Mohon tunggu...
Asih Handayani
Asih Handayani Mohon Tunggu... Idealis dan Realistis

Dosen Akuntansi Universitas Pamulang | Auditor Eksternal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penelitian Dosen dan Mahasiswa UNPAM: Akuntabilitas dan Kualitas Pelaporan Keuangan di BUMDes Provinsi Banten

24 September 2025   16:20 Diperbarui: 24 September 2025   16:18 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Penyebaran Kuesioner di Wilayah Banten 

Akuntabilitas BUMDes Masih Jadi Persoalan

BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) kini menjadi salah satu pilar pembangunan ekonomi desa. Kehadirannya diharapkan tidak hanya mendatangkan keuntungan, tetapi juga menjadi wadah pemberdayaan masyarakat. Namun, praktik di lapangan menunjukkan bahwa akuntabilitas dan pelaporan keuangan BUMDes masih jauh dari ideal.

Data Indonesia Corruption Watch (2023) mencatat ada 187 kasus penyalahgunaan dana desa, termasuk BUMDes, dengan kerugian negara mencapai Rp162 miliar. Angka ini menunjukkan bahwa BUMDes rentan terhadap masalah tata kelola.

Akuntabilitas di sini bukan hanya soal angka, tetapi juga soal menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan desa.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dalam bentuk studi kasus di Provinsi Banten. Lokasi yang dipilih meliputi Kabupaten Pandeglang, Lebak, Serang, dan Tangerang.

Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada perangkat desa dan pengelola BUMDes, sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur, regulasi pemerintah desa, serta publikasi penelitian terdahulu.

Analisis data dilakukan menggunakan Structural Equation Modeling – Partial Least Squares (SEM-PLS), metode statistik yang sesuai untuk melihat hubungan antar variabel, termasuk faktor yang memengaruhi akuntabilitas dan kualitas laporan keuangan.

Temuan Lapangan

Hasil awal menunjukkan mayoritas BUMDes di Banten masih melakukan pencatatan secara manual. Tingkat pemahaman akuntansi para pengelola rata-rata berada pada kategori sedang, tetapi kendala terbesar yang dihadapi adalah keterbatasan teknologi.

“Kebanyakan pengelola sudah berusaha menyusun laporan, tapi masih sekadar formalitas. Teknologi digital yang bisa memudahkan pencatatan belum banyak digunakan,” jelas salah satu anggota tim peneliti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun