Mungkin tradisi ini telah tergerus oleh jaman, hingga di anggap hal yang mempermalukan diri, tidak sesuai dengan syariah Islam. Namun ini hanyalah tradisi dari turun temurun yang masih dilakukan di kampung kampung. Â Bila tiba masanya pemandian umum akan ramai dikunjungi orang orang untuk melaksanakan tradisi ini.Â
Asal Usul Balimau
Dilakukan di pemandian umum karena warga Minangkabau dulunya melakukan aktivitas MCK di pemandian umum yang di sebut pincuran atau sungai yang airnya bersih karena zaman dulu tak ada kamar mandi di rumah.
Mungkin yang sudah lama tinggal di perkotaan sudah melupakan tradisi ini. Sewaktu masih kecil, kita pun  dibiasakan melakukan tradisi balimau namun hanya di kamar mandi itu pun sendiri sendiri, niat untuk membersihkan badan sebelum memasuki bulan suci. Balimau itu sendiri artinya mandi dengan menggunakan limau (jeruk nipis).
Zaman dahulu warga Minangkabau mandi dengan jeruk nipis sebagai pengganti  fungsi sabun. Balimau berarti penekanan makna bahwa mandi itu benar benar bersih.Â
Sering di kaitkan dengan ajaran  agama Islam yakin sebagai simbol  benar benar membersihkan diri lahir dan batin menjelang melaksanakan ibadah puasa.
Tata Cara Mandi Balimau
1. Membaca bacaan niat, semata mata dilakukan hanya untuk membersihkan diri dan mensucikan jiwa.
2. Mengguyurkan air keseluruhan tubuh yang sudah  dicampur dengan jeruk nipis, rempah rempah dan bunga.
3. Menggosok seluruh badan
4. Meyakini pada diri bahwa melakukan ini bukan untuk menentang ajaran agama melainkan untuk bersih bersih saja
Bila ditelusuri, mereka yang melakukan balimau itu sebenarnya  menerapkan batas batasan tertentu tidak mencampurkan yang tidak muhrim atau bisa dikata berkelompok satu keluarga atau dua keluarga yang memang muhrim mereka.
Mandi balimau termasuk ajang bersyukur  ke pada Allah atas masih diberi kesempatan  dan kesehatan untuk menjalani ibadah puasa dan sebagai ajang silaturahmi antara sesama muslim Minangkabau.
Salah Kaprah
Namun seiring berjalannya waktu, tradisi ini mengikuti perkembangan zaman yang memunculkan perbedaan  pendapat.
Simbol untuk mempersiapkan diri dengan kebersihan rohani pun bergeser yang sekarang hanya dimaknai sekedar bertamasya ke tempat pemandian.Â
Bahkan ada muda mudi yang mengubahnya menjadi ajang hura hura dan berpacaran. Balimau hanya tinggal simbol dan dijadikan alasan untuk diizinkan keluar dari rumah.
Tak ada salahnya jika tradisi ini akhirnya ditentang para pemuka agama dan ulama Sumatera Barat.Â
Menjadi salah kaprah ditangan muda mudi jaman sekarang yang dikhawatirkan menjadi bumerang bagi generasi muda yang banyak menjurus kemaksiatan.
Memaknai sebuah tradisi bukan hanya sebelah mata.
sumber : Minang.com
Palembang, 12042021