Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Konfirmasi dan Pencerahan

6 April 2015   07:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:29 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pefesbuker sangat kenal dengan istilah Konfirmasi di kancah pertemanan. Permintaan untuk berteman disetujui, dikonfirmasi, istilah bergaya di “confirm”. Oleh yang mengajukan permintaan dan disetujui lalu ditulis di halaman teman baru itu ucapan terima kasih sudah di konfirmasi permintaan pertemanannya.

Dalam kelana perseminaran sering saya alami moderator membuka kesempatan bagi peserta untuk bertanya kepada narasumber. Tawaran yang dibatasi yaitu hanya untuk pertanyaan informative jangan yang menyanggah atau berargumentasi beda dari masukan narasumber. Sebab setelah itu nanti akan ada kesempatan bagi para peserta untuk berdiskusi. Akan tetapi ada lagi moderator yang menyetujui komentar peserta yang mau meneguhkan, menambah informasi atau konfirmasi terhadap masukan nara sumber. Atas praksis seperti itu saya senang memakai istilah “pertanyaan yang konfirmatif”. Bertanya, atau mengajukan pernyataan “bertanya” sekaligus minta penegasan apakah yang “saya dengar” tadi memang benar demikian. Pertanyaan atau permintaan pengulangan demi ketegasan itu sebenarnya sesuatu yang sangat sering akhirnya memberi “tambahan” lebih pencerahan dari masukan nara sumber bagi para peserta.

Demikian maka tampak ada ruang antara “pertanyaan” dan “panegasan/tambahan pencerahan”. Apa sebenarnya yang terjadi, ada apanya, sejauh mana apa itunya memberi tambahan pencerahan ??

Saya melihat khususnya artikel-artikel saya sebenarnya adalah sebentuk “pertanyaan konfirmatif” yang terkemas sedemikian rupa terhadap banyak artikel sebelumnya yang saya buat atau yang saya baca dari para penulis lain.Topik artikel (bukan judul) sebenarnya sangat jarang ditemukan artikel seratus persen original. Tidak dikatakan disini tentang kopian, tentang plagiasi, etc. Dengan kerangka pikir “pertanyaan konfimatif” artikel baru itu tidak lain dari pertanyaan konfirmatif terhadap artikel sebelumnya dalam kemasan baru dan menyumbang informasi baru. Secara abstrak bolehlah kiranya dibenarkan proses itu dengan teori “Meme”, bahwa ide itu tak kunjung berhenti beranak-pinak. Dalam praktek kita memang saling belajar mengajar dalam proses berkembang dan mengembangkan diri dan masyarakat bersama. Proses pembelajaran ini tidak usah dirisaukan sebagai proses relasi guru dan murid yang terkesan adanya lebih dan kurang, tetapi sebagai proses dalam kesetaraan yang saling menguntungkan saja. Dengan kata lain tulisan yang baik bukan tulisan yang guru menggurui murid, tetapi tulisan yang berbagi pengalaman dan ilmu.

Semangat menyusun tulisan peristiwa yang actual membantu membuat tulisan lebih baru dan mendekati originalitas, dengan relevansi kepada peristiwa terbaru situasi terbaru. Sementara semangat menulis nilai-nilai inspiratif membantu membentuk ide-ide dalam artikel lebih berdaya kembang untuk meme berikutnya. Demikian juga para penulis praktisi akan lebih spontan menyusun artikel yang berdaya guna kemanfaatan, dan pecinta keindahan mengarah pada kemasannya yang relevan, menarik dan menyenangkan. Dengan demikian ketika semakin tepat pembaca menilai artikel kita semakin mantab pula kita sesungguhnya dapat mengenal tulisan hingga diri kita sendiri.

Apabila kita mau dan mampu menyusun dan mengajukan seperangkat pertanyaan-pertanyaan konfirmatif terhadap satu artikel, satu kasus, satu peristiwa, kita juga harus bisa mengajukan pertanyaan itu kepada diri kita tentang diri kita sendiri. Pengajuan seperangkat system pertanyaan konfirmatif, akan juga menjadi konfimasi, penegasan, mungkin juga pencerahan dalam dan untuk kehidupan luas pribadi kita. Pencerahan, cerah, terang, bersih, bersih hati, kesucian itu dekat dengan kehidupan, sebaliknya kelam, gelap, buram adalah dosa dan kematian.

Pencerahan secercah ditengah kekelaman dosa dan kelemahan diri kita akan berperan sebagai obor menuju kepada keselamatan jiwa dan tumbuh kembangnya diri kita meluasnya kepada keluarga hingga keluarga besar bangsa, semoga.

Yogyakarta, 5 April 2015, Paskah Hari I.

Salamku hormatku

Emmanuel Astokodatu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun