Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cara Berpikir Masa Kini

27 Februari 2020   09:56 Diperbarui: 27 Februari 2020   10:09 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berpikir adalah kata kerja dari pikir. Pikir menurut kbbi adalah akal budi, ingatan, angan-angan. Pikiran adalah hasil berpikir. Berpikir itu sendiri artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Alat berpikir adalah otak pastinya. Dan pikiran selalu bekerja non stop. Dan itu normal, wajar. 

Bisa ditanyakan ke ahli otak atau neurologist. Begitu hebatnya ciptaan Tuhan yang bentuknya sama sekali tidak menarik ini dapat menciptakan peradaban dari zaman dahulu. Muncul pertanyaan. Mengapa kita berpikir? Jawaban sederhananya. Karena kita manusia. Banyak hal yang harus kita pikirkan. 

Saking banyaknya, sulit untuk dirinci karena begitu banyaknya. Tak terhingga. Termasuk pikiran yang muncul begitu saja di kepala. Saat sebelum atau sesudah tidur. Selalu ada saja pikiran kita. Membuktikan bahwa berpikir adalah memang sudah kerjanya otak. 

Makanya aneh kalau ada orang yang mengatakan males mikir ah... wow! Kok bisa? Kalau manusia stop berpikir maka dia sudah tidak ada lagi di dunia ini alias meninggal. Mungkin maksudnya berpikir untuk tidak berpikir. Bagaimana coba? Tambah bingung kan? Saya juga demikian.

Intro yang cukup bisa membangun diskusi. Dan menarik. Dengan semua keterbatasan saya. Dalam dunia pendidikan dan dunia umumnya. Ada dua cara berpikir. Menurut Benyamin Bloom, yang menciptakan taksonomi bloom. 

Pertama adalah Low Order Thinking Skills atau berpikir tingkat rendah. Dan High Order Thinking Skills yaitu berpikir tingkat tinggi. Cara berpikir dimulai dari rendah ke tinggi. Ibarat bayi mulai belajar dari dasar sampai bisa berdiri, lalu jalan, lari dan seterusnya. Berpikirpun demikian.

Berpikir tingkat rendah ada tiga komponen yang dilakukan. Pertama adalah menghafal atau mengingat (remembering, memorize). Cara ini banyak kita temui bahkan sejak saya kecil. Ada hal lucu kalau kembali diingat. 

Dulu saya disuruh guru untuk menghafal operasi dasar matematika. Yaitu tambah, kurang, kali, dan bagi. Padahal berhitung itu melatih cara kerja angka-angka bukan hafalan seperti menghafal do'a misalnya atau menghafal  teks tertentu. Menggunakan logika berhitung sederhana. Tapi sudahlah itu bukan salah guru saya. Mungkin akibat pola pikir kita saat itu. Kurikulum? Bisa jadi.

Kedua cara berpikir tingkat rendah yaitu memahami. Apa yang dibaca, di amati. Paham akan maksud dari subjek tertentu. Paham kalau Pancasila itu adalah dasar negara Indonesia. Paham mencuri itu tindakan buruk. Jujur itu mulia, hebat. Sopan santun kepada orang lain apalagi yang lebih tua. Intinya paham. Setelah paham maka sebaiknya di terapkan yang merupakan cara berpikir tingkat rendah ketiga. Setelah membaca buku tentang pendidikan Pancasila, maka terapkan. 

Baik kepada sesama. Adil dengan adik atau teman. Hormati orang tua. Tidak bohong. Selalu jujur. Jujur ketika mengerjakan soal ulangan. Belajar sungguh-sungguh. Dan semua yang telah dipahami dari pelajaran di sekolah.

Tiga hal yang baru dibahas adalah cara berpikir tingkat rendah. Yang selama ini khususnya di Indonesia kita lakukan sejak dulu. Mental hafalan begitu lekat di benak kita anak Indonesia. Ada mungkin yang sebagian kecil sekali menerapkan berpikir tingkat tinggi. Yang selanjutnya akan saya bahas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun