Mohon tunggu...
Ataya SelaCallista
Ataya SelaCallista Mohon Tunggu... Politisi - Mahasiswi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswi suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bangkitnya Gerakan White Supremacy sebagai Wajah Fasisme Modern

24 Desember 2022   10:49 Diperbarui: 24 Desember 2022   11:01 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terinspirasi dari ideologi fasisme yang diperbarui dan kebangkitan neo-nazi, ideologi white supremacy menciptakan gerakan kontroversial yang mendukung masyarakat ras kulit putih menjadi golongan paling superior. Gerakan ini menindas siapa saja yang berasal dari ras selain kulit putih khususnya di Amerika dan Eropa. Kelompok pendukung supremasi kulit putih menganggap ras lainnya tidak memiliki derajat yang sama dalam perihal hak asasi manusia. Ras selain kulit putih bebas untuk diperbudak, difitnah, disiksa, bahkan dibunuh jika berlaku sewenang-wenang. Gerakan ini melibatkan hal diskriminasi terhadap pribumi Amerika, Tionghoa, kulit hitam, dan lainnya. 

Di dalam sejarah dunia, telah banyak tercatat kasus kudeta yang dilatar belakangi oleh gerakan ini. Bukan hanya dalam bidang sosial dan tradisi yang diperdebatkan oleh kelompok ini, tetapi juga di bidang perpolitikan. Ras kulit hitam seringkali menjadi korban penindasan karena keterlibatannya dalam urusan pemerintahan dan negara. Hak mereka dalam memberikan suara dan berpartisipasi dalam parlemen dibatasi bahkan dicabut. Kebijakan beberapa negara seperti Amerika Serikat juga menuai pro dan kontra terhadap ras selain kulit putih sehingga menimbulkan isu rasisme di negara tersebut. 

Salah satu peristiwa yang mengguncang fenomena white supremacy di peradaban modern ini adalah menjabatnya Barack Obama sebagai presiden Amerika Serikat pada tahun 2009 hingga 2017 lalu. Peran Obama sebagai presiden kulit hitam pertama Negeri Paman Sam tersebut menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat keturunan African-American di sana. Obama menjadi representasi atas ras kulit hitam dan memberikan harapan terhadap rasisme yang telah merajalela di negara tersebut. Akan tetapi, ketika masa jabatannya usai dan posisi jabatannya digantikan oleh Donald Trump. Visi dan misi kelompok rasisme yang tidak jauh berbeda dari Ku Klux Klan (KKK) seakan muncul kembali dan malah semakin menjadi. Masalah rasisme di Amerika Serikat bukannya semakin menurun justru masih menjadi permasalahan sosial yang paling utama. 

Dalam kampanyenya, Donald Trump secara terang-terangan menggunakan privilege kulit putihnya untuk memenangkan posisi kepresidenan. Dengan modal rasisme dan dukungan terbuka kelompok kristen teroris Ku Klux Klan (KKK), kaum kulit putih golongan ekstrimis senantiasa memberikan suaranya untuk kemenangan Donald Trump. Meskipun demikian, beberapa masyarakat Amerika Serikat juga banyak yang mengkritik dan menolak langkah kotor yang dilakukan Donald Trump tersebut. 

Jika ditelusuri dari masa lampau, ras kulit putih di Amerika Serikat sebenarnya tidak lain juga berperan sebagai masyarakat pendatang. Masyarakat asli Amerika yang sesungguhnya adalah mereka yang berasal dari suku Indian. Kedatangan kaum kulit putih yang kemudian mendominasi negara tersebut justru bisa dibilang hasil dari peristiwa kolonisasi yang terjadi di masa lalu. Kepercayaan diri yang tinggi membuat masyarakat kulit putih tersebut mampu mengklaim suatu wilayah karena faktor kemenangan mayoritas. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun