Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peduli, Simpati, dan Cinta

8 September 2020   10:05 Diperbarui: 8 September 2020   10:21 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam kehidupan sehari hari kita, tidak selalu kita menonton kejadian yang masuk akal. Sebab seringkali Hati orang lebih berbicara daripada akal budi. Menurut gagasanku Peduli-Simpati dan Cinta itu termasuk bahasa Hati itu. Dan sebenarnya barisan itu dimulai dari Abai,Cuek, Jengah atau Sinis. .

"Jengah" aku kutip dari berita Tempo,Jkt. Chairman Institute for Policy studies,  Fadli Zon, mengatakan masyarakat tidak perlu jengah dengan kehadiran Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). "Gerakan masyarakat sipil memang tak sepantasnya direspon dengan penilaian menyudutkan," kata dia dalam keterangan tertulis, Sabtu, 29 Agustus 2020. (msn.com)

Ternyata di negeri kita in ada bahasa politik kritik dan oposisi, bahasa politik dinasti, bahasa politik kesehatan, bahasa politik hati, dan mungkin ada pula khusus bahasa politik khotbah  .

Karena sudah tertulis pada judul Tiga Kata: Peduli, Simpati dan Cinta maka kembali jalur utama kita ikuti bahasa hati. Untuk ketiga kata itu (Peduli,dst) 'bahasa hati' sebenarnya tidak mewakili seluruh kandungan makna dan arti didalamnya. Bahasa hanyalah salah satu sarana komunikasi.

Memang tiga kata Peduli, Simpati dan Cinta adalah dari/oleh manusia merupakan respon positif dalam komunikasi dengan situasi dan atau obyek sekitarnya, yang layak menurut manusia.

Manusia merespon positif menggunakan indera mata telinga hidung lidah, budi, perasaan dan atau intuisi memori dan seluruh tubuhnya bila perlu. Semua sesuai dengan fungsi/peran masing-masing.

Nah bahasa hati itu ketika perasaan lebih berperan dari akal budinya ketika manusia dalam "mempertimbangkan hingga merespon dengan perilaku" Dan itulah spesifiknya Peduli, Simpati dan Cinta sebagai sikap batin, dan perilaku manusia. Itulah alasan dikatakan Peduli, Simpati dan Cinta itu bahasa hati.

Sebelum berlanjut saya ajak pembaca mengikuti kutipan berita yg belum terlalu usang juga ini :

 Kebijakan Presiden Joko "Jokowi" Widodo selama pandemi COVID-19 mengundang banyak perdebatan dan kritik.....Banyak pihak telah mengkritik kebijakan Jokowi yang dianggap terlalu mengutamakan sektor ekonomi dan terkesan mengabaikan keselamatan warga negaranya. 

Di saat banyak orang menghujat Jokowi yang dinilai lebih mementingkan aspek ekonomi di masa pandemi covid-19 ini, Surahmat mampu menunjukkan hal yang sebaliknya. Melalui pidato tersebut, peneliti di Pusat Kajian Budaya Pesisir ini justru menemukan kenyataan bahwa Jokowi ternyata amat peduli terhadap kesehatan! 

Analisis yang ditawarkan Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang ,  Surahmat,  amat menggelitik untuk dicermati. Hasil telaahnya terhadap 2.357 kata yang diucapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pidato kenegaraan yang disampaikan di sidang paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 14 Agustus lalu ternyata mampu menawarkan perspektif segar." (Surahmat adalah Peneliti pragmatik dari Al-Najah University Palestina Sufyan Abuarrah) msn.com 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun