Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

In Memoriam: Moeder Marisca

14 Juli 2012   06:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:58 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Peristiwa Penuh Pesan Perempuan. :

Ibu yang tidak membuat Anak Mas dan tidak Anak Tiri……….”

Peristiwa apalagi kalau bukan peristiwa upacara menghantar jenazah warga yang hidupnya memberi kesan mendalam bagi yang ditinggalkannya. Peristiwa itu sendiri sudah agak lambat disampaikan tetapi pesan dan kesan itu semakin basi menjadi semakin dalam membekas dihati. Tokoh yang akan diceritakan ini meninggal pada tg 13 Juli 2012 di Yogyakarta. Dikebumikan sehari sesudahnya diantar oleh upacara hikmat, mengharukan.

Tokoh ini bukan figure yang publikasikan. Dia seorang Suster biarawati, yang meninggal di Panti Jompo dalam usia 94 tahun. Namanya Marisca Siti Romtari CB. Dikenal dengan sebutan Moeder Masiska, berarti Ibu. Dalam hidupnya sebagai biarawati bertugas berganti-ganti dan berpindah kota tempat tinggal sesuai tugas yang diberikan oleh atasannya. Pernah sebagai Kepala Sekolah SD, Kepala Komunitas biarawati, pengurus rumah tangga asrama, Guru SD dan SMP., Kepala sekolah SMP, perintis pengurus karya social dsb.

Latar belakangnya : Dia dilahirkan pada tahun 1918 di Solo, dari keluarga basar Y.Oemar Hadisoewignyo dan R.Sutarti Hadisoewignyo. Keluarga basar karena Siti Rumtari mempunyai adik yang sampai dewasa hidup sebanyak 14 orang. Sebelum masuk kedalam komunitas biara Suster-suster Cinta Kasih, sempat mengenyam pendidikan perempuan (guru?) di Mendut. (Jateng) (Konon perempuan hasil pendidikan Mendut banyak bertemu sebagai suami isteri dengan hasil pendidikan Moentilan, Sekolah Guru, karya pastor van Lith SJ, pelopor umat katholik di Jawa Tengah / DIY.) Siti Roomtari setelah menamatkan pendidikan perempuan Mendut pada usia duapuluh tahun meninggalkan orang tua dan adik-adiknya untuk masuk kedalam biara Suster-suster Cinta Kasih. Dan hingga purna tugas / masuk ke Panti Wreda Sint Anna Yogyakarta, dia meniti karisma pengabdian dari tahun ke tahun dikenal dengan nama Moeder Mariska, (Ibu Mariska) kendati itu bukan panggilan yang lazim diantara mereka.

Upacara menghantar jenazahnya dipimpin oleh Wakil Uskup Agung Semarang untuk DIY, Rm.Saryanto Pr. Diawali oleh pembacaan riwayat hidupnya, dilanjutkan Upacara peribadatan dan pemberkatan, ditutup oleh sambutan-sambutan. Sambutan didalam upacara itu sendiri oleh pemimpin ibadat, di lengkapi oleh sambutan Pemimpin Tarekat Suster Cinta Kasih Indonesia, Sr.Carolina CB. dan ditutup wakil keluarga Bp. YB.Wiyanjono SH. Dikatakan oleh Sr.Carolina kendati tidak dikordinasi sebelumnya dia memuji keibuan dan kepemimpinan Moeder Mariska seperti dibahas oleh Rm Saryanto Pr. Dan dibawah ini penulis merangkum semua sambutan itu yang memberikan litany (rangkaian pujian) bagi Matherhood, Moederlijkheid, Kuibuan dari Moeder Mariska CB, almarhumah sebagai berikut ini :

Tokoh Mariska dalam segala posisi dalam tugas dan pengabdian tidak pernah melepaskan sikap sebagai seorang ibu.

Ibu itu memberikan pelayanan, pengabdian kepada semua yang dilayani, di dampingi dengan penuh cinta kasih. Ibu itu menerima mendengar dan menerima konsekwensi dan akibat apa saja dari perilaku orang yang didampingi dilayayani ditemani.

Tokoh Mariska tokoh yang disiplin, teguh dalam pendirian tetapi lembut dalam ketegasan yang diberikan. Keputusan Tokoh Mariska masih sangat sering diminta bagi adik-adik dalam keluarga besar mereka.

Tokoh Mariska dalam memimpin, memberi cinta kasih tegas dan adil, tidak menimbulkan iri dan kecemburuan diantara dan antar : entah mereka itu teman rekan dalam tugas entah mereka itu binaan dampingan maupun bimbingan rohani yunior-yuniornya, yang “mungkin” mereka saling bersaing dalam prestasi. Sebab “ibu-dalam-tugas”itu bisa membuat “anak-mas” dan bisa membuat “anak-tiri”. Ciri Anak Tiri bisa membekas dan dibawa sampai mati. Itu yang sering terjadi. Dati itu tidak pada Moeder Mariska.

Penulis adalah saksi hidup karena kedekatannya sebagai saudara sepupu. Pernah pula menjadi muridnya di SD, dan tetangga sewaktu Moeder berkarya memimpin biara, pantiasuhan dan rumah sakit. Tokoh itu disayang dihormat dalam komunitasnya dan warga masyarakat yang masih banyak mendapat layanannya. Semoga Tuhan menerima Sr.Mariska diHadiratNya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun