Mohon tunggu...
Asyhari Eko Prayitno
Asyhari Eko Prayitno Mohon Tunggu... Guru - Ustadz
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya tinggal di Kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menyambut World Cleanup Day, LDII Helat Kampanye Pilah Sampah

21 September 2021   00:02 Diperbarui: 21 September 2021   00:07 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakarta (20/9). Menyambut hari World Cleanup Day (WCD) 2021, DPP LDII menghelat kampanye pilah sampah dari rumah. /Dok DPP LDII

"Persoalan sampah itu seharusnya bukan hanya menjadi  tanggung jawab pemerintah, karena sampah itu berawal dari kita masyarakat, dan kita yang berada di ujung itu harus melakukan pemilahan secara bijak," kata KH Chriswanto.

Ia juga menyitir data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang pada 2019 mencatat timbunan sampah mencapai 67,8 juta ton per tahun yang terdiri dari sampah organik 57 persen, sampah plastik sebesar 15 persen dan kertas 11 persen sedangkan lainnya sekitar 17 persen.

"Tentu kita ingin menjaga lingkungan ini jauh lebih baik, maka kami mengajak lagi dalam rangka hari bersih-bersih sampah dunia untuk mulai memilah sampah dengan benar, bukan hanya membersihkan dunia, insyaallah ini bisa juga menjadi penopang ekonomi warga." imbuhnya.

Menurutnya, untuk peduli terhadap lingkungan, DPP LDII telah membentuk Kader Gemilang. Mereka adalah pemuda yang peduli lingkungan hidup, "Kami juga mendorong pondok-pondok pesantren melestarikan lingkungan dengan mengolah dan memilah sampah," ujarnya. Menurutnya sampah yang tak dikelola dengan baik, bisa merusak lingkungan.

Sementara itu, Ketua DPP LDII Koordinator Bidang Departemen Litbang, IPTEK, Sumber Daya Alam dan Lingkungan (LISDAL) Sudarsono mengatakan manusia akan selalu menghasilkan sampah, "Sayangnya, masih banyak manusia yang mempunyai anggapan bahwa asalkan sampah yang dihasilkan sudah tidak ada di rumahnya, maka otomatis masalah sampah telah hilang," ujar Sudarsono yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor.

Padahal kenyataannya,  sampah tersebut tidak hilang dan ujung-ujungnya akan berakhir di suatu tempat, "Bayangkan kalau satu keluarga rata-rata menghasilkan sampah organik setengah kilogram dan sampah anorganik satu ons per hari. Satu kampung yang terdiri atas 1.000 anggota keluarga akan menghasilkan setengah ton sampah organik dan satu kwintal sampah anorganik per hari," paparnya.

Bila dikalikan 365 hari dalam setahun dan bayangkan berapa timbulan sampah yang dihasilkan? "Oleh karenanya, sampah sampai saat ini masih selalu menjadi masalah, terutama di perkotaan," pungkasnya.

DPP LDII, menurutnya melihat rumah tangga memiliki peran strategis dalam penanganan sampah di hulu. Katanya, bila setiap keluarga mampu menangani sampah organiknya sendiri di rumah masing-masing dan tidak harus berakhir di TPA, maka sebagian besar masalah sampah sudah teratasi.

"Sisanya, sampah anorganik yang ada bisa dipilah mana yang dapat di-upcycle (didonasikan kepada pengguna yang lain), di-recycle (diolah kembali) dan sisa yang tidak termanfaatkan baru ditangani khusus. Insya Allah masalah sampah dapat teratasi," urainya.

Menurutnya, kita hanya memiliki bumi yang satu, tempat seluruh umat manusia tinggal, beribadah, bekerja, berkeluarga, dan membangun peradaban. Untuk itu masyarakat harus ikut aktif mengelola sampah dan peduli lingkungan demi bumi yang lestari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun