Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pesan Harmoni Kehidupan: Ngono Yo Ngono, Ning Ojo Ngono

5 November 2016   14:02 Diperbarui: 5 November 2016   14:23 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kadang hidup itu lebih sederhana apabila tanpa cinta. Sebab cinta kerapkali membuat kehidupan itu menjadi rumit. Tetapi bagi beberapa orang meyakini bahwa hidup itu tanpa cinta justru dunia penuh puting beliung. Tata kehidupan porak poranda, ustad, pastor, ulama kehilangan obyek kegiatan. Umat dan warga berontak sebab hilangnya keserasian kotbah dan perintah dengan perilaku kesehariannya. Preman-preman merajalela bersaing berebut daerah kekuasaan.

Tetapi manusia berbudaya ternyata mengelola kehidupan bersama dengan cinta. Rumit rumit ria hati yang lembut beriba dengan air mata, relasi yang mesra bisa bisa berdasi dusta. Maka datanglah para nabi dari bumi dan dari langit membawa hokum cinta:  “Cintailah Allahmu sebulat tekat sepenuh budi dan sesamamu seperti dirimu sendiri”.  Pun ada pesan harmoni kehidupan :”Ngono ya ngono ning ojo ngono”. Indonesia pun negeri penuh filosofi Negara pembawa Pancasila, mari kita refleksi dan kita kritisi.

Fenomena kehidupan adalah dinamika gerak berproses menuju kepenuhan hakekatnya. Kita bisa saksikan semua menjadi “serba semakin” dalam mengikuti berjalannya waktu. Dan kita bersama semua insan yang menurut penulis sebagai ciptaan Dia Yang Maha Sempurna sedang ”berproses” menuju Dia Sumber kehidupan kita. Kita tidak sendiri sendiri tetapi dalam kebersamaan.

Dan disini kita temukan fenomena Cinta. Yaitu relasi antar kita dimana kita memberi respon positip kepada kondisi obyektif yang dihadirkan oleh kita kita ini pula. Apabila respon positif itu terbina dan dikembangkan maka cinta itu berkembang bersama kehidupan itu sendiri.

Kondisi obyektif memberi warna dan bentuk cinta dan kehidupan dari masing masing kita kita. Dinamika menuju kepada kepenuhan hakekat itu memperoleh “kerumitan” (istilah diatas) karena dalam manusia ada minimal (garis kasar) dua watak dalam satu jenis kemanusiaan itu yang disebut Jiwa dan Raga. Jiwa lebih menjadi energy dari dalam yang katakan mampu menembus waktu dan tempat sementara Raga dirundung oleh suatu paket keterbatasan.

Jiwa dan Raga masih boleh dianalisa lebih rumit tetapi sederhananya bisa disebut Semangat untuk Jiwa dan Materi untuk Raga. Jadi disinilah letak munculnya “kerumitan”, problema, yang banyak kali kurang  kita sadari. Maka sering terjadi manusia yang mempunyai lebih harta materi yang dekat dengan Raga atau ragawi, tidak melihat ada orang lain yang kekurangan dan membutuhkan harta yang ragawi untuk berproses menuju kepenuhannya. Relasi yang kurang tanggap membuat Cinta tidak ikut berproses dalam kehidupan menuju kepada kepenuhannya.

Maka Hukum Alam ‘Cintai Tuhan Allahmu sebulat tekat sepenuh budi dan sesamamu seperti dirimu sendiri” tidak memperoleh pengembangan menuju kepenuhannya secara serasi.

Jadi Kerumitan kehidupan bersama Cinta itu berbasis pada kondisi obyektip manusia. Yang kehilangan keserasian. Maka Problemanya dapat dilanjut-rumuskan :

  • Mungkinkah pesan cinta dilaksanakan ? ( Mengingat hal tersebut diatas Sepenuh penuh cinta itu hanya mungkin dilaksanakan seukur keterbatasan)

Cinta kasih bisa penuh bila sudah tak ada batas lagi antara jiwa jiwa yang bisa melepas keterbatasan materi. Maka pertanyaan berikut adalah:

  • Perlu diadakan keserasian dan harmonisasi untuk mengatasi keterbatasan.  Bagaimana caranya ?

Pilihan Solusi yang ditawarkan banyak. Bila boleh dikemukakan penulis memilih 3 alternatip pilihan sebagai berikut:

  • Filosofi Jawamenawarkan jalan pintas memilih jalan “Sederhana”, yaitu “seni meletakkan diri, ambil posisi antara terlalu ringan dan terlalu berat, terlalu besar dan terlalu kecil. Hanya munculnya sebagai pesan terlalu berkesan “menghindari”, dan seperi jalan memutar, seperti dalam judul disebut “Ngono ya ngono, ning ojo ngono”  Silahkan demikian tetapi jangan begitu……. terlalu…..”
  • Secara positip mungkin sepertinya dikatakan : Jaga Harmoni, jaga keseimbangan, maka semua masalah selesai.
  • Pancasila dasar NKRI memberi solusi yang sangat religious dalam kerumitan hidup berrelasi dengan Pancasila :
  • 1. Sila pertama memberi dasar keimanan dalam kehidupan kita (bukan keagamaan),
  • 2. Sila kedua menghantar pada hakekat kemanusiaan kita yang adil dan beradab.
  • 3. Sila ketiga menegaskan ikatan kebersamaan kita dalam satu bangsa dan Negara Persatuan
  • Sila keempat menunjukkan salah satu kiat menata pelaksanaan kebersamaan kita : Musyawarah dan perwakilan
  • Sila kelima menegaskan harmoni yang di realisasikan dalam Kesejahteraan hidup Jiwa dan Raga

Butir Pengamalan Pancasila pada Sila Kelima (V) yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia yg positip dengan begitu mendorong perbuatan cinta kasih dalam kehidupan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun