Mohon tunggu...
Astri Oktaviani
Astri Oktaviani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Akuntansi dan Karyawan swasta yang tertarik membahas segala isu-isu yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan Struktural dan Cara Mengatasinya

4 Juli 2023   12:27 Diperbarui: 4 Juli 2023   12:31 1648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemiskinan struktural adalah sebuah fenomena yang kompleks dan merugikan, yang memiliki faktor penyebab yang beragam dan dampak yang signifikan terhadap masyarakat. Kemiskinan struktural memang terdengar asing di telinga umum, namun pada kenyataannya kemiskinan struktural terjadi di depan mata kita semua, mungkin penulis dan salah satu dari para pembaca juga merupakan bagian dari kemiskinan struktural ini. Lalu apa yang dimaksud dengan kemiskinan struktural itu?

Asep Suryahadi, seorang ekonom dan peneliti di SMERU Research Institute, telah melakukan penelitian tentang kemiskinan struktural di Indonesia. Menurutnya, kemiskinan struktural disebabkan oleh faktor-faktor seperti ketimpangan akses terhadap sumber daya, rendahnya tingkat pendidikan, dan kesenjangan regional. Ia menekankan perlunya kebijakan yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan struktural melalui pemberdayaan ekonomi, peningkatan kualitas pendidikan, dan pembangunan infrastruktur di daerah tertinggal.

Setelah mengetahui pengertian dari kemiskinan struktural, perlu kita ketahui apa faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan struktural ini bisa terjadi. Di antaranya yaitu : 

1. Ketimpangan distribusi pendapatan

Penelitian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan di Indonesia cenderung meningkat selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2020, koefisien Gini, yang merupakan ukuran ketimpangan pendapatan, mencapai 0,382. Ketimpangan ini mencerminkan adanya kemiskinan struktural yang disebabkan oleh ketidakadilan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan.

2. Keterbatasan akses terhadap pendidikan

Pendidikan yang berkualitas dapat menjadi jalan keluar dari kemiskinan struktural. Namun, akses terbatas terhadap pendidikan yang berkualitas masih menjadi masalah di Indonesia. Menurut data BPS, tingkat partisipasi sekolah di tingkat SD hingga SMA pada tahun 2020 masih tergolong rendah, terutama di daerah terpencil dan masyarakat miskin. Keterbatasan akses pendidikan ini mempengaruhi kesempatan individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi kemiskinan struktural.

3. Kesenjangan regional

Indonesia memiliki kesenjangan pembangunan antar wilayah yang signifikan. Daerah-daerah tertinggal dan terpencil cenderung menghadapi tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dan keterbatasan akses terhadap sumber daya dan infrastruktur. Penelitian oleh SMERU Research Institute menunjukkan bahwa kesenjangan regional adalah faktor yang berperan dalam kemiskinan struktural di Indonesia.

4. Ketergantungan pada sektor informal

Sektor informal, seperti pekerjaan di sektor pertanian, perdagangan mikro, dan jasa rumah tangga, masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk miskin di Indonesia. Namun, sektor informal seringkali kurang stabil, berpenghasilan rendah, dan memiliki keterbatasan akses terhadap perlindungan sosial dan jaminan kesejahteraan. Ketergantungan yang tinggi pada sektor informal memperburuk kemiskinan struktural.

5. Kerentanan terhadap bencana alam

Indonesia adalah negara yang rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, dan kekeringan. Bencana alam seringkali berdampak langsung pada penduduk miskin, yang kehilangan mata pencaharian, rumah, dan aset produktif lainnya. Kemiskinan struktural dapat diperparah oleh ketidakmampuan individu dan kelompok masyarakat untuk pulih dari bencana dan membangun kembali kehidupan mereka.

Lalu apa akibat yang timbul dari kemiskinan struktural ini?

1. Akses terbatas terhadap pendidikan berkualitas

Biaya pendidikan di Indonesia tidaklah murah, adanya beasiswa juga tidak merata bahkan terkadang tidak tepat sasaran dan tidak membantu anak-anak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Bagi masyarakat menengah ke bawah seperti penulis berkesempatan untuk menduduki bangku sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas dimana pun itu merupakan sebuah anugerah karena memang membutuhkan biaya yang lebih banyak dibandingkan dengan sekolah dasar,seringkali mereka mengabaikan akreditasi dan kualitas sekolah tersebut karena biaya yang murah menjadi pertimbangan awal mereka dalam memilih di sekolah mana anak mereka mendapatkan pendidikan.

Pendidikan berbasis teknologi juga menjadi momok menakutkan bagi para orang tua dengan penghasilan rendah, pemerintah mungkin memberi subsidi dan bantuan pendidikan namun mengabaikan bahwa fasilitas seperti ponsel, laptop dan komputer saat ini menjadi kebutuhan primer dalam menunjang kegiatan pembelajaran.

2. Ketergantungan pada pemberian bantuan

Kemiskinan struktural dapat memaksa individu atau kelompok untuk mengandalkan bantuan sosial atau pemberian makanan sebagai sumber kehidupan mereka. Hal ini dapat menciptakan ketergantungan yang berkelanjutan dan mengurangi motivasi untuk meraih kemandirian ekonomi.Dan hal ini terjadi di lingkungan tempat asal penulis, dimana keluarga penerima bantuan tidak bekerja dengan semestinya, tidak menjalankan keluarga berencana dan terkadang membelanjakan dana bantuan untuk kebutuhan tersier sehingga keluarga tersebut tetap pada kemiskinannya.

3. Kesehatan yang Buruk dan Tingkat Kematian yang Tinggi

Akses terbatas terhadap pelayanan kesehatan, sanitasi yang buruk, dan kurangnya gizi menghasilkan tingkat penyakit yang tinggi dan tingkat kematian yang lebih tinggi di kalangan masyarakat miskin. bahkan masyarakat miskin dengan mindset banyak anak banyak rezeki juga masih banyak terjadi di Indonesia, padahal pada kenyataannya semakin banyak anak, semakin banyak pula beban yang harus ditanggung. Ketika sakit, masyarakat miskin lebih mengandalkan obat warung ataupun dari apotek tanpa resep dari dokter sehingga tanpa menutup kemungkinan bisa terjadi salah dosis dan berakibat fatal, sampai kematian. Makanan yang bergizi juga seringkali terabaikan karena bisa makan pun merupakan hal yang cukup bagi mereka.

4. Ketidakadilan Sosial dan Ketimpangan

Kelompok masyarakat miskin seringkali menghadapi diskriminasi dan kesulitan dalam mengakses sumber daya dan peluang yang sama dengan kelompok yang lebih kaya. Hal ini berdampak pada pemenuhan hak-hak dasar dan kesenjangan sosial yang lebih dalam. Ketidakadilan dan ketimpangan ini memang sering terjadi, bahkan banyak berita mengenai masyarakat yang memiliki asuransi kesehatan dari pemerintah seperti BPJS diabaikan saat akan memeriksakan diri dan membutuhkan pengobatan di rumah sakit.

5. Peningkatan Angka Kriminalitas

Kemiskinan struktural juga dapat berdampak pada peningkatan angka kriminalitas di daerah-daerah miskin. Keterbatasan ekonomi dan kesempatan yang rendah dapat mendorong individu untuk terlibat dalam kegiatan ilegal atau mencari nafkah melalui jalur yang tidak legal seperti pencurian, pembegalan dan menjadi kurir atau perantara dalam transaksi jual beli narkoba.

6. Siklus Kemiskinan yang Berkelanjutan

Kemiskinan struktural dapat menciptakan siklus kemiskinan yang sulit untuk ditembus. Keterbatasan akses terhadap sumber daya, pendidikan, dan kesempatan kerja berkualitas membuat generasi mendatang terperangkap dalam kemiskinan yang sama. Ini berdampak pada mobilitas sosial yang rendah dan ketidakmampuan untuk mengubah kondisi hidup mereka.

Setelah mengetahui faktor dan akibat dari kemiskinan struktural ini penulis memiliki beberapa pendapat untuk mengatasi hal ini, diantaranya yaitu : 

1. Pemerataan Akses terhadap Pendidikan

Pendidikan adalah hal yang mendasar dalam membangun suatu individu, pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan manusia berkualitas juga. Program pendidikan yang inklusif seperti beasiswa, bantuan biaya pendidikan dan pelatihan keterampilan akan membantu masyarakat miskin untuk menjadi individu yang memiliki nilai sehingga dapat bersaing di dunia kerja.

2. Pemberdayaan Ekonomi

Pemberdayaan ekonomi ini dapat dilakukan oleh pemerintah dan sektor swasta bisa dengan melalui pemberian modal usaha mikro, pelatihan keterampilan, mempermudah akses ke target pasar, dan pendampingan dalam melakukan usaha sehingga lebih terstruktur dan mengurangi resiko kerugian yang besar.

3. Peningkatan akses terhadap Pelayanan Kesehatan

Selain pendidikan, kesehatan juga merupakan hal yang penting dalam membentuk individu. Gizi yang baik, makanan yang sehat dan nutrisi yang cukup akan membantu masyarakat keluar dari kemiskinan struktural ini, karena dari makanan pun seseorang dapat memiliki dorongan yang kuat dalam melakukan pekerjaannya sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.

4. Pembangunan Infrastruktur

Jalan, jembatan, listrik dan jaringan internet yang merata akan sangat membantu masyarakat dalam melakukan kegiatan terutama di sektor ekonomi, pertanian, perkebunan dan perikanan yang menjadi profesi utama masyarakat miskin membutuhkan fasilitas ekstra agar hasilnya lebih baik.

5. Pengembangan Perlindungan Sosial

Program-program perlindungan sosial, seperti bantuan sosial tunai, asuransi sosial, dan jaminan sosial, dapat memberikan jaring pengaman bagi masyarakat miskin. Program-program ini dapat membantu mengurangi risiko kemiskinan yang diakibatkan oleh kejadian-kejadian tak terduga seperti bencana alam atau kehilangan pekerjaan.

6. Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah

Peningkatan kapasitas dalam perencanaan pembangunan, pengelolaan anggaran, dan pemantauan program-program pengentasan kemiskinan oleh pemerintah daerah harus lebih diperketat dan dikuatkan. Kemiskinan struktural ini tidak bisa diurus oleh negara secara langsung, maka dari itu pemerintah daerah harus mengencangkan lagi pembangunan, memaksimalkan anggaran dan program pengentasan kemiskinan.


Melalui pendekatan terintegrasi dan berkelanjutan, yang melibatkan peran aktif dari pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil, kita dapat membangun masa depan yang lebih adil dan berkeadilan. Diperlukan kebijakan dan program yang berfokus pada redistribusi pendapatan, pemerataan akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan, pengentasan kesenjangan regional, perlindungan sosial, dan pemberdayaan ekonomi.

Mengatasi kemiskinan struktural bukanlah tugas yang mudah, namun dengan tekad dan komitmen yang kuat, kita dapat menciptakan perubahan yang berarti dalam kehidupan jutaan orang. Saatnya untuk bergerak bersama, mengubah sistem yang tidak adil, dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang adil untuk tumbuh, berkembang, dan menggapai potensi penuh mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun