Mohon tunggu...
Atep Afia Hidayat
Atep Afia Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati sumberdaya manusia dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Boikot dalam Kehidupan

21 Juni 2011   15:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:18 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh : Atep Afia Hidayat - Boikot tak lain dari penolakan untuk berbicara, bergaul, atau berperan serta dalam suatu kegiatan. Terdapat tipe manusia yang didominasi oleh pemboikotan terhadap hal-hal yang kurang berkenan. Ia memboikot orang lainnya, baik menyangkut penampilan, pembicaraan atau pemikirannya. Pemboikotan itu bisa diakibatkan oleh pribadinya yang tertutup, kurang adaptif dan kurang fleksibel.

Dalam pergaulan sehari-hari, terdapat tipe manusia yang begitu mudah beradaptasi dengan corak manusia dan lingkungan yang bagaimanapun, seolah tak pernah ada upaya pemboikotan. Semuanya diterima dengan jiwa lapang. Persepsinya senantiasa mendekati keobyektifan. Orang yang anti boikot biasanya merupakan seorang yang populis dan banyak digemari. Tak lain karena penampilan dan sikap hidupnya yang selalu “meng-enak-kan” siapapun.

Dengan sikap anti boikot itu, dunia akan terasa makin lebar, hingga ruang geraknya seolah tak terbatas. Ia memperoleh perlakukan hangat dimanapun, karena jiwanya memang selalu “hangat”.

Sikap memboikot yang berlebihan seperti suatu penyakit, yang tidak memberikan nilai tambah barang sedikitpun. Pemboikotan itu tak lain merupakan upaya kompensasi, yakni untuk menyelamatkan diri atau tindakan preventif terhadap hal-hal yang akan timbul dan diduga kurang mengenakkan. Ia tidak mau tersinggung atau mendapatkan malu. Lantas berjaga-jaga dengan langkah boikot itulah.

Tanda-tanda orang yang “gemar” melakukan boikot antara lain, cepat dan mudah tersinggung, bermuka murung, sulit tertawa dan introvert (lebih suka memikirkan dirinya sendiri). Dalam hal ini pemboikotan tak lain merupakan upaya untuk “mempertahankan diri” dari situasi dan kondisi yang kurang berkenan.

Kehidupan ini begitu dinamis, sebagaimana tercermin dalam surat kabar, TV atau media online. Setiap hari berita tentang manusia selalu berubah dan bertambah, senantiasa terjadi perkembangan baru. Maka sudah selayaknya, sikap pemboikotan itu dihilangkan atau ditekan. Sebab, boikot tak lain merupakan langkah yang amat statis dan tidak sesuai dengan irama kehidupan.

Dalam memandang dunia, diusahakan seobyektif mungkin. Perhatikan apa adanya, meskipun kurang sesuai dengan selera kita. Jalanilah dengan tanpa pemboikotan, kecuali dalam situasi dan kondisi tertentu, dimana pemboikotan benar-benar diperlukan. Jadilah pribadi yang selalu share dan care. (Atep Afia, pengelola PantonaNews.com ).

Sumber Gambar:

http://www.lovekevinmurphy.com/wp-content/uploads/2010/07/sadsmile1.gif

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun