Mohon tunggu...
Asrul Sani Abu
Asrul Sani Abu Mohon Tunggu... Author | Entrepreneur | Youtuber

Entrepreneur, penulis buku, pendiri PT. Sani Mobil Indonesia dan PT. Tjorauleng Maega Berkah. Alumni Universitas Trisakti Jakarta dan University of Western Sydney Hawkesbury Australia, ESQ Leadership, Top Coach, The 7 Awareness Leadership serta Lemhannas RI. Ketua bidang hubungan internasional APINDO Sulawesi Selatan, ALFI/Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia, Ketua bidang transportasi AUMI Jakarta. Pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Tangerang Selatan. Pembina Jendela Pendidikan Nusantara Tangerang Selatan, Pengurus KKSS/Kerukunan Keluarga Sulsel Serpong Tangerang Selatan Banten. Pendiri Kampus Literasi, Amadis Center Foundation, Sani TV serta Sani Media Indonesia Publisher. Karya: Manajemen Kebahagiaan 2015, Novel Ayat Cinta Sang Pujangga 2018, Masterpiece of Love and Life 2019, Bukan Syair Biasa 2020, Sang Wali 2021, Novel From Sydney to Jakarta 2022, Catatan Ngopi Asrul Sani 2024, Alquran, Surat Cinta dari Langit 2025.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Makna Kemerdekaan yang Sesungguhnya?

17 Agustus 2025   09:13 Diperbarui: 17 Agustus 2025   13:37 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makna Kemerdekaan Asrul Sani Abu/dokpri Asrul Sani

Makna Kemerdekaan yang Sesungguhnya

Hari ini kita semua memperingati Hari Merdeka.

Namun benarkah kita sudah merdeka yang sebenar-benarnya?

Merdeka, sebagai anak, sebagai orang tua, sebagai pimpinan, dan sebagai warga Indonesia.

Benarkah kita telah benar-benar merdeka?

Kemerdekaan bukan sekadar tanggal di kalender, bukan sekadar bendera yang berkibar di tiang bambu atau besi depan rumah. 

Ia adalah nyawa yang berdenyut di dada kita,

ia adalah cahaya yang menuntun langkah kita setiap harinya.

Sebagai seorang anak,

kemerdekaan adalah ketika kita bebas bermimpi setinggi langit tanpa intimidasi,

belajar dengan hati yang merdeka,

tanpa rasa takut, tanpa tekanan yang membelenggu.

Orang tua hadir bukan sebagai penghalang,

tetapi sebagai angin semangat yang mengibarkan layar kapal impian kita.

Sebagai seorang suami, istri atau pasangan hidup,

kemerdekaan berarti mencintai tanpa mengekang, melepas bebas

bertanggung jawab tanpa merasa diperbudak cinta. 

Di rumah, kita bukan sekadar penghuni,

tetapi raja dan ratu yang membangun istana cinta bersama,

dengan fondasi hormat, kesetaraan, dan doa yang saling menguatkan.

Sebagai seorang ayah atau ibu,

kemerdekaan adalah ketika kita bahagia melihat anak-anak kita bahagia.

Kita merasa sukses saat mereka sukses dalam cita dan cintanya.

Bukan dengan rantai belenggu kita dan dengan menuntun mereka,

melainkan dengan cahaya keteladanan.

Kita rela bila kelak mereka terbang lebih tinggi dari kita,

sebab itulah kemenangan terbesar kita sebagai orang tua...

melahirkan generasi yang lebih baik dan lebih mulia dari diri kita.

Sebagai seorang pemimpin,

kemerdekaan adalah keberanian untuk memimpin dengan nurani,

bukan dengan ambisi pribadi. 

Ia adalah kejujuran di tengah godaan,

keteguhan di tengah badai tantangan,

dan kerendahan hati meski berada di puncak kejayaan.

Pemimpin yang merdeka bukan ia yang disanjung tinggi,

tetapi ia yang mengabdi,

hingga keberadaannya menjadi cahaya, bukan sekedar bayang-bayang kegelapan.

Sebagai seorang warga bangsa,

kemerdekaan sejati adalah saat kita tak lagi hidup dalam ketakutan. Kita tak lagi dibodohi oleh sistem yang korup. 

Bebas berjalan di jalanan tanpa gangguan,

bebas belajar tanpa intimidasi,

bebas berkarya tanpa bully dan caci maki,

bebas bekerja tanpa hinaan yang memperbudak jiwa.

Merdeka adalah ketika setiap anak Indonesia bisa belajar tanpa batas,

bekerja dengan layak,

hidup dengan adil,

dan bermimpi tanpa ketakutan.

Inilah wajah kemerdekaan sejati,

kemerdekaan yang membuat kita hidup setara, bermartabat, dan saling menjaga sebagai sesama anak bangsa.

Lalu kita bertanya dalam hati...

Sudahkah kita merdeka sebagai anak?

Sudahkah kita merdeka sebagai orang tua?

Sudahkah kita merdeka sebagai pemimpin?

Sudahkah kita merdeka sebagai warga Indonesia?

Merdeka bukan sekadar kata yang diteriakkan di lapangan, ia adalah jiwa yang berani berkata...

Aku tidak akan tunduk pada kebodohan,

aku tidak akan diam dalam ketidakadilan,

aku tidak akan menyerah pada rasa takut dan kekhawatiran.

Merdeka adalah napas kita, ia adalah darah kita, cahaya yang terus hidup dalam jiwa, dan selama kita berani bermimpi,

berani mencinta,

dan berani berkorban demi Indonesia. 

Merdekalah Indonesia.

Salam. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun