daftar takut yang Anda miliki, seobyektif mungkin. Jangan takut, cantumkan semuanya. Kemudian pilah, kira-kira mana yang tergolong takut subyektif dan mana takut obyektif.  Takut subyektif adalah takut yang tidak wajar, dengan kata lain terkesan mengada-ada atau lebay. Bisa saja seseorang memendam atau mengoleksi rasa takutnya berpuluh-puluh tahun, padahal sumber ketakutan itu tidak ada (semu). Takut obyektif adalah takut yang wajar, berlaku umum. Nah, langkah berikut, bagaimana terlebih dahulu menyingkirkan takut subyektif. Misalnya takut dengan kegelapan, cara mengatasinya harus dengan mengambil tindakan, yaitu mencoba diam dalam gelap. Ketika tidur malam, coba lampu dimatikan. Malam pertama mungkin akan gelisah, sulit tidur, lama-lama akan terbiasa juga.

Kalau ketakutan obyektif memang merupakan ketakutan yang wajar. Misalnya takut diterkam harimau ketika saling berhadapan. Takut terbakar ketika berdiri di lokasi kebakaran. Tidak mudah mengatasi rasa takut yang demikian, hal itu merupakan naluri (bawaan orok). Yang dapat dilakukan hanyalah sekedar mengurangi rasa takut jika hal itu benar-benar terjadi. Dengan kata lain, mencoba mengendalikan diri di tengah rasa takut yang berkecamuk. Sebab ada kalanya, malapetaka terjadi karena perasaan takut yang berlebihan, bukan dari sumber ketakutan itu sendiri.

Nah, Anda takut apa ? Coba dekati hal-hal yang anda takutkan itu (Pdkt dengan yang ditakuti...). Lakukanlah apa yang anda takutkan ! Lantas, apa yang anda rasakan ????? Semoga bermanfaat..... (Atep Afia)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun