Ramadhan tahun lalu rada takut untuk berbagi dengan tetangga. Mungkin ada tetangga yang nggak enak menerima makanan kita karena masih panasnya dengan covid-19.Â
Berbagi makanan di masjid  untuk berbuka pun ditiadakan, semua menjaga jarak, termasuk menjaga  untuk berbagi, bukankah berbagi.makanan itu bagus, apa lagi dengan yang terdekat seperti tetangga.
Jangan sampai tetangga hanya dapat baunya saja, dosa kita kata mama sewaktu aku masih kecil dulu.
Apa yang kita lihat sedari kecil, akan menjadi kebiasaan kita pula. Kebiasaan mama berbagi makanan di  saat bulan puasa ternyata menular padaku.Â
Mungkin karena aku yang selalu membagikannya hingga aku melihat bagaimana senangnya mereka ketika aku memberi makanan. Sekarang anak anak yang menyaksikan raut wajah tetangga ketika mengambil makanan yang di beri.Â
Pernah bilang ke si bungsu, nggak sembari di foto dek kasih makanannya, kataku membuat kaget si bungsu.Â
"Kok di foto sih ma," raut wajah tak setuju terpajang di muka si bungsu.
" Kan lagi viral dek, bagi makanan sambil di foto," kataku sembari bercanda. Aku hanya ingin tahu apa komen si bungsu.
" Mama sayang, ingat yah, saat tangan kanan kita memberi jangan sampai tangan kiri tahu, apa lagi memberi sembari di foto, tangan kiri aja nggak boleh tahu nah itu sedunia yang tahu karena kita pajang di media sosial," kata bungsu sembari menyambar kantong makanan yang akan di bagikan.Â
Bersyukurnya aku mempunyai anak anak yang lebih mengutamakan memberi  dengan ikhlas dari pada mencari sensasi.
Begitu pula dengan kedua anak yang lainnya. Cerita si sulung yang aku dapatkan dari sahabatnya. Saat si sulung selalu dilindungi Allah ketika kecelakaan yang mana orang melihat motornya hancur dan patah dua, pasti beranggapan bahwa yang membawa motor luka luka atau mati di tempat.