Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lakon dalam Kehidupan Kita

28 Juni 2011   03:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:07 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Atep Afia Hidayat - Kehidupan adalah sekumpulan lakon yang bisa saling berangkai. Setiap orang ada pemeran utama dalam lakonnya masing-maisng. Setiap orang akan hadir dalam satu lakon atau lebih dalam kurun waktu tertentu. Pada setiap lakonnya orang menggunakan kedok yang berlainan, karena pada dasarnya setiap orang memiliki lebih dari seribu kedok. Misalnya si A adalah seorang pegawai negeri golongan IV A dia memangku jabatan sebagai kepala pada sebuah instansi pemerintah. Suatu saat si A melakonkan diri sebagai kepala, orang nomor satu dalam lingkungan tempat kerjanya. Dalam batas-batas tertentu memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan. Di kantornya si A memiliki dua ratus orang anak buah, maka si A memiliki kedok dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Di rumah si A memiliki seorang istri dan dua orang anak, maka dalam kehidupan rumah tangganya si A pun menggunakan kedok yang lainnya. Bahkan kedok itu sendiri memiliki beberapa sub-kedok, misalnya terhadap kedua ratus bawahannya, si A akan menggunakan sub kedok A1, A2, ... sampai dengan A200. Karena interaksi antara si A dengan kedua ratus bawahannya akan berlainan satu dengan yang lainnya, hal itu disebabkan karena berpedaan unsur psikologis masing-masing. Begitu pula dalam lingkungan lainnya si A pun akan memiliki sub-sub kedok. Pada dasarnya terdapat ke eratan antara kedok dengan lakon. Setiap orang akan memiliki kedok yang berbeda pada setiap lakon yang berbeda. Lakon merupakan perpaduan antara upaya sendiri dengan sunatullah. Setiap orang memiliki kebebasan untuk menentukan lakonnya, tetapi kebebasnnya itu dibatasi oleh lakon-lakon lainnya, dan oleh sunatullah. Dalam menjalani lakonnya, setiap orang terlebih dulu membuat perencanaan, tetapi sangat jarang lakon itu seratus persen sesuai dengan rencana, kemelesetan itu senantiasa ada, dan disanalah letak tantangannya. Tetapi, terdapat apa yang dinamakan karakter atau watak. Orang yang memiliki karakter yang kuat akan memiliki kedok dasar. Sehingga dalam setiap lakonnya ia akan tampil khas dan terarah. Orang yang berkarakter kuat akan memiliki kedok-kedok yang jelas, sehingga kehadirannya akan mendominasi sebuah lakon, karena dalam lakon itu ia akan menjadi focus of unterest. Hal itu dapat terlihat ketika keberadaan seseorang dalam kelompok, di mana ciri umum orang tersebut sebagai dinamisator. Sebenarnya dalam setiap kelompok yang sedang menyelenggarakan lakon tertentu, terdapat sebuah lakon yang begitu menonjol. Lantas kenapa bisa menonjol, sementara yang lainnya biasa-biasa saja, bahkan ada yang tenggelam sama sekali. Hal tersebut antara lain disebabkan keunggulan karakternya. Disamping karakter, terdapat faktor-faktor lainnya yang dapat menonjolkan sebuah kedok dalam lakonnya, antara lain kedudukan sosial, penampilan, intelektualitas, dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut merupakan bagian dari sebuah kedok, merupakan modal untuk tampil dalam sebuah lakon. Bukanlah segenap raga kita, harta kita dan tahta kita hanyalah kedok yang bersifat relatif, yang sangat peka terhadap perubahan, dan suatu kedok-kedok itu akan dilucuti, yakni ketika seluruh rangkaian lakon usai dipentaskan. (Atep Afia, pengelola PantonaNews.com). Sumber Gambar : http://wayangku.files.wordpress.com/2008/10/common-007.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun