Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sepiring Inspirasi

28 Oktober 2022   11:25 Diperbarui: 28 Oktober 2022   11:38 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ketika aku mau menulis, dan belum bulat mau mengarah kemana, iseng kukirim kepada beberapa teman di dunia maya tulisan ini :

"Dalam rangka mencari bahan penulisan, semoga anda berkenan membantu dengan menjawab singkat sederhana spontan dua pertanyaan ini : 1. Sekarang ini apa atau bagaimana perasaan anda ? Anda sedang merasa apa ?     2. Sekarang ini anda sedang punya pikiran tentang apa? Ada masalah apa. ?  Terima kasih." 

Terhadap permintaan itu dari lima yang aku kirim, ada dua teman belum menanggapi, satu teman menunda, satu menanggapi bersyarat, satu menanggapi dengan keraguan. Hal itu memang membuat aku menjadi sadar:  obrolan jangan membuat orang serta merta diminta berfikir.

Maka kali berikutnya aku membuat perubahan gaya tegur sapa santaiku meskipun mengandung makna tanya tentang apa yang mereka sedang rasa serta risaukan.  Tegur sapa yang baru itu: Hallo apa kabar, sedang mikirin Sambo ya, apa Capres ? How are you Sobat?.  

Dan benar ternyata tanggapannya memuaskan  : satu "Baik, makasih, tidak juga," (mikir Sambo/capres)  Ada satu langsung mewartakan duka: saudaranya sakit dan sudah dibawa kerumah sakit. Ada dua lagi yang langsung memberi informasi keadaan dirinya yang sakit. Tetapi dua orang terakhir justru aku berhasil menghubungkan sebagai teman yang akan tukar pengalaman tentang sakit mereka.

Apa yang kuperbuat semua itu ternyata memberi bagiku bagaikan sepiring nasi rames, atau nasi gudeg jogya dari pelbagai inspirasi atau gagasan inspiratif.

Tegur sapa yang berbeda-beda itu adalah perilaku sosial, lebih jauh adalah budaya, yang perlu ada kaidahnya untuk terjalin sesuai yang dimaksud. Seringkali percakapan terhenti oleh kesadaran pemikiran yang kurang disukai. Sadar untuk berfikir meski belum sampai ke pemikiran ilmiah dan meditatif, tetapi sudah melewati kesadaran sederhana spontan atau santai. Bahkan dalam kasus diatas ada teman yang memberi syarat untuk mau memberi tanggapan. (Wah masuk masalah psikologi sosial ni..)

Seperti budaya barat ada kebiasaan menjawab How are You. Tidak cukup bilang Fine, atau Baik,OK, masih ditambah Thanks. Terima kasih atas sapaannya. Jadi terhadap Action penyapa, direspon  plus  Action perespon. Action yang tidak terkatakan bisa jadi berupa sikap badan sesuai budaya bangsa.

Selanjutnya materi dan isi maknanya percakapan juga merupakan masukan bagiku. Pertama-tama demi kelanjutan percakapan itu sendiri. Tetapi kedua, dapat jadi ada makna lain untuk semua pihak yang terkait. Seperti dalam contoh diatas tentang kesehatan dan tindak lanjutnya. Para terkait dapat menerima peluang saling berkenalan dan berlanjut tersendiri. Ketiga, secara keseluruhan kita bisa tahu sejauh mana isi pemikiran pada warga masyarakat sederhana dibanding dengan para tokoh masyarakat dalam bidangnya. Masyarakat kebanyakan yang sibuk dengan masalah kebutuhan hidup sehari hari banyak tidak sempat mengikuti situasi politik dan negara yang aktual.

Nasi Rames Inspirasi dari awal tadi menyentuh kaidah sosial budaya, kemanfaatan dialog,dan lebih dalam lagi psikologi sosial yang bagiku tersimpul sederhananya : 'bagaimana menata perasaan- pikiran, dalam mengalami masalah sehari hari.?!'

Aku hanya ingin menawarkan gagasan bahwa ada  "tiga hal yang tetap dalam hidup ini: perubahan, keputusan/pilihan, dan prinsip "-Perubahan tak bisa ditolak, tak bisa dihindari harus disikapi. Pilihan harus selalu dijatuhkan,tak bisa dihindari, maka keputusan harus diambil secara benar, nyata, berkelanjutan. Prinsip harus dianut supaya kehidupan tidak berantakan terbawa arus perubahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun