Mohon tunggu...
atanera de gonsi
atanera de gonsi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja dalam Bayang-bayang Kenangan

4 Desember 2022   03:48 Diperbarui: 4 Desember 2022   03:57 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh Sirilus Gonsi

Hari senja seperti biasanya. Angin berhembus lembut meskipun barusan selesai hujan.  Jalanan yang berlubang digenangi air bagaikan kubangan. Becek dan licin. Di cakrawala arah Timur kulihat pelangi sedang asyik beristirahat petang. Warnanya indah dipandang. Beberapa anak lelaki usia sekolah dasar mengomentari pelangi yang indah itu, sambil " berselancar" dijalanan yang licin dan becek.

"Jangan tunjuk pelangi" kata anak yang berbaju putih.

"Kenapa"? Tanya anak berbaju merah ingin tahu dan penasaran dengan larangan anak berbaju putih.

"Jangan tunjuk pelangi nanti patah jari tanganmu. Begitu kata orang tua". Anak yang berbaju biru menjelaskan.

Hari senja seperti biasanya. Udara belum alpa memberi gigil. Anak-anak tersebut makin asyik dengan permainan selancarnya di jalanan yang licin dan becek. Sementara pada ujung cakrawala bagian barat terlihat teja dalam warna warni membentuk sebuah panorama alam yang indah.  Perlahan-lahan aku menuju toko yang jaraknya kurang lebih lima ratus meter dari rumahku. 

Di bagian kiri dan kanan jalan, rumah-rumah kokoh berdiri rapi membentuk sebuah barisan. Ada suara tangis anak kecil dari salah satu rumah bagian kanan. Anjing-anjing berparkiran di jalan, sambil menggongong aku yang lagi santai berjalan.

Terdengar bunyi babi yang kelaparan dari kandang belakang rumah yang berbaris. Anak-anak berteriak. Ada bunyi musik dari rumah bagian kiri jalan. Lagu Bento terdengar dalam alunan musik DJ. Ada lagi bunyi ayam yang berkokok di sore hari itu.

Di perempatan jalan banyak pemuda yang parkir. Di arah lorong menuju Pasar, sepi, sementara ada satu motor lewat arah jalan lurus menuju ibu kota. Motor itu lari dengan kecepatan tinggi. Seorang pria berjeket hitam mengendarai motor tersebut sambil memboncengi seorang wanita cantik berbaju merah dan berkaca mata.

Di bagian kanan menuju pasar, ada sebuah toko yang menjual berbagai jenis barang dagangan.  Aku terus berjalan menuju arah ibu kota bagian timur. Di sisi kiri jalan ada sebuah bengkel motor. Aku singgah di bengkel tersebut.  Seorang pria kulit hitam, cukup tinggi dan agak bengis menyapaku. Pada bangku yang terletak dibagian kiri depan bengkel tersebut duduk seorang wanita cantik.  

Kulit putih bersih dan mulus. Rambut air terurai indah sebahu.  Gadis tersebut memakai celana jeans dan berbaju kaus oblong warna hijau. Pada kakinya tertempel sepatu warna hitam merek Kasogi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun