Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Filsafat Awam & Theologi Umat

8 September 2011   22:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:07 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di Kompasiana tidak ada lagi artikel berkategori Agama. Mangapa? Padahal di Indonesia agama tak mungkin dikikis, disingkirkan dari peri kehidupan. Pembicaraan soal agama teraduk mulai bicara soal KTP hingga soal Anggaran Negara. Sejak anak dilahirkan hingga upacara kematian.

Kategori Tulisan di Kompasiana dirincikan sekitar 12 Jenis, sejak kapan begitu tak ada kategori “Agama”. Tetapidi Kompasianaoleh Ma Sang Ji, di http://filsafat.kompasiana.com/2011/09/06/beginilah-agamaku-begitukah-agamamu/ dipostingkansebuah OPINI.

Dari judulnya penulis jelas bicara soal Agama. Opini tentang pribadi dan agama pilihannya. Sebenarnya apabila dibaca dari kata-kata awalnya Ma Sang Ji sebenarnya menyampaikan sharing tentang pilihannya. Tetapi karena berkepanjangan dan menyampaikan “Pesan” dalam beberapa banyak kalimat layaklah disebut OPINI dan memancing reaksi pro dan kontra terhadap penggunaan beberapa kata, misalnya kata “agama”.

Belajar dari postingan Sdri Ma Sang Ji saya membuat catatan sbb:

a.Penulis tersentuh oleh pelbagai ucapan padanya di hari Lebaran, tanpa tahu apa dia muslim atau non muslim

b.Penulis memaparkan agama keluarga dan cara dia menerimanya.

c.Dia mengaku : “Aku pelajari prinsip-prinsip dasar agama UU. Ternyata memang aku merasa, inilah yang paling dekat dengan keyakinanku.”

d.Selanjutnya tulisnya : “Selaras dengan aliran kepercayaan UU yang kuanut, maka jawabanku: Hanya Tuhan sajalah yang tahu apa agamaku yang sebenarnya. Aku sendiri tidak tahu.”

e.Tanggapan2 sampai tg 7 jam 13.00 saya hitung tidak kurang ada 54 pemberi tanggapan. Dengan jenis tanggapan menurut tangkapan saya :

e.1. OK saja, setuju, sepaham, :11

e.2. semacam tidak setuju, memberi kritik, semacam menolak. : 6

e.3. melontar masalah : 34

e.4. memberi nilai bermanfaat, dsb : 3

f.Tanggapan saya terhadap postingan dan tanggapannya seperti saya tulis dihalaman sana : Terima kasih terhadap penulis dan para penanggap, karena dengan begitu saya belajar banyak.

g.Meskipun penulis menyampaikan opini, tetapi saya terima sebagai sharing berbagi penghayatan keyakinannya. Memang demikianlah pendapatnya, haruskah kita tolak? Dia menyampaikan beberapa butir keterangan dari sumber yang disebut. Memang ada satu penanggap yang terkesan menyangsikan terhadap yg terkutip tetapi setelahnya memberi afirmasi. Sementara 6 penanggap yang saya nilai sebagai kritik kontra ada 3 tanggapan netralisasi.

h. Dan penanggap dengan melontar masalah ada sekurang-kurangnya 2 kemungkinan sebabnya :Kesatu, sebenarnya cara halus mau mengatakan tidak setuju, dan memberi alternatip; Kedua, merupakan fenomena bahwa masalah agama itu memang menarik untuk dibahas.Hal ini ditunjukkan lagi dengan postingan Ma Sang Ji berikutnya : dalam sekejap 24 jam penanggap telah terhitung lebih dari 80 orang Kompasianer . Dan pemilihan kategori tulisan semakin mengejutkan bagi saya . Materinyatentang pernyataan “ilmiah” keagamaan, oleh penulis dikategorikan Kesehatan Kejiwaan. Kreatip….[?] (lihat : http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/09/07/kafir-pun-masuk-surga-fatwa-ulama-muhammadiyah/ )

Banyak Pemeluk agamayang beranggapan “terpanggil” memberi kesaksian kebenaran imannya. Iman adalah hal yang eksistensial. Iman itu lekat dengan pribadi dan keberadaannya. Oleh karenanya orang yang kurang dewasa tidak membedakan tempat-tempat dan saat-saat tertentu dimana orangitu berada dan pas bersaksi. Bahkan seringtulisan orang lain yang kurang ditangkap materi, maksud dan tujuannya langsung direaksi keras karena sedikit saja berbeda dari keyakinan imannya sendiri.

Saya mengharap cara saya menyampaikan nilai-nilai yang saya coba hayati dan amalkan (dengan gaya Filsafat Awam & Theologi Umat) seperti sudah saya sering postingkan tidak terkesan khotbah atau ceramah ilmiah dan mengundang debat, tetapi sekedar berbagi……… Dan siapa tidak senang dapat mendapat tanggapan seperti ini : “Tulisan yg sangat jelas, lugas, dan sangat bermanfaat. saya ingin mencoba menerapkannya pada anak2 didik kami,pak Astoko, izin share untuk FB saya ya pak.”---“Seperti aku dihadapkan pada sebuah buku yang lembar demi lembar tidak berhenti memberi pencerahan. Ya Alloh, limpahkan rahmatMu untuk orang-orang yang membawa obor untuk buta mataku.”---“Jernih sekali Pak Astoko. Membaca tulisan Bapak ini serasa menyelam ke dasar samudera yang bening lalu terbang ke langit tingkat tujuh, hingga samudera dan langit itu tak berjarak, Bapak begitu lihai membumikan pesan langit, salam hormat Pak” . ( beberapa tanggapan terhadap postingan saya yang jelas tak lepas dari kondisi eksistensial saya, linknya dikaki postingan ini )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun