Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Berteman Membaca dan Refleksi

18 November 2022   12:12 Diperbarui: 18 November 2022   12:22 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Baru membaca buku, dua buku, pinjman ! Itu mau mengatakan bahwa aku punya "teman" kepadanya aku pinjam buku.  Pertemanan yg melimpahkan cermin kehidupan. Dalam cermin itu terbaca realita kehidupan. Membaca Kebenaran yg sederhana membawa pada refleksi. Refleksi....atas kebenaran yg apa adanya.

Kedua buku itu  : Ken Blanchard dan Don Shula, "Every One's A Coach, Pnbt PT Elex Media Kompitindo. Jakarta. Dan buku satunya lagi : "Tuesday Morning Coaching .  Delapan Kebenaran sederhana untuk memacu Karier dan hidup anda".  karya David Cottrell dibantu Jeff Walter seorang lifecoach. Penerbit Pt Bhuana Ilmu Populer, Gramediagroup. Jakarta.2013

Buku2 ini memberi aku kesadaran tentang nilai "berteman". Karena kolaborasi mereka, Ken seorang bisnisman dan Don Shula seorang pelatih sepakbola yang kenamaan juga.   Berteman membuka perspektif yg sangat luas.Belum lagi isi pesan buku itu sendiri. Seperti tentang "Kebenaran Sederhana".

Hal kebenaran yang tampak tidak sempurna. Sederhana tanpa daya tarik pula. Tapi bisa Memimpin alur dan arah reflexi, sampai pada temui jati diri. Jadi melalui kebenaran yg sederhana menemukan kebenaran yg sangat mulia.

Akupun tidak mengecilkan prestasi bersama rekan kompasianer  di tahun 2012 dalam grup Desarangkat,  menyelenggarakan event kolaborasi dalam fiksi dan puisi, hingga sekurangnya 3 buku antologi karya bersama. Bukan dalam "satu buku" hasil kerjasama. Tetapi dalam satu satu judul dibangun dengan kolaborasi.... tentu dituntut ekstra daya kresivitas menemukan alur gagasan yg sudah dirintis pendahulunya.

Saat ini akupun reflektif menghadirkan imaginatip teman-teman seklasku dulu hingga kondisi saat ini. Ada 33 orang masuk sekolah dengan asrama ditingkat SMP. Th 1953. Meningkat masih di sekolah itu tingkat SMA tinggal 18 orang. Tahun 1960 setelah bergumul bersama selama 7 tahun kami tinggal 12 orang. Mentargetkan 18 orang kami masih bisa ber reuni 15 orang teman. Pada tahun 1993 dan 1994.  Karya mereka : Lima orang dalam hierarki Gereja: dua orang uskup, tiga orang pastur. Teman yang lain di dunia pendidikan, 3 orang dosen (S2 dan seorang professor Dr), 5 orang yang lain didunia bisnis, dan 3 yang lain aktivis dibidang sosial, media, dan seni.  Aku saksikan teman teman itu sukses dalam meniti karier mereka serta membangun keluarga bahagia, selain yang didalam kegerejaan..

Dan APA yang kutemukan adalah bagaimana jenjang karir dan prestasi itu mereka capai. Pada reuni dan sharing yang terjadi, disertai jalur komunikasi kekeluargaan yang terjalin, kudapatkan pembelajaran hidup nyata yang serba apa adanya sebagai berikut:.

Pertama, mereka mampu menemukan jati dirinya setelah menginternalisasi masukan pada setiap tahapan. (SMP/SMA, - Perguruan Tinggi. Berkeluarga/Bekerja) 

Kedua,  mereka berhasil memasuki tahapan kehidupannya dengan Tanpa keraguan, atau tidak membawa keraguan dari periode yang dilampaui keperiode berikutnya.

Ketiga mereka semua pegiat merasa berjuang melalui kerja keras sesuai bidangnya.

Keempat, aku melihat mereka memiliki kerendahan hati, ketulusan dan kederhanaan terlatih berjuang sejak SMP di asrama dan gembira hati menerima diri mereka apa adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun