Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Money

Buah yang Makin Jarang "Disentuh"

27 Juni 2011   00:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:09 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Oleh : Atep Afia Hidayat - Sebelumnya kita membahas pengertian buah lokal, apakah itu ? Buah lokal meliputi dua macam, yang pertama adalah buah yang varietas tanamannya asli Indonesia dan ditanam petanidi Indonesia; yang kedua ialah buah yang varietas tanamannya dari negara lain namun ditanam petani di Indonesia. Dengan demikian, buah lokal itu buah yang dihasilkan petani Indonesia terlepas dari mana asal varietasnya.

Kalau dicermati sejarahnya, memang sebagian buah yang dikenal buah lokal Indonesiamerupakan pendatang dari negara lain, yang lantas dibudidayakan di Indonesia, sebagai contoh Apel Malang atau Anggur Probolinggo. Ada beberapa petani yang berimprovisasi dengan membawa bibit atau benih buah dari luar negeri, kemudian ditanam di Indonesia, ternyata berhasil, maka penanamananya pun meluas. Pada jaman penjajahan colonial Belanda, banyak juga orang Belanda yang rajin membawa berbagai tanaman termasuk buah-buahan dari negara lain, lalu dibudidayakan di Indonesia.

Sebagai negara tropis Indonesia memiliki plasma nuftah buah-buahan yang paling beragam. Bahkan di hutan-hutan tropis yang ada di Sumatera, Kalimantan dan Papua masih tersimpan cadangan plasma nuftah buah-buahan yang belum dibudidayakan, sebutannya “buah liar”. Buah-buahan yang belum dibudayakan tersebut tampak eksotik dan sangat langka. Hal itu memiliki prospek pengembangan yang baik, mengingat permintaan buah seperti itu akan meningkat terus. Ada kecenderungan yang langka itulah biasanya yang diburu bahkan dibeli dengan harga mahal.

Negara seperti Selandia Barucukup berhasil mengekspos dan mempopulerkan buah lokalnya, yaitu Kiwi, ke manca negara. Begitu pula dengan Thailand yang menambahkan ikon Bangkok ke dalam komoditas buah-buahannya, sehingga dikenal durian bangkok, jambu bangkok, dan sebagainya. Potensi buah-buahan Indonesia jauh lebih besar, persoalannya belum ada upaya yang benar-benar serius untuk mengangkatnya ke pentas dunia.

Sebagai contoh Salak, memiliki penampilan yang eksotik, bagaimana caranya supaya go global. Diperlukan promosi yang berkesinambungan disertai manajemen produksi yang baik. Dengan promosi secara gencar maka permintaan salak akan meningkat pesat, hal itu perlu didukung oleh ketersediaan produk.

Kalau kita memperhatikan pasar buah di Indonesia akan terasa begitu mengenaskan, apalagi kalau memiliki nasionalisme yang relative baik. Ternyata yang dijajakan di kios-kios pinggir jalan sampai yang dipajang di super market mewah, dominasi buah impor begitu tampak. Buah local nyaris tidak berkutik, sulit bersaing karena berbagai sebab.

Harusdiakui, memang ada yang salah urus dalam pengelolaan perbuahan ini. Di satu sisi potensi cadangan genetik atau plasma nuftah buah-buahan begitu berlimpah, baik yang ada di kebun, pekarangan maupunhutan. Selain itu petani buah-buahan tersebar hampir di setiap kabupaten di Indonesia, yang saat ini makin banyak yang beralih profesi dan komoditi.

Di sisi lainnyadalam setiap rejim pemerintahan di Indonesia, selalu dilengkapi dengan Departemen Pertanian atau Kementerian Pertanian (http://www.deptan.go.id), yang dilengkapi Direktorat Jenderal Hortikultura (http://www.hortikultura.go.id) , bahkan disertai Direktorat Budidaya Tanaman Buah (http://ditbuah.hortikultura.go.id) .

Jadi Pemerintah RI tidak main-main dalam menangani masalah perbuahan, tidak tanggung-tanggung ada direktoratnya dengan segala visi, misi, strategi, rencana, program,aparat anggaran berikutkelengkapannya. Selain itu masih ada yang namanya Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu) dan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro).

Masih ada lagi sisi lainnya dari perbuahan di Indonesia, yaitu keberadaan Fakultas Pertanian di berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (PTN dan PTS), yang memiliki akademisi dan peneliti mulai dari yang bergelar magister, doktor sampai professor. Kalau dicermati mungkin sudah ada ratusan ribu artikel jurnal, makalah, skripsi, tesis dan disertasi mengenai buah-buahan, baik tinjauan budidayanya, pasca panen, maupun social ekonomi.

Nah, selayaknya berbagai potensi perbuahan tersebut bersatu-padu dan bersinergi untukmenyelamatkan keberadaan buah lokal. Targetnya jangan dulu muluk-muluk , yang penting menguasai minimal lima puluh persen pangsa dalam negeri. Target ekspor bisa saja ditetapkan, namun yang lebih penting kuasai dulu pasar lokal. Bagaimana supaya buah lokal menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Jangan seperti saat ini ketika buah lokal hanya berperan sebagai pelengkap penderita.

Begitu pula untuk konsumen dalam negeri, perlu ditumbuhkan kesadaran akan keberadaan dan masa depan buah lokal. Kecintaan terhadap buah lokal menjadi cerminan rasa nasionalisme. Dampaknya akan sangat luar biasa jika orang Indonesia lebih memilih buah lokal Indonesia, mulai dari membaiknya perekonomian petani buah, berkembangnya agribisnis buah, penghematan devisa, dan sebagainya.

Saat ini masih banyak buah lokalyang namanya saja masih asing ditelinga. Pernah mendengar nama buah lahung ? Buah yang mirip durian tersebut adanya di pedalaman Kalimantan. Begitu pula jenis buah-buahan lainnya sepertimatoa, kepel, briba, rukam, buni atau mundu ? Dulu sewaktu Jakarta masih memiliki kebun-kebun buah ada yang namanya salak condet, dan saat ini penampakannya sudah sangat langka.

Ternyata Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam yang sangat luar biasa. Bisa dikatakan sebagai salah satu negara dengan sumberdaya alam paling kaya di dunia. Namun kiprah sang pengelola (beberapa rejim pemerintahan) tampaknya belum piawai, masih menelantarkannya dan mungkin tidak tahu apa yang harus diperbuat. Bahkan dengan entengnya sebagian kekayaan alam tersebut digadaikan kepada bangsa lain. Ya, dalam bidang buah-buah pun secara diam-diam beragam plasma nuftah atau cadangan genetik sudah berada di negara-negara lain. Jangan heran jika pada masa mendatang, kita mengimpor mangga dari Australia. Karena di sana saat ini sedang dikembangkan perkebunan mangga yang terus berbuah tanpa mengenal musim. Bahkan durian Bangkok yang sangat terkenal itu, nenek moyangnya diduga berasal dari Pandeglang, Banten. Itulah sekelumit nasib buah-buahan di negeri buah-buahan. (Atep Afia, pengelola PantonaNews.com).

Sumber Gambar:

http://bisnisukm.com/wp-content/uploads/2009/03/kesemek-brastagi.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun