Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lebaran ala Milenial Waelengga, Blusukan dari Dapur

6 Juni 2019   12:03 Diperbarui: 6 Juni 2019   12:15 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran ala milenial Waelengga, blusukan dari dapur merupakan sebuah refleksi atas pengalaman merayakan lebaran di Waelengga, Manggarai Timur, NTT. Setiap masyarakat memiliki cara yang berbeda dalam merayakan suatu perayaan keagamaan. Tulisan ini sedikit membawa kita pada sebuah bentuk ungkapan kebersamaan di tengah sukacita Ramadhan.

Waelengga dalam Ungkapan Minal Aidin Wal Faizin

"Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin." Kalimat ini tetap menyatu di "kepala batu"ku sejak kecil. Hal ini karena setiap perayaan lebaran, bersama para sahabat Katolik kami menyalami sesama saudara umat Muslim dari satu rumah ke rumah yang lain. 

Meski sering berjumpa sapa setiap hari entah di sawah, pantai, pasar, sekolah, lapangan sepak bola dan berbagai tempat lainnya, momen ini terasa begitu istimewa bagi saudara-saudaraku yang telah meleati masa puasa yang panjang. Aura kekudusan terpancar dari wajah mereka. Senyum indah yang keluar dari sukacita lebaran mampu mempererat dan memperkuat identitas kami sebagai satu keluarga. 

Aku pernah berpikir dan merefleksikan lebih jauh tentang ungkapan "Mohon maaf lahir dan batin." Melihat konteks kehidupan masyarakat kami, hampir tidak ada percecokan yang menyebabkan persoalan yang mengatasnamakan agama. 

Apa makna ungkapan permohonan maaf tersebut? Aku menyadari sebagai manusia yang tidak sempurna setiap orang selalu berbuat dosa. Untuk itu, ungkapan permohonan maaf lahir dan batin mau memberi keterbukaan akan ketulusan untuk memaafkan sesama. Harapannya, ungkapan maaf lahir dan batin mampu melahirkan kesucian batin dan kemurnian jiwa.

Dok. Berin Bayu
Dok. Berin Bayu
Pintu Dapur, Jalan Blusukkan Lebaran

Satu momen indah saat lebaran adalah silaturahmi. Biasanya atau pada umumnya ketika berkunjung ke sebuah rumah, orang selalu melewati pintu depan. Hal ini mau menjaga kesopanan dan tata krama tamu terhadap tuan rumah. Namun, kunjungan seperti ini jarang kami lakukan bersama teman-teman di Waelengga.

Kami tidak mengenal pintu depan untuk berkunjung. Pintu dapur menjadi pintu pertama yang kami masuki. Kunjungan seperti ini menjadi ungkapan yang menggembirakan. Pemilik rumah tidak akan menaruh amarah ketika kami berkunjung seperti itu. Mereka akan merasa bahwa rumah mereka adalah rumah kami sendiri. 

Keterbukaan seperti ini mampu memupuk sikap ramah tamah di antara kami. Tidak ada yang perlu ditakuti saat keterbukaan dimulai dari dapur. Semua makanan dan minuman lebaran yang tersedia menjadi salam dan cinta yang membahagiakan.

Pintu dapur bagi kami adalah sebuah lambang kesederhanaan untuk berbagi rasa dan sukacita. Mungkin orang lain yang tidak pernah mengalami hal seperti ini akan merasa lain. Namun, apa yang dianggap lain dan tidak biasa oleh orang lain menjadi suatu kebiasaan yang menyimpan pesan yang luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun