Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Telusuri Pelbagai Masalah

4 Maret 2021   10:45 Diperbarui: 4 Maret 2021   10:53 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya kita kita ini bila dihadapkan pada suatu masalah, langsung berfikir fokus pada situasi nyata atau bahkan sudah terfikir tentang solusi. Padahal konsep solusi belum cukup sebelum eksekusi.

Kita setiap hari dapat membaca berita dan membuat berita tentang masalah. Terhadap masalah itu kita bisa menawarkan solusi. Contoh : Oleh maraknya berita peristiwa korupsi seorang Taufik Rachman, menulis di Kompasiana ada tiga hal penyebab korupsi. Peristiwa korupsi terjadi di forum pemerintahan,pejabat yang ditangkap, negara yang dirugikan. Tetapi menurut Rabbani motivator, Kompasianer TauRa ini sebab korupsi adalah tidak adanya/kosong iman, tidak adanya/kosong bayangan cerah masa depan, tidak adanya/kosong teman sholeh. Sebab peristiwa harus dicari jauh, melalui perjalanan berat tulisnya :

"Sesungguhnya perjalanan yang paling jauh adalah perjalan masuk ke dalam jiwa. Bahkan, Jauh lebih jauh di banding sekadar berkeliling dunia. Adalah benar kalau kita tidak sempurna dan punya potensi untuk salah. Tapi, bukankah ada kesalahan yang kita bisa menghindarinya sebelum terjadi?" https://www.kompasiana.com/taura/ 603bae02d541df6f95020942/ini-3-kosong-penyebab-korupsi?page=3

Ada masalah lain pula yang diangkat oleh Kompasianer Unggulan Bp. Tjiptadinata Effendi, tentang bagaimana beliau dapat melanggengkan perkawinannya, sementara kita tahu banyak orang susah bertahan pada psangannya, katanya : 'Jangan ada dusta diantara kita........'

Contoh lain problema ini silahkan dirunut :  "Problema keadilan ummat dan bangsa perwujudan keadilan dan keadilan sosial dalam negara hukum merupakan unsur utama mendasar sekaligus unsur paling rumit, luas, struktural dan abstrak. Kondisi ini karena konsep keadilan dan keadilan sosial terkandung di dalam nya"(.Keharusan Zaman dan masalah keadilan ummat dan bangsa - Kompasiana.com)

Pengalaman yang amat pribadi saya saksikan banyaknya kesaksian dari teman-teman dan orang yang dahulu menjadi anak binaan, terhadap mendiang Fesbooker Adijatmo Astjarjo, SPsy.Bisnis-Coach, mereka bersaksi: Pak Adi kadang menjengkelkan selalu membuat pertanyaan-pertanyaan, tetapi sekarang baru menikmati kegunanaannya. Sikap yang lembut menantang untuk melihat masalah kedepan dengan pertanyaan.

Ada banyak sikap merespon suatu masalah. Ada masalah kepribadian, ada masalah lingkungan terdekat, ada masalah sosial yang mengundang kepedulian dan respon setiap orang. Dan ada masalah yang diangkat oleh pengamat untuk kepentingan ilmiah, politis  dan lainnya.

Saya setuju pendapat seorang Steve Kneeland (2001) yang mengatakan: Perintah harus diubah menjadi pembuatan keputusan itulah masalah. Saya menangkap itu sebagai inti dari masalah yang lebih luas. Solusi harus menjadi tindakan eksekusi. Dan rupanya akhirnya eksekusi itu masalah yang sering lebih tidak mudah. Perintah itu mungkin aturan, mungkin sudah menjadi kebijaksanaan solutif terhadap masalah sebelumnya. Itu harus dilaksanakan.

Masalah secara lebih luas adalah kesenjangan antara situasi/kondisi nyata dengan apa yang seharusnya. Dalam keseharian inilah makanan politisi diluar pemerintahan. Para juru berita sensasional dan para pengamat kritis, pun para aktivis kepedulian sosial tertentu. Mereka ini sesuai dengan perannya jeli menemukan masalah yang seringkali terjebak pada kepentingan visinya sendiri sehingga tega mengaburkan realita yang sebenarnya. Mengapa itu bisa terjadi ?

Permasalahan bisa timbul karena apa yang seharusnya terjadi tidak, terjadi atau belum terjadi. Apa yang seharusnya tidak terjadi, justru sudah, atau hampir terjadi. Apa yang seharusnya tersedia, ada, tidak tersedia atau belum ada. Sebab timbulnya masalah sangat kompleks, dengan pelbagai jenis keterkaitan, baik formal maupun sekedar sosial. Disitulah ruang perbedaan pendapat masuk memeriahkan peristiwa menjadi viral.

Padahal permasalahan membutuhkan jawaban tindakan. Dan itu tidak menjadi dimudahkan oleh konsepsi solusi.  Tindakan kadang membutuhkan proses, kerja dan langkat-langkah percepatan.  Mungkin itu perbaikan-perbaikan, perubahan struktur, komponen, kondisi tertentu dan itu proses.

Dan pertanyaanya siapa yang harus melakukan tindakan itu. Saya kira bukan para pengamat dan kritisi, bukan para juru warta, tetapi subyek2 terkait.  Berita dibawah ini saya rasa sangat berbicara sebagai illustrasi tentang masalah vaksinasi . Juru warta bahkan orang luar negeripun boleh berkomentar. Tetapi siapa subyek yang paling terkait :

"Untuk bisa melakukan sampai satu juta, dua juta per hari, pemerintah tidak mungkin lakukan itu sendiri. Pemerintah harus melakukannya bersama-sama dengan pihak semuanya, termasuk juga swasta, terutama start up-start up yang didesain oleh anak-anak muda," ungkap Menkes Budi. "Ini bukan program yang individualis, ini program yang sangat sosialis. Dan untuk itu butuh dukungan dari semua komponen bangsa," imbuh dia. (https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/menkes-bicara-target-vaksinasi-corona-pertengahan-2021-hingga-diejek-negara-lain/ar-BB1ecTQ9?ocid=msedgdhp)

Terhadap masalah sosial kemasyarakatan sangat dibutuhkan sikap kepedulian sosial. Dan belajar dari waktu sebagai aktivis LSM Ketahanan Pangan dan Hidup pedesaan dari tahun 1990-2010. ada dua cara pendekatan menghadapi masalah Pangan dan dan Hidup kebersamaan di desa. Setelah dua -tiga petugas mengadakan survey maka disusun rancangan membuat masyarakat itu menyadari masalah mereka untuk menuju situasi yang diharapkan bersama. Pada periode sebelum th 2000 aktivis bermusyawarah dengan warga masyarakat menggali keprihatinan dan yang menjadi masalah. Masalah bagaimana segala hambatan untuk maju dalam kebiasaan yg sudah ada itu diatasi. Ada sembilan langkah menghadapi masalah sampai pelaksanaan mencapai target terget yang di sepakati warga bersama.  Pada periode setelah th 2000 Keprihatinan bukan menjadi topik lagi, tetapi kesuksesan yang pernah dicapai warga bagaimana itu di tingkatkan.

Adapun yang ingin menjadi "catatan" dari warga desa tersebut diatas adalah penggali masalah adalah pembuat solusi dan pelaksana eksekusi. Aktivis LSM hanya sebagai motivator,katalisator untuk innovasi dari warga sendiri. Disini 'masalah' dibiaskan menjadi upaya positip kearah target target yang mau dicapai dengan pemecahan masalah.

Maka pelajaran paling berharga bila kita dengan pandangan positip menelusuri permasalahan dapatnya sampai pada kesimpulan perubahan sikap pribadi : Mengubah hambatan permasalahan menjadi Tantangan. Sebuah perjalanan "jauh"(@TauRa), tetapi mungkin sekali.

Demikian sepintas permenungan semoga bermanfaat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah menunjang permenungan ini, Kompasianer @TauRa, Bp.Tjiptadinata Effendi, juru warta msn.com dan lainnya. Dan tolong terima permintaan maaf bila ada salah kata, dan salam hormat saya.

Ganjuran, Maret,04 2021. Emmanuel Astokodatu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun