Mohon tunggu...
Asni Zahara
Asni Zahara Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sumatera, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarkat

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tidak Ada Kesehatan Tanpa Kesehatan Mental

6 Desember 2022   21:24 Diperbarui: 6 Desember 2022   21:46 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 yang dimaksud dengan “kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”. Sedangkan menurut WHO (2015) kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. 

Dari dua definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manusia selalu dilihat sebagai suatu kesatuan yang utuh (holistik). Dari unsur “badan” (organobiologik), “jiwa” (psiko-edukatif) dan “sosial” (sosi0-kultural), yang tidak dititik beratkan pada “penyakit” tetapi pada kualitas hidup yang terdiri dari dan “kesejahteraan” dan “produktivitas sosial ekonomi”. Dan definisi tersebut juga tersirat bahwa “kesehatan jiwa atau mental” merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Kesehatan jiwa bagi manusia berarti terwujudnya keharmonisan fungsi jiwa dan sanggup menghadapi problem, merasa bahagia dan mampu diri. Orang yang sehat jiwa berarti mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Manusia terdiri dari bio, psiko, sosial, dan spiritual yang saling berinteraksi satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi.

Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan dan diamati keadaannya. Orang ‘gemuk’ dianggap sehat dan orang yang mempunyai keluhan dianggap tidak sehat. Faktor subjektifitas dan kultural mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat. World Health Organization (WHO) merumuskan sehat dalam arti kata yang luas, yaitu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun social, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat.

Sekitar 14% dari beban penyakit global telah dikaitkan dengan gangguan neuropsikiatri, sebagian besar karena sifat depresi yang melumpuhkan secara kronis dan gangguan mental umum lainnya, gangguan penggunaan alkohol dan penggunaan zat, dan psikosis. 

Perkiraan tersebut telah menarik perhatian pada pentingnya gangguan jiwa bagi kesehatan masyarakat. Namun, karena mereka menekankan kontribusi terpisah dari gangguan mental dan fisik terhadap kecacatan dan kematian, mereka mungkin mengakar keterasingan kesehatan mental dari upaya utama untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi kemiskinan.

Beban gangguan mental cenderung diremehkan karena kurangnya apresiasi terhadap keterkaitan antara penyakit mental dan kondisi kesehatan lainnya. Karena interaksi ini bersifat protean, tidak akan ada kesehatan tanpa kesehatan mental. Gangguan mental meningkatkan risiko penyakit menular dan tidak menular, dan berkontribusi pada cedera yang tidak disengaja dan disengaja. 

Sebaliknya, banyak kondisi kesehatan meningkatkan risiko gangguan mental, dan komorbiditas mempersulit pencarian bantuan, diagnosis, dan pengobatan, serta memengaruhi prognosis.

Layanan kesehatan tidak diberikan secara adil kepada orang-orang dengan gangguan jiwa, dan kualitas perawatan untuk kondisi kesehatan mental dan fisik bagi orang-orang ini dapat ditingkatkan. Kita perlu mengembangkan dan mengevaluasi intervensi psikososial yang dapat diintegrasikan ke dalam pengelolaan penyakit menular dan tidak menular.

Sistem layanan kesehatan harus diperkuat untuk meningkatkan penyampaian layanan kesehatan mental, dengan berfokus pada program dan kegiatan yang ada, seperti yang menangani pencegahan dan pengobatan HIV, tuberkulosis, dan malaria; kekerasan berbasis gender; perawatan antenatal;manajemen terpadu penyakit anak dan gizi anak ; dan manajemen inovatif penyakit kronis. Anggaran kesehatan mental yang eksplisit mungkin perlu dialokasikan untuk kegiatan semacam itu. Kesehatan mental mempengaruhi kemajuan menuju pencapaian beberapa

Tujuan Pembangunan Milenium, seperti promosi kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, penurunan angka kematian anak, peningkatan kesehatan ibu, dan pencegahan penyebaran HIV/AIDS. Kesadaran kesehatan mental perlu diintegrasikan ke dalam semua aspek kebijakan kesehatan dan sosial, perencanaan sistem kesehatan, dan penyampaian perawatan kesehatan umum primer dan sekunder.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun